Chereads / Gairah Putra Mahkota / Chapter 10 - Pemimpin Perusahaan Yuan

Chapter 10 - Pemimpin Perusahaan Yuan

"Tuan muda, tuan Alderic ingin berbicara!" ucap salah satu pengawal. Ares yang sedang berada di dalam kamarnya segera keluar dan mengikuti pengawal ayahnya itu. Ares menatap wajah ayahnya yang sedang memandangnya di meja makan.

"Putraku, mengapa kau tidak ingin ayah menyebarkan sosok pemimpin perusahaan Yuan, sudah banyak yang mendesak ayah," ucap tuan Alderic. Ares duduk di depan ayahnya sambil menghela napas panjang.

"Ayah, Ares belum siap!" jawab Ares kemudian.

"Baiklah, tapi besok. Ayah ingin kau segera memiliki kendaraan. Ganti cara berpakaianmu. Ayah tidak ingin saat kamu masuk ke dalam kantor Yuan, semua pandangan menatapmu dengan hina," ucap tuan Alderic. Ares menghela napas panjang.

"Ares sudah biasa," jawabnya singkat. Dia menatap bola mata tuan Alderic.

"Ayah tidak ingin kau dihina, putraku!"

"Tunjukan bahwa kau memiliki kekuasaan. Sudah lama keluarga Yuan mencarimu. Keluarga Yuan merasa bersalah, seharusnya ibumu tidak menitipkan dirimu di panti asuhan di Las Vegas. Semua terjadi atas desakan ayah."

"Makanya, ayah ingin menebus semuanya itu," ucap tuan Alderic kemudian. Ares mengerti apa yang sedang dikhawatirkan ayahnya saat ini.

"Gunakan kartu yang ayah berikan untukmu, berbelanjalah sesukamu dan ayah akan mengajakmu ke kantor," ucap tuan Alderic kemudian. Ares menganggukan kepala mengerti.

"Ayah akan memperkenalkan kamu dengan perempuan cantik, ayah yakin semua akan menghargaimu dengan kekayaan," jelas tuan Alderic lagi. Bagi Ares, dia ingin dicintai apa adanya. Namun Martha begitu egois dan gila harta. Ares masih mencintai mantan istrinya itu. Namun Ares harus berpikir bahwa Martha tidak sebenarnya tulus mencintainya.

"Tapi ayah …,"

"Ares, kau adalah pemimpin perusahaan Yuan sekarang, jangan terlalu merendahkan dirimu di hadapan orang yang menghinamu, Ares. Aku yakin, kau adalah lelaki hebat dan semua orang akan menghormatimu, putraku!" ucap tuan Alderic. Ares menghela napas panjang.

"Ayah akan menyuruh pengawal untuk menemanimu membeli mobil dan beberapa baju, atau ayah yang akan membelikanmu?" tanya tuan Alderic. Dia menatap wajah putranya dengan serius

"Tidak perlu, ayah. Biar aku sendiri yang akan memilih mobil yang tepat," jawab Ares secepat mungkin.

"Baiklah, putraku," ucap tuan Alderic.

"Kau harus terlihat kerena dan jangan biarkan orang-orang menghinamu, karena ayah tidak ingin hal itu terjadi!" ucap tuan Alderic. Ares menganggukan kepala mengerti.

***

Ares pagi-pagi buta sudah berdiri di depan sebuah gedung tinggi. Ares menatap beberapa mobil keluar dari gedung itu.

"Aku ingin membeli mobil," ucap Ares kepada salah satu penjaga shorum. Ares menatap wajah lelaki itu dengan penuh keseriusan.

"Jangan berbohog, banyak yang selalu berpura-pura membeli mobil di tempat kami," ucapnya.

"Aku ingin membeli mobil!" tegas Ares lagi. Laki-laki itu memperhatikan Ares dari ujung rambut sampai ujung kepala kemudian tersenyum kecut.

"Bersandal jepit dengan pakaian lusuh seperti ini tidak mungkin bisa membeli mobil dengan harga 700 jt!" timpalnya, Lagi-lagi Ares harus menahan amarahnya. Ares menghela napas panjang.

"Mobil yang paling mahal di sini, aku akan membawah pulang!" tegas Ares. Dia menatap beberapa mobil yang berjejer di gedung itu. Lelaki itu tertawa terbahak-bahak mendengarkan ucapan Ares. Seakan Ares sedang berbohong kepadanya. Namun, Ares benar-benar tidak berbohong.

"Aku mau itu!" tunjuk Ares. Dia melihat sebuah mobil sport dengan tampilan yang sangat elegant. Di depannya, Ares bisa melihat beberapa inovasi yang ada di dalam mobil sport itu. Ares pernah melihat salah satu artis menggunakan mobil sport itu.

"Harganya sekitar 1 milyar, kau tidak akan mampu membelinya!"

"Ini adalah mobil keluaran terbaru!" jelas lelaki berbaju hitam dengan kartu yang melekat di sisi kiri dadanya. Ares tahu bahwa lelaki itu adalah tim marketing di perusahaan mobil. Tapi Ares tidak ingin banyak tahu, dia ingin membawah mobil kesukaanya lalu segera pergi.

"Kau tidak mampu membelinya!"

"Sudahlah, tuan. Segera pergi dari shorum kami atau aku akan laporkan ke pihak keamanan," ancamnya. Ares kemudian menyentuh saku celananya. Dia spontan mengeluarkan kartu hitam lalu menyodorkan ke depan petugas marketingnya.

"Aku tidak berbohong!"

"Cepat selesaikan administrasinya, atau kau akan di pecat!" tegas Ares. Dia tidak suka buang-buang waktu di shorum ini. Lelaki itu membulatkan mata melihat black card milik Ares. Kartu premium dengan limit tertinggi.

"Kau serius memiliki kartu ini?" tanyanya. Tubuh lelaki itu menegang seketika.

"Cepat selesaikan dan aku akan membawah pulang mobil itu!" gerutu Ares kesal. Beberapa detik kemudian, lelaki yang menghinannya segera menundukan kepala dan mengurus segala keperluan Ares.

Tangan lelaki itu bergetar. Dia tidak menyangka bahwa lelaki berpakaian lusuh bisa membeli mobil seharga 1 milyar rupiah. Ini benar-benar gila.

Beberapa menit kemudian, lelaki berbaju hitam itu memberikan kunci mobil.

"Maaf tuan, saya tadi …,"

"Tidak perlu, kau cukup minta maaf kepada bosmu, aku hampir saja melaporkanmu!" ucap Ares. Setelah mengatakan itu, dia lalu masuk ke dalam mobil sport terbarunya.

***

Ladifa tersenyum puas melihat Martha sedang memakai gaun indahnya.

"Kau membohongi kami, Thomas. Kau katakan bahwa berlianmu itu asli, nyatanya berlian yang ditunjukan Ares itu asli," ucap Ladifa sedikit kecewa. Thomas tersenyum kecut. Dia berusaha menyembunyikan kebohongannya.

"Aku yakin, Ares itu mencurinya!"

"Sedangkan aku, aku di tipu oleh orang juga. Aku tidak tahu kalo berlian itu bajakan," jelas Thomas membelas diri. Ladifa menghela napas panjang. Martha sedang sibuk memakai gaun pengantinnya.

"Pokoknya, aku ingin berlian yang asli untuk adikku itu."

"Lagian juga, Ares sudah menjadi gembel. Tidak ada harapan Martha bersamanya," jelas Ladifa kemudian. Thomas menganggukan kepala mengerti. Dia tahu bahwa Ladifa yang gila harta sangat bisa diperbudak dengan uangnnya.

"Ayahku ingin memperbaiki semua system keuangan di perusahaanya, makanya kami perlu batuan kamu," sambung Ladifa. Di toko baju pengantin itu, Ladifa berbicara dengan Thomas. Mereka duduk di depan sambil menunggu Martha selesai mencoba gaun pengantinnya.

Thomas menyeruput kopi pahitnya dengan hati-hati. Dia menatap Ladifa dengan cermat.

"Tapi, keluarga Yuan sudah menemukan anaknya, kau tidak mendengarkan kabar terbaru itu?" tanya Thomas tiba-tiba. Di Barcelona, tidak ada yang tidak mengenal keluarga Yuan. Bahkan seluruh perusahaan berada di bawahnya.

Ladifa menggelengkan kepala.

"Ya, jika kau mengenal putra dari keluarga Yuan, secepatnya kita harus membentu relasi dengannya. Ya, aku bisa meninggalkan suamiku yang tidak berguna untuk mengambil simpatinya," jelas Ladifa dengan penuh keberanian.

Thomas berdecak lidah. Dia tidak menyangka bahwa Ladifa bisa mengadaikan rumah tangannya demi mendapatkan banyak harta.

"Tapi keluarga Yuan sangat tertutup, bahkan tidak ada yang bisa berkeluarga dengan keluarga Yuan di Barcelona. Sangat mustahil," sambung Thomas.

"Tidak ada yang mustahil, kau hanya perlu berpura-pura sebagai kenalan dari putra keluarga Yuan. Saat keluarga Smith memiliki relasi dengan keluarga Yuan, maka perusahaan kita akan tetap aman."

"Kau tahu kan, Thomas. Kau adalah Ceo di perusahanmu sendiri, memiliki asset yang begitu melimpah. Setidaknya kau harus membangun jaringan dengan keluarga Yuan," ucap Ladifa.

"Ini juga agar perusahaanmu tetap stabil," ucapnya secepat mungkin. Thomas menganggukan kepala. Dia menghela napas panjang.

"Iya," jawabnya.

"Aku ingin bertemu dengan putra keluarga Yuan, sepertinya keluarga Yuan sangat merahasiakan putranya itu," gerutu Thomas. Dia menyeruput kopi pahitnya sambil memperhatikan Martha yang sedang mencoba gaun pengantinnya di ujung sana.

Bersambung …