Elena menggigit bibir bawahnya masih melihat pantulan dirinya di cermin. Gaunnya tampak sangat indah melekat di tubuhnya. Namun, saat melihat bentuk dadanya, ia seketika merasa tidak percaya diri.
Dadanya tidak besar dan dengan gaun berbentuk tube dress ini, belahan dadanya tidak terlihat. Ia membandingkan salah satu asisten yang memiliki dada besar.
Ah, kalau saja dadanya sebesar dada wanita itu, tentu penampilannya dalam gaun ini akan lebih menarik. Hal ini membuat Elena menjadi rendah diri.
Apakah Elleard akan menyukai tubuhnya saat mereka berhubungan suami istri nanti? Diam-diam Elena kerap membayangkan malam pertama mereka nanti. Ia bahkan sudah mencari-cari informasi bagaimana orang yang lumpuh seperti Elleard akan dapat berhubungan intim.
Informasi di Google menyatakan bahwa orang lumpuh masih mengalami ereksi dan dapat berhubungan intim dengan pasangannya, hanya saja memerlukan beberapa penyesuaian.
Mengingat Elleard sama sekali tidak membahas hal itu dan ia juga tidak terlihat rendah diri akan keadaannya yang cacat, Elena menduga bahwa Elleard memiliki cara untuk melakukan hubungan suami istri seperti biasa.
Hal inilah yang sering membuatnya berdebar-debar dan ingin penasaran. Seperti apakah sikap Elleard nanti di malam pengantin mereka? Apakah ia akan menyukai tubuh Elena saat melihat istrinya telanjang?
"Anda siap memperlihatkan gaun Anda kepada Tuan Elleard?" Suara asisten di sebelahnya membuat Elena tergugah dari lamunan.
"Eh… I-iya," kata Elena terbata-bata.
Sang asisten sedikit merapikan bagian bahu di gaun Elena agar pundaknya semakin terlihat. "Baiklah. Ayo kita keluar."
"Sebentar." Elena melihat lagi wajahnya di cermin. Meskipun semua baik-baik saja, tetapi kegugupannya saat ini mengalahkan kecantikannya.
Mata Elena yang jernih berpadu dengan hidungnya yang mungil menggemaskan. Bibirnya sudah terlihat merah walaupun tanpa lipstik, semakin menyempurnakan kecantikannya.
"Baiklah, aku siap." Elena dibantu berputar menghadap tirai putih besar itu. Sebelum tirai dibuka, asisten Rosa kembali merapikan gaun Elena juga ekor meraknya agar semakin terlihat oleh Elleard.
Di luar, Elleard sedang berbicara dengan seseorang melalui ponselnya. "Dengarkan baik-baik. Ketika semua hal terlihat sangat lancar kerap kali akan tersembunyi krisis besar di baliknya. Apak kau paham? Kau sudah menekannya beberapa kali?"
Elena menarik napas untuk menekan segala kegugupannya. Dua asisten mulai menarik tirai perlahan dari ujung sisi kiri dan sisi kanan. Gesekan besi pengait tirai menyita perhatian Elleard dari pembicaraan ponselnya. Rosa nampak tersenyum lebar saat melihat betapa sang calon pengantin terlihat begitu cantik dalam gaun rancangannya.
Meskipun bentuk tubuh Elena bukan bentuk tubuh model, tetapi ia memiliki proporsi yang sangat baik dan cocok mengenakan gaun-gaun mahal seperti buatan Rosa Wang.
"Beautiful, Darling." Sang desainer memuji dengan senyuman lebar. Ia kemudian menoleh kepada Elleard. "Bagaimana menurut Anda, Tuan?"
Elleard terpana saat menatap Elena. Sesaat ia masih diam, masih dengan ponsel yang melekat pada telinganya.
"Sampai di sini dulu!" Elleard mengakhiri panggilannya. Membuat Xavier di seberang sana melihat ponselnya dengan keheranan. Tidak biasanya Elleard memutuskan pembicaraan penting dengannya.
Selama satu detik, Elleard saling melihat dengan Elena. Elenalah yang kemudian memutuskan kontak mata dengannya. Ia memberi tanda kepada asisten untuk membantu mengangkat ekor merak gaunnya, agar ia bisa berjalan mendekati Elleard.
"Bagaimana menurutmu?" tanya Elena sambil tersenyum malu-malu. "Aku sangat menyukai gaun ini."
Elleard mengalihkan tatapannya pada Rosa. "Kau membawa gaun yang aku minta?"
Rosa menatap Elleard agak lama dengan pandangan rumit..Tentu saja ia membawa gaun bersejarah itu. Kemarin Elleard memintanya membawakan beberapa gaun pengantin dan mengatakan jika ia akan menikah akhir pekan ini.
