Orang seperti apakah Elleard itu?
Pertanyaan ini sudah cukup lama mengendap di benak Elena, sejak pria itu memintanya menikah dengannya di kafe. Elena tidak terlalu menggubris rasa ingin tahunya karena ia tidak mengira Elleard serius.
Maksudnya… bagaimana bisa ia menerima begitu saja bahwa seorang pria kaya sepertinya menginginkan Elena menjadi istrinya. Mereka berasal dari dunia yang sangat berbeda dan kenal saja belum lama.
Ia tidak memikirkan lama-lama siapa Elleard sebenarnya. Namun, setelah Elleard datang dengan membawa sangat banyak uang untuk membeli Elena, gadis itu akhirnya mengerti bahwa Elleard memang serius dengan ucapannya.
Dan kemudian, tahu-tahu saja Elena sudah pindah ke mansion ini. Ia berusaha menduga-duga siapa Elleard dan mengapa pria itu ingin menikah dengannya, tetapi ia tidak juga mendapatkan jawabannya dari Elleard sendiri dan orang-orang di mansion ini.
Greta yang dikiranya akan memberi tahu informasi yang diketahuinya tentang Elleard ternyata sama sekali tidak mau bicara. Hal ini membuat Elena semakin penasaran.
Ia ingin menanyakan banyak hal kepada Elleard tetapi tidak yakin bagaimana ia bisa menyampaikan pertanyaannya tanpa membuat pria itu tersinggung.
Apakah Elleard sakit atau kecelakaan hingga membuatnya lumpuh? Mengapa Xavier tidak tinggal mansion ini bersama Elleard padahal hubungan mereka berdua terlihat sangat baik. Xavier lebih memilih tinggal di rumahnya sendiri yang kalau dibandingkan dengan mansion megah ini, tidak ada apa-apanya.
Oh, ya.. bagaimana orang tua mereka meninggal? Elena sudah bekerja di toko bunga di dekat pemakaman itu selama beberpa tahun, tetapi ia tak pernah melihat Elleard dan Xavier datang berkunjung ke makam orang tuanya. Baru beberapa bulan lalu saja.
Apakah selama ini mereka tinggal di luar negeri dan tidak bisa berkunjung ke makam?
Elena mengerutkan keningnya saat menatap handphone di tangan. Ahh.. kenapa ia bodoh sekali?
Ia sama sekali tidak terpikir untuk mencari tahu tentang Elleard di mesin pencari internet. Entah kenapa ia hanya menganggap bahwa orang terkenal saja seperti artis atau politisi yang dapat dicari di internet sehingga ia tidak terpikir untuk menyelidiki tentang calon suaminya lewat pencarian Google.
Siapa tahu ia bisa mendapatkan sesuatu ya? Soalnya ia sama sekali tidak mendapatkan apa-apa dengan bertanya kepada Elleard dan para penghuni mansion.
Akhirnya, berangkat dari rasa penasaran itu, Elena mengetik nama Elleard Osbart di aplikasi pencarian. Saat layar ponselnya menunjukkan berbagai informasi yang ia cari, Elena menekap bibirnya, karena terkejut dengan apa yang ia temukan.
Di halaman paling atas ada foto keluarga Elleard yang pernah Elena lihat di dinding mansion ini, di lantai pertama. Nurani Elena semakin tergelitik untuk lebih mencari tahu siapa keluarga Elleard. Elena terus menggeser layar ponselnya sampai bawah.
Ia menemukan beberapa artikel tentang keluarga Elleard. Dikatakan bahwa keluarga Osbart adalah pengusaha di bidang properti dan farmasi. Ada juga artikel-artikel kecil yang tampak tidak resmi menyatakan bahwa keluarga ini berhubungan dengan mafia.
"Ahh…" Elena mengerutkan keningnya keheranan. Di dalam salah satu artikel itu ia membaca informasi tentang pembantaian pasangan Osbart di hari perayaan ulang tahun pernikahan mereka.
Ada gosip bahwa pembantaian itu dipesan oleh lawan bisnis Marco Osbart ayah Elleard. Elena menekap bibirnya dan mendesah.
Ia ingat berita ini sempat membuat gempar di TV beberapa tahun lalu. Ia masih sangat muda saat itu dan ia juga tidak mengenal keluarga Osbart, sehingga berita itu berlalu begitu saja dan ia tidak terlalu memperhatikannya.
Kini ia menyadari bahwa penyebab Elleard dan Xavier baru mulai berkunjung ke pemakaman sejak beberapa bulan lalu adalah karena Elleard terluka dalam peristiwa serangan itu dan mengalami koma. Kemungkinan ia baru bangun beberapa bulan lalu dan kemudian mulai berkunjung ke makam orang tuanya.
Sejenak Elena merenung. Ia juga sudah kehilangan kedua orang tuanya hampir sepuluh tahun yang lalu. Peristiwa itu sudah lama sekali. Ia sudah terbiasa hidup tanpa ayah dan ibunya. Namun, bagi Elleard tentu peristiwa itu seolah baru terjadi beberapa bulan lalu, karena ia tidur cukup lama.
Membayangkan wajah sedih pria itu setiap membicarakan keluarganya, Elena hanya bisa menghela napas. Simpatinya tumbuh semakin besar bagi Elleard.
Ada beberapa berita lagi di layar ponselnya bagian bawah. Salah satunya berisi gambar Elleard yang sedang berdiri dengan merangkul seorang gadis sangat cantik berambut cokelat dan bermata biru cemerlang.
DING!
Namun, belum sempat Elena melihat berita itu, tiba-tiba ia dikejutkan dengan denting pesan masuk dari Elleard.
[Kau belum tidur, Baby? Ada yang ingin kau tanyakan padaku?]
Elena menelan ludahnya. Mengapa kebetulan sekali pria itu mengirimnya pesan?
Elena segera mengetik balasan pesan untuk Ellerad. [Sebentar lagi aku akan tidur]
Tidak berapa lama dentingan bunyi pesan kembali masuk. [Baiklah, good night, honey. Tidurlah, kau perlu istirahatmu."
Elena tersenyum malu-malu saat membaca panggilan 'baby' yang ditujukan Elleard kepadanya. Ia mulai terbiasa dengan panggilan itu tetapi bukan berarti ia sudah tidak tersipu saat mendengarnya.
Ia menyimpan ponselnya ke nakas di samping tempat tidur dan memejamkan matanya. Elena tidak mengetahui bahwa ponsel yang Elleard berikan kepadanya sudah di sadap. Semua kegiatan yang ia lakukan di dalam ponsel itu akan dapat dilihat dan diketahui calon suaminya.
Elleard puas dengan sikap Elena yang tidak serakah, juga tidak berlebihan. Semua kegiatannya terpantau lewat ponsel dan pengamatan pelayan dan bodyguard yang ditugaskan mengurusinya. Ia sudah menunggu-nunggu kapan kiranya Elena akan mulai bertanya-tanya tentang latar belakangnya.
Ternyata gadis itu tidak kepo dan ribut mencari tahu. Ia hanya bertanya dan berusaha mendapatkan jawaban dari Elleard sendiri dan orang-orangnya. Barulah hari ini ia melihat keingintahuan Elena mulai memuncak hingga akhirnya gadis itu menyelidiki lewat internet.
Karena itulah Elleard segera mengirim pesan tadi kepada Elena. Ia ingin gadis itu bertanya langsung kepadanya apa yang ia ingin ketahui.
***
Elleard menyimpan ponselnya dan mengangkat wajah, menatap peristiwa yang sedang berlangsung di depannya. Di bawah kaki Xavier saat ini leher seorang pria dipastikan patah jika ia menekan kakinya sekali lagi.
Ini adalah salah satu anggota kelompok pembunuh yang baru berhasil mereka temukan setelah bersembunyi selama tiga tahun. Lelaki ini berkali-kali mengaku tidak mengenal Carlos Marquez yang merupakan otak pembantaian itu walaupun Xavier telah menyiksanya sejak sore.
"Di mana Carlos?" terdengar suara berat Xavier bertanya, sementara sepatunya terus menekan leher belakang pria itu. Wajah pria itu sudah berlumuran darah dari pelipisnya yang robek. Suara Xavier terdengar sangat dingin. "Ini kesempatan terakhirmu untuk menyelamatkan keluargamu."
"Aku sudah katakan aku tidak tahu siapa dia, kami hanya menjalankan tugas dengan mendengarkan suara dia dari telepon. Dia juga menggunakan suara samaran." Suara pria itu sudah tercekat tanpa daya.
"Baiklah kalau itu maumu. Rupanya kau tidak sayang nyawa adik-adikmu!" Xavier menarik senjatanya, lantas mengarahkan pada arah belakang kepala pria itu.
DOR
Cipratan darah pria itu sedikit mengenai celana panjang Elleard yang menyaksikan itu tanpa kedipan mata.
"Cari adiknya," kata Xavier tanpa menoleh kepada Simon yang berdiri di sampingnya. Sang asisten mengangguk.