Chereads / Kasih Berbalut Luka / Chapter 8 - 8. Hukumankah untuk Radit?

Chapter 8 - 8. Hukumankah untuk Radit?

Setelah selesai berganti pakaian Zara langsung turun menuju ruang makan. Radit mengikuti langkah Zara dari belakang agar terlihat bahwa mereka pasangan yang kompak di hadapan kedua orang tua nya.

Makan malam berjalan sesuai rencana. Zara, Radit, Inah, Kenedi dan istri nya menyantap makanan yang tersaji dengan sangat lahap. Mereka mengobrol hangat sambil menghabiskan santapan makan malam mereka.

Di sela makan malam tiba-tiba Radit terlihat gelisah. Tatapan mata nya menjadi liar seakan ia sedang mencari sesuatu. Tangan nya menjadi gemetar, keringat jagung mengalir deras dari dahi nya, sudah tidak salah lagi, Radit kembali menginginkan benda haram kesukaan nya.

Zara menyadari apa yang sedang terjadi pada Radit. Zara sengaja membiarkan Radit menahan rasa candu nya itu menyiksa Radit. Memanfaatkan momen makan malam itu, Zara mengulur waktu kebersamaan itu dengan memperbanyak bahan obrolan di sana, sehingga makan malam berjalan alot, Kenedi dan istri nya pun jadi semakin lama berada di rumah itu.

Saat makan malam usai Kenedi dan istri nya berpamitan kepada Zara dan Radit untuk pulang, namun tiba-tiba saja Zara dengan sengaja menjatuhkan tubuh nya ke lantai yang membuat semua orang menjadi panik dan langsung mengangkat tubuh Zara ke sofa.

Inah segera mengambilkan minyak kayu putih untuk membuat Zara sadar kembali. Setelah minyak kayu putih di oleskan pada hidung dan dahi nya, Zara perlahan membuka kedua mata nya.

"Are you oke sayang?" tanya Kenedi dengan nada lirih karna sangat mengkhawatirkan keadaan Zara.

"Hmmmm, yaa... aku nggak apa-apa pa, aku Cuma sedikit pusing saja pa" kata Zara menjawab dengan nada bicara yang sangat lemas.

"Pa malam ini papa dan mama bisa ngga tidur di sini saja, ngga tau kenapa, tapi hari ini aku seperti merasa sedih dan sangat merindukan alm.papi dan mami" sambung Zara lagi kepada Kenedi dan istri nya.

"Oh begitu, okey sayang kita semua akan berada di sisi mu malam ini, kita ngga akan ninggalin kamu malam ini ya sayang, kamu jangan sedih ya sayang" tutur sang ibu mertua dengan penuh kasih sayang kepada Zara sambil mengelus lembut rambut Zara.

Dengan begitu Kenedi memutuskan untuk bermalam di rumah anak menantu nya. Kenedi meminta semua berkumpul di ruang keluarga saja untuk beristirahat bersama-sama agar Zara tidak merasa kesepian.

Radit terlihat terkejut. Radit semakin gelisah tak menentu, ia memjadi salah tingkah. Berulang kali ia bangun dan duduk kembali. Radit terus menggaruk kepala nya berulang-ulang.

"Hey Dit, apa yang kamu lakukan? Kenapa seperti sedang sangat gelisah?" Kenedi menghampiri Radit dan menepuk pundak putra nya itu sambil bertanya.

Radit terkejut dengan teguran Kenedi namun mulut nya tak mampu berkata apa-apa sehingga ia hanya tersenyum sambil duduk kembali di sofa.

Zara tersenyum puas melihat betapa sengsara nya Radit malam itu menahan rasa candu nya malam itu. Zara sengaja membuat sandiwara sakit nya untuk menahan agar kedua mertua nya tetap tinggal di rumah nya dan menghalangi Radit menggunakan lagi barang haram kesayangan nya.

Saat malam semakin larut, semua orang terlihat mulai lelap dalam tidur nya masing-masing, tak terkecuali Zara yang terlihat tidur dengan lelap. Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan saat itu, Radit langsung perlahan meninggalkan ruangan dan keluar rumah perlahan.

Radit berjalan dengan langkah seribu menuju sebuah ruang kosong di pojok pagar rumah nya, ruang itu adalah bekas pos satpam yang sudah tak lagi digunakan.

Radit langsung mengeluarkan seperangkat alat perang nya saat itu. Dengan penuh kenikmatan Radit menikmati setiap ia menghirup barang haram kesayangan nya. Seketika Radit hanyut dan terbang melayang dibawa oleh pengaruh kenikmatan barang haram itu.

Saat Radit sedang dalam keadaan benar-benar tidak tahu apa-apa. Tiba-tiba ada yang membuka pintu ruangan itu, dan terlihat ada sesosok orang yang tak di kenali oleh Radit menggunakan jaket, topi dan masker serba hitam berdiri tepat di hadapannya.

"Siapa kamu? Apa yang kamu lakukan di sini?" Radit bertanya pada orang itu dengan nada bicara setengah sadar tak berdaya nya.

Tanpa sepatah kata pun menjawab pertanyaan dari Radit, orang itu lantas mematikan lampu ruangan itu. Ruangan seketika menjadi gelap, dan entah apa gerangan orang yang tak di kenal itu langsung menghujani Radit dengan membabi buta. Radit berteriak kesakitan dan memohon ampun. Namun orang itu terus memghujani Radit dengan pukulan-pukulan keras nya.

Suara teriakan Radit sayup-sayup mencapai rumah dan di dengar oleh Kenedi yang segera terjaga dari tidur nya. Kenedi melihat bahwa Radit tak ada di tempat nya, yang tersisa hanya selimut dan bantal nya.

Kenedi bergerak mencari keberadaan Radit sambil mencari sumber suara teriakan yang didengar nya. Kenedi membuka pintu rumah, dan ia terkejut karna pintu rumah sudah tak terkunci.

Kenedi keluar rumah dan perlahan menuruni tangga teras rumah menuju halaman rumah. Kenedi melihat bekas pos satpam dan ia yakin sumber suara itu dari ruang tak terpakai itu.

Ketika langkah kaki Kenedi hampir mencapai tempat kosong itu, tiba-tiba keluar sosok orang tak dikenal tadi langsung berlari melompat pagar rumah dan langsung menghilam dalam kegelapan malam di sebrang jalan sana.

Mengabaikan orang itu, Kenedi berlari masuk ke dalam pos satpam. Keadaan ruang sangat gelap sehingga Kenedi tak dapat melihat apa-apa. Namun Kenedi mendengar ada suara rintihan di dalam kegelapan ruang itu.

Kenedi meraba dinding ruangan itu untuk mencari saklar lampu ruangan itu. Kenedi langsung menghidupkan lampu, dan alangkah terkejut nya ia melihat kondisi