Chereads / Kasih Berbalut Luka / Chapter 2 - 2. Satu Hari Buruk Berlalu

Chapter 2 - 2. Satu Hari Buruk Berlalu

"Oh okey, syukurlah kalau kamu baik-baik saja mbak, saya khawatir karna melihat mobil mu terparkir di sini dan kamu dalam keadaan tertidur , dan ketika saya mendekati kamu dan saya sentuh kamu tidak juga bergerak, saya fikir kamu pingsan" kata wanita itu sedikit menjelaskan kepada Zara alasan kekhawatiran nya terhadap Zara saat itu.

"Oh ya, thank you mbak tapi aku nggak apa-apa, dan kalau begitu aku pulang dulu ya mbak" tutur Zara kepada wanita itu sambil menegakan duduk nya dan menghidupkan mobil nya.

"Okey, tapi kamu yakin kan gak apa-apa dan bisa sendiri?" tanya wanita itu lagi mencoba memastikan keadaan Zara sekali lagi.

"Yaah, aku okey, sekali lagi terimakasi. See you" tutur Zara kepada wanita itu sambil berpamitan.

"Okey, hati-hati mbak" kata wanita itu sambil bergeser dari sisi jendela mobil Zara.

Zara langsung memundurkan mobil nya. Kemudian mengarahkan stir mobil nya dan langsung menginjak gas dan pergi meninggalkan wanita itu perlahan. Wanita itu terlihat berdiri disisi jalan dan terus melihat kepergian Zara hingga Zara benar-benar hilang dari pandangan mata nya.

Zara menurunkan lagi kaca mobil nya dan membiarkan angin masuk menyentuh wajah nya. Zara mengambil dan memakai kaca mata hitam yang tersedia di mobil nya, Zara menghidupkan musik bergenre pop rock dimobil nya dengan volume maksimal.

Zara menyetir sambil menikmati sinar matahari pagi yang hangat masuk ke dalam mobil nya ditemani sebatang rokok di tangan nya. Sejenak Zara melupakan amarah nya semalam karna menghadapi kelakuan Radit yang kembali berpesta narkotika bersama teman-teman nya dirumah mereka. Sejenak ini membuat Zara dapat sedikit lebih menikmati hidup nya yang kacau nyaris tak memiliki warna selain kelam.

Setelah menyetir selama hampir satu jam lagi, Zara sampai lagi di depan rumah nya. Zara berhenti tepat di depan pagar rumah nya, ditarik nya nafas dalam-dalam, kemudian Zara membuang rokok yang ada ditangannya, lalu kaca mobil ditutup dan Zara turun dari mobil untuk membuka pintu gerbang yang tertutup.

Setelah selesai membuka pintu gerbang dan hendak masuk kembali ke mobil, tiba-tiba langkah kaki nya terhenti. Zara membuka kaca mata hitam nya dan mata nya tertuju pada sebuah tulisan diplang yang bertuliskan "Praktek Dokter Vira" yang terpasang dipagar rumah yang ada di sebrang rumah nya.

Zara merasa heran karna setau nya rumah itu adalah rumah kosong tak berpenghuni. Dan kini ia melihat ada plang praktek terpasang megah diantara tralis besi pagar berwarna hitam itu.

"Sejak kapan ni rumah ada penghuni nya?!" gumam nya sambil menarik pintu mobil nya dan menginjak puntung rokok yang dibuang nya tadi.

Mengabaikan rumah itu, Zara kembali masuk ke dalam mobil nya dan melajukan mobil nya masuk ke arah dalam menuju rumah. Zara memakirkan mobil nya diteras tepat depan pintu rumah nya.

sebelum turun dari mobil, Zara menarik nafas dalam-dalam, dan perlahan ia melangkah keluar dari mobil nya dan berjalan menaiki tangga teras rumah nya. Dengan berat hati Zara membuka pintu rumah dan masuk ke dalam.

Begitu masuk rumah Zara dengan langkah cepat langsung berjalan menuju kamar nya. Saat melewati ruang makan terlihat pembantu rumah tangga nya sudah selesai menyiapkan makanan untuk sarapan di meja.

"Pagi non, dari mana pagi-pagi begini?" sapa Inah pembantu rumah tangga nya yang sudah bekerja pada nya sejak mendiang kedua orang tua nya masih hidup.

