Di sebuah ruangan megah dengan interior serba modern dan didindingnya dipenuhi oleh foto-foto wanita dan pria cantik, Lareina duduk sembari menundukan kepalanya di sofa empuk berwarna cokelat. Terdengar suara hembusan nafas yang sangat kencang dari sekililingnya yang kemudian disusul dengan suara hentaman keras.
Brak!
Lareina yang terkejut pun mengalihkan pandangannya yang sebelumnya menunduk ke arah suara hentaman tersebut dan mendapati kertas-kertas serta map sudah berceceran di meja yang ada dihadapannya.
"Lareina! Jangan main handphone! Gak denger dari tadi saya ngomong panjang lebar?!" teriak seorang pria paruh baya yang menggunakan jas rapih lengkap dengan jam tangan silver yang memancarkan silau ke arah mata Lareina.
Lareina menyipitkan matanya. "Pak Dimas, jamnya silau banget."
"Astaga anak ini malah ngalahin pembicaraan. Kamu tahu gak salah kamu apa disini?"
Helaan nafas yang panjang kini bergantian keluar dari mulut Lareina. Ia pun berhenti bermain dengan ponselnya lalu menatap pria paruh baya yang dipanggilnya Pak Dimas itu dengan tatapan jengkel. "Salah? Saya gak salah apa-apa. Kalau bapak ngomongin masalah interview tadi, saya cuma klarifikasi kok. Bukannya bapak suruh saya buat klarifikasi secepatnya? Tuh udah," jawab Lareina santai.
Jessica yang melihat tingkah laku aktrisnya ini ingin rasanya kabur dan menangis sejadi-jadinya. Namun, Jessica berusaha untuk menahan rasa tangisnya dan duduk mendekati Lareina. "Rei, jaga sikap sedikit dong. Inget, Pak Dimas ini bos agensi, C E O," bisik Jessica dengan nada pasrah sembari menekankan kata CEO.
"Terus kalo C E O, kenapa?" Lareina pun balik berbisik dan mengikuti Jessica dengan menekankan kata CEO.
Jessica menatap Lareina dengan tidak percaya yang dibarengi dengan senyuman paksa. Meskipun Lareina tidak peduli dengan siapa yang sedang marah besar kepadanya ini, tetapi Jessica tidak bisa mengikuti ketidakpedulian Lareina karena yang mempekerjakannya dan memberikannya gaji adalah Pak Dimas. Ia tidak mau dipecat hanya karena ulah Lareina yang sebenarnya sudah terjadi puluhan kali dalam setahun.
Sedangkan Pak Dimas yang sudah muak menangani aktrisnya yang tidak bisa diajak kerja sama ini hanya ikut pasrah, sama seperti Jessica dan manajer-manajer lainnya. Ingin rasanya Pak Dimas memutuskan kontrak dengan Lareina, tetapi apa daya, Lareina adalah salah satu sumber daya manusia terbaik di agensinnya. Ia hanya bisa bersabar dan mencoba menutup kejadian ini sebisanya. Lagi pula wartawan sepertinya ikut muak dengan berita Lareina yang semua isinya memgenai sifat buruk yang wanita itu miliki.
"Ya sudah. Kamu yang paling benar deh. Saya nyerah aja. Jessica, kamu tolong minta sama tim manajemen untuk urus wartawan sama staf yang ada di studio kemarin biar gak ada yang bocor. Setidaknya sampai promosi film beres," pinta Pak Dimas dengan nada yang lebih tenang dari sebelumnya.
Permintaan tersebut pun langsung diiyakan oleh Jessica. Lareina yang merasa percakapannya dengan Pak Dimas sudah berakhir pun meninggalkan ruangan megah yang ternyata merupakan ruangan Pak Dimas selaku CEO Agensi tempat ia bernaung, Star A Entertaiment, tanpa mengucapkan sepatah apapun bahkan tidak dengan salam. Jessica yang melihat Lareina pergi begitu saja kembali menundukan kepalanya kepada Pak Dimas sembari meminta maaf. Entah keberapa kalinya Jessica meminta maaf kepada Pak Dimas hari ini.
"Kak Jessica!" sahut Alya yang berlari kecil menuju ke arah Jessica dan Lareina.
Jessica yang melihat Alya langsung meminta juniornya untuk membawa Lareina pulang karena Jessica harus bertemu dan membantu tim manajemen untuk mengurus permasalahan Lareina ini. Alya dan Lareina pergi meninggalkan Jessica untuk menuju ke basement, tempat mobil agensi yang biasa dipakai Lareina dan tim untuk keperluan pekerjaannya sebagai aktris.
Sesampainya di mobil, Alya pun bergegas membukakan pintu untuk Lareina. Alya tidak lupa memberikan amerikano dingin dan kue rendah kalori yang sedari tadi ada ditangannya kepada Lareina. Setelah dirasa tidak ada lagi yang harus ia lakukan, Alya pun akhirnya dapat duduk di kursi depan sebelah pengemudi.
"Tas gue yang isinya script lo taruh mana?" tanya Lareina yang menyadar tas ransel berwarna putih yang biasa ia gunakan untuk meletakan scriptnya tidak ada di kursi sampingnya.
Alya yang sedang bermain ponselnya pun terkejut dan segera menjawab. "Maaf kak, tadi aku taruh di baris belakang."