Kabar mengejutkan itu tentu saja Rosa ikut berbahagia. Ia dulu tahu bagaimana kisah Ellerad dengan Lisa yang hampir menikah. Mereka bahkan sudah memesan gaun pengantin untuk dikenakan Lisa di hari pernikahan mereka nanti.
Sayangnya, semua rencana itu hancur berantakan, dan gaunnya tersimpan di gudang Rosa Wang, menyimpan debu. Namun, saat Eleard memberi tahu Rosa tentang rencana pernikahannya dengan wanita bernama Elena, ia juga menyuruh Rosa membawa gaun itu.
Permintaannnya sungguh membuat Rosa tertegun. Apa yang akan Elleard lakukan dengan gaun menyedihkan itu?
"Kau bawa kan?" tanya Elleard lagi. Ekspresi wajahnya berubah dingin seolah memperingati Rosa bahwa ia tidak suka mengulang kata-katanya.
Rosa Wang mengerjap-kerjapkan matanya dan menjawab kikuk, "A-aku bawa kok, Tuan."
"Bawa kemari," kata Elleard.
Rosa menjentikkan tangannya kepada seorang asistennya. "Bawakan gaun yang kusimpan di kotak biru!"
Sang asisten melangkah ke ujung ruangan dan mengangkat sebuah kotak besar berwarna biru. Itu adalah gaun istimewa yang dibuat Rosa dan timnya dalam waktu hampir 8 bulan. Semuanya dibuat dengan tangan dan menggunakan bahan terbaik serta ratusan kristal swarovski.
Elena nampak kebingungan saat staf Rosa mengeluarkan sebuah gaun cantik dari kotak itu. Di matanya, gaun itu memang terlihat sangat mewah. Bentuknya cukup seksi berupa tube dress dengan panjang hanya sedikit di bawah pahanya dan dihiasi dengan sangat banyak kristal berkilauan.
Namun, ia sudah menyukai gaun berekor merak yang ia kenakan sekarang Gaunnya ini terlihat lebih sederhana dan sesuai dengan kepribadiannya. Gaun dari kotak tampak terlalu seksi dan mewah.
"Coba gaun itu, Baby. Aku yakin kau akan tampak lebih cantik lagi dengan gaun itu." Dalam senyuman Elleard, ada perintah yang tidak terbantahkan. Elena sangat ingin mengatakan jika ia sudah memilih gaun ini. Namun, tatapan Elleard ke arahnya membuat ia tidak sanggup membantah.
Elena mengangguk lemah. Ia kembali berbalik arah melangkah ke ruang ganti lagi. Rosa yang melihat kekecewaan Elena tidak bisa berkata apa pun pada Elleard. Dua asisten segera masuk dan membantu Elena melepaskan gaun pertamanya lalu mengenakan gaun yang baru.
Tidak berapa lama kemudian, Elena kembali keluar dengan gaun pengantinnya yang baru. Gaun itu tampak sangat seksi, memamerkan sepasang kaki jenjangnya. Ketika Elena mengangkat wajahnya, ia langsung melihat senyum Ellerad yang sangat lebar. Pria itu terlihat sangat menyukai gaun ini.
Elena segera teringat pakaian-pakaiannya di walk-in closet. Ahh… seharusnya ia tahu. Elleard sepertinya memang suka kalau ia mengenakan pakaian seksi.
"Sudah aku duga, Baby. Kau sangat cantik dengan gaun itu," ujarnya memuji Elena.
Elena tanpa sadar menutupi bagian bawah tubuhnya yang terekspos karena gaunnya yang pendek. Tadinya Elena membayangkan gaun pernikahannya adalah gaun putih panjang yang menyapu lantai karena itu terlihat sangat sakral baginya.
"Ahh.. ukurannya juga hampir pas," komentar Rosa kagum. "Seolah gaun ini dibuat untuk Nona Elena."
Elleard mengerling ke arah Rosa. "Menurutmu berapa lama kau akan membutuhkan waktu untuk mengepaskan ukurannya?"
Rosa menjawab, "Timku dan aku bisa menyelesaikannya dalam waktu tiga hari. Aku juga akan menambahkan beberapa detail lagi, biar gaunnya terlihat sedikit berbeda…"
Elleard melambaikan tangannya tidak sabar, "Aku tidak ingin kau membuat gaunnya terlihat berbeda. Aku suka gaun ini apa adanya."
Rosa hanya bisa terdiam saat mendengar kata-kata Elleard. Ia merasa tidak enak saat membayangkan bagaimana perasaan Elena jika ia mengetahui bahwa gaun yang akan ia kenakan di pernikahannya nanti adalah gaun yang seharusnya dipakai oleh Lisa, mantan kekasih suaminya?
Rosa sudah berniat mengubah sedikit tampilan gaun itu agar tidak dapat dikenali oleh Lisa, jika seandainya foto pernikahan Elleard nanti akan muncul ke permukaan, tetapi rupanya Elleard ingin agar Lisa tahu bahwa calon istrinya mengenakan gaun yang tidak jadi dipakainya…
Rosa sungguh tidak mengerti jalan pikiran laki-laki itu.
"Bagaimana jika gaun ini aku kenakan setelah pemberkatan, Tuan? Gaun panjang tadi terlihat lebih sakral saat dikenakan di pemberkatan," kata Elena berusaha meyakinkan Elleard.
"Sakralnya pernikahan bukan dilihat dari gaun, Elena. Tapi dari komitmen kedua pasangan yang menikah," ujar Elleard.
Elena bungkam, Ia merasa keheranan karena Elleard tadi meminta Elena memilih gaun pengantinnya, tetapi akhirnya tetap saja kehendak Ellerad yang berlaku.
Elena hanya bisa berdiri mematung, tak bisa membantah. Sementara Rosa dan para asistennya lalu merapikan semua gaun yang lain, termasuk gaun yang Elena sangat sukai. Tatapannya masih terkunci gaun itu sampai benar-benar dibawa pergi.
"Tuan Elleard," panggil Elena. Ellerad memutar kursi rodanya sampai menghadap pada Elena. Elena lalu bertanya dengan suara ragu. "Siapa yang akan menyerahkanku di altar nanti?"
"Paman Luca akan menyerahkanmu nanti menuju pelaminan. Dia adalah adik ayahku," tutur Elleard menenangkan Elena.
"Oh, baiklah." Elena mengangguk. Ia merasa lega karena setidaknya ada bagian dari prosesi pernikahan yang tetap dijaga kesakralannya. Walaupun ia sudah yatim piatu dan tidak ada keluarganya yang akan datang ke acara pernikahannya, Elena tetap akan berjalan ke altar pernikahan dengan diserahkan oleh seorang wali.
"Ngomong-ngomong sampai kapan kau akan memanggilku tuan, Elena?" Elleard memiringkan wajahnya dan menatap Elena dengan senyum simpul.
Elena merona kemudian menggigit ujung kukunya. "Aku sudah terbiasa memanggilmu begitu, Tuan. rasanya sangat aneh jika memanggil namamu langsung."
"Jika kau membiasakan memanggil namaku, itu tidak akan terasa aneh lagi, Elena." Elleard menyandarkan punggung pada kursi roda kemudian melipat tangan.
"Baiklah aku akan mencoba memanggil namamu, Tuan. Uhm… Elleard." Senyuman juga tatapan Elena saat ini terlihat sangat canggung, Wajahnya masih tetap merona.
Ia lalu memberanikan diri untuk menanyakan sesuatu kepada Elleard.
"Elleard, apakah aku boleh bertanya?"
"Mmm…? " Ellerad kembali menatap Elena.
"Apa yang membuatmu memilihku untuk menjadi istrimu? Sedangkan di luar sana aku yakin banyak wanita yang cantik menginginkan menjadi pendampingmu."
Pertanyaan ini sudah sejak lama ingin Elena tanyakan. Ia benar-benar ingin tahu, apa yang membuat Ellerad melakukan semua ini untuknya.
"Aku tidak semempesona itu, Elena. Kau terlalu berlebihan mengatakan banyak wanita yang akan menginginkan menjadi pendampingku." Elleard tertawa pelan. Elena mengerucutkan bibirnya karena mengira Elleard sedang menertawakannya.
Elleard menyentuh lengan Elena dan ganti bertanya, "Bagaimana dengan dirimu? Apa yang membuatmu menerima lamaranku?"
Elena terdiam mendengar pertanyaan itu. Ia mengigit bibirnya dan memikirkan jawabannya baik-baik.
Awalnya, ia ikut Elleard karena merasa bahwa ia tidak punya pilihan lain. Ia sudah diusir oleh bibinya dan ia tidak punya tempat tinggal lagi. Elleard datang menawarkan perlindungan dan kenyamanan. Bagaimana ia bisa menolak?
Akhirnya ia menjawab pelan, "Karena… kau sangat baik kepadaku."
Elleard tersenyum simpul saat mendengar jawaban jujur Elena. Ia berkata, "Hmm… aku tidak sebaik itu, Elena."