Inah tidak pernah meninggalkan Zara setelah kedua orang tua Zara tiada. Inah selalu mengikuti kemana Zara meski tanpa dibayar gaji. Dan ketika Zara menikah dan memiliki rumah sendiri, Inah pun ikut untuk membantu Zara dan Radit di rumah mereka yang baru.

"Pagi bik, iya aku abis ada keperluan sedikit tadi di luar bik, sekarang aku capek dan ngantuk banget, aku mau naik dulu ya bik" kata Zara kepada Inah sambil memegang hangat pundak pundak wanita tua itu.

"Jadi sarapan nya gimana non? Apa bibik bawakan ke kamar aja?" tanya Inah lagi kepada nona Zara kesayangan nya.

"Oh gak usah bik, aku mau istirahat aja, nanti aku turun makan sendiri, bibik gausa repot-repot, kalau gak ada kerjaan lagi, bibik istirahat ya" tutur nya pada Inah dengan nada lembut dan penuh kasih sayang.

"Oh ya bik, si Radit mana? Uda bangun atau masi tidur?" sambung Zara, langkah nya berhenti sejenak saat mau menaiki tangga menuju kamar nya di lantai atas.

"Oh mas Radit uda bangun, lagi keluar non, gak tau mau kemana" tutur Inah menjawab pertanyaan Zara sambil terus menata meja makan.

"Oh okey, syukurlah, setidak nya aku bisa istirahat sebentar! aku naik dulu bik" kata Zara sambil menaiki tangga dan tersenyum ke arah Inah yang menatap nya sambil tersenyum juga.

Begitu sampai di kamar, Zara langsung menuju kamar mandi. Perlahan ia membuka baju nya yang sudah kering, dilepas nya ikatan rambut panjang nya. Zara menghidupkan shower dan berdiri di bawah nya membasahi seluruh tubuh nya dari ujung rambut sampai ujung kaki untuk menyegarkan kembali tubuh nya.

Setelah selesai mandi, Zara hanya menggunakan tengtop berwarna hitam dan celana pendek abu-abu milik nya. Rambut basah nya di biarkan terurai, Zara langsung menjatuhkan tubuh nya ke atas ranjang berseprai putih lembut.

Angin semilir berhembus masuk ke kamar nya menggoyangkan gorden putih yang tergantung pada jendela-jendela kamar nya. Zara asik menikmati tarian dari untaian kain jendela yang menari dihadapan nya hingga tanpa Zara sadari perlahan mata nya terpejam dan Zara tertidur.

Rasa lelah membuat Zara begitu terlelap dalam tidur nya, hingga waktu-waktu berlalu tak terasa oleh nya. Keadaan rumah yang tenang tanpa Radit adalah hal utama yang menjadikan istirahat Zara sempurna. Hingga matahari bergeser hampir tak terlihat, Zara masih lelap dalam tidur nya.

"Breeeeeek...!! Zaraaa.... istri ku sayang....Zaraaaa..." tiba-tiba terdengar suara seseorang menghantam pagar rumah nya dengan sebilah besi pendek diiringi dengan suara seorang yang berteriak memanggil nama Zara tanpa henti, dan tak lain itu adalah Radit.

Zara yang tengah lelap tertidur pun terkejut dan langsung terbangun oleh keras nya suara hantaman besi itu. Zara langsung berdiri dan bergegas melihat kearah luar dari jendela kamar nya.

"Bangsat! Kapan mati nya sih ni manusia satu ya Tuhan!!!" gumam nya sambil bergegas turun untuk membuka pintu rumah dan segera membawa Radit yang lagi-lagi sedang dalam keadaan mabuk masuk ke dalam rumah.

Zara takut akan malu jika sampai tetangga melihat aksi gila Radit, walaupun sebenarnya hal memalukan itu memang sudah sering terjadi dan sudah biasa menjadi konsumsi orang sekitar.

Tak lama Zara pun sampai di depan pintu, Zara menarik nafas lagi dalam-dalam kemudian membuka pintu. Terlihatlah Radit dalam keadaan sangat kacau tak terkendali berdiri tersandar memeluk jeruji besi pagar gerbang rumah mereka sambil terus berteriak memanggil nama Zara tanpa henti. Zara langsung berlari menghampiri Radit untuk membantu nya masuk ke dalam rumah.

Meski sebenar nya besar keinginan dalam benak Zara untuk melenyapkan lelaki pecandu narkotika itu dari dunia ini, namun Zara tidak melakukannya karna Zara begitu menghormati kedua orang tua Radit yang sudah merawatnya sejak ia masih kecil.