Lareina berdecak kesal sembari menatap tajam Alya melalui kaca mobil yang ada dihadapannya. "Gue bilang kalo jangan dipindahin, ya jangan. Susah banget kayaknya ngertiin kata gue."
"Maaf Kak, tadi aku beres-beresin mobil, terus taruh tasnya di baris belakang biar gak kena debu," balas Alya ketar-ketir.
Masih dengan tatapan tajamnya, Lareina pun menjawab. "Ya abis diberesin kan bisa lo taro lagi di tempat semula. Lupa? Apa gak kepikiran ada cara itu?" ujar Lareina yang menghujam Alya dengan berbagai pertanyaan.
Alya hanya menunduk dan meminta maaf. Pak Bambang, selaku Supir yang melihat kejadian tersebut menoleh ke arah Alya lalu membisikkan kata sabar sekecil mungkin agar tidak didengar oleh Lareina. Alya membalas Pak Bambang dengan berbisik bahwa ia tidak apa-apa. Sudah tidak lagi mendengar omelan Lareina, Alya pun memberanikan diri untuk mengintipnya melalui kaca mobil dan terlihat bahwa Lareina sudah fokus dengan skrip ditangannya yang pada akhirnya Lareina ambil sendiri dari kursi belakang. Melihat hal tersebut membuat Alya cukup tenang dan kembali memainkan ponselnya.
Alya sebenarnya tidak memainkan ponselnya untuk bersenang-senang, melainkan untuk mengecek keyword Lareina di semua sosial media. Walaupun urusan mengenai masalah yang terjadi pada saat interview ini akan ditangani oleh Jessica dan tim manajemen, Alya yakin bahwa pasti ada setidaknya satu atau dua orang staf yang berada di studio yang akan membocorkan perihal masalah tesebut ke sosial media.
Ia memaklumi hal tersebut karena tidak mungkin untuk mengatur semua staf yang ada disana. Dan dari lubuk hati yang terdalam, Alya juga ingin ikut membicarakan sekaligus curhat mengenai Lareina di sosial media. Tetapi ia sadar bahwa hal itu tidak berguna karena sudah menjadi rahasia umum-bukan rahasia sebenarnya- bahwa Lareina memang memiliki sifat yang buruk serta mulut yang pedasnya mengalahkan bubuk cabai tabur level 30.
Lareina Putri Arini atau yang sering disapa dengan Lareina atau Rei adalah seorang aktris A-list yang telah melakukan debutnya empat tahun lalu dan berada di bawah naungan Star A Entertaiment. Meskipun baru empat tahun debut, Lareina sudah memainkan tujuh film dan empat series, dimana semua filmnya pasti ditonton lebih dari satu juta penonton dan seriesnya pun selalu dibicangkan di sosial manapun. Ia juga telah meraih beberapa penghargaan bergengsi seperti pemeran utama wanita terbaik, pemeran pendukung wanita terbaik, dan film yang ia mainkan pun banyak yang memenangkan penghargaan film terbaik.
Kepopuleran dari wanita berusia 26 tahun dengan paras menawan ini pun dibantu oleh karir yang ia miliki sebelumnya, yakni atlet senam ritmik. Lareina merupakan pensiunan atlet senam ritmik dimana ia sudah menjadi atlet semenjak usia 7 tahun dan memutuskan untuk pensiun di usia 21 tahun. Selama menjadi atlet, ia sering mengharumkan nama bangsa dengan berbagai prestasinya baik di pertandingan domestik maupun internasional. Mengantongi medali emas sudah menjadi hal biasa bagi Lareina.
Seolah kurang dengan kecantikannya dan berbagai bakat yang ia miliki, Lareina juga berasal dari keluarga kaya raya pemilik salah satu perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi. Belum selesai dengan kelebihannya, Lareina juga merupakan siswa lulusan terbaik di masa SMA-nya. Bahkan ketika ia jarang aktif berada di sekolah karena sibuk dengan kegiatannya sebagai atlet, Lareina masih bisa meraih peringkat satu seangkatan selama tiga tahun berturut-turut. Benar-benar sosok yang dapat dibilang sempurna.
Namun memang pada dasarnya kesempurnaan hanya milik tuhan, Lareina memiliki satu kekurangan, yakni sifatnya yang terlalu buruk. Kejam, terlalu sensitif, mudah marah, tidak peduli dengan perasaan orang lain, dan selalu berpikir bahwa dirinya berada di atas semua orang karena kelebihannya, merupakan salah lima dari sifat buruk lainnya yang dimiliki Lareina.
Banyak yang berkata bahwa ia mengalami star syndrome, tetapi ia sudah memiliki sifat ini semenjak ia menjadi atlet sehingga jika benar ini star syndrome, bukankah sindrom yang dideritanya ini terlalu lama? Namun, sifatnya yang buruk ini tidak terlalu berpengaruh pada Lareina. Sumber daya seperti film, series, iklan, dan endorsement selalu datang kepadanya. Tidak dipungkiri memang fans setia dari Lareina ini sangat banyak dan mereka tidak terlalu memperdulikan bagaimana Lareina di kehidupan nyatanya.
Hal inilah yang menjadi alasan mengapa Pak Dimas, Jessica, Alya, dan orang-orang yang bekerja dengan Lareina tidak dapat berkutik dan tetap bersabar menghadapi wanita yang digadang-gadang sebagai makhluk setengah iblis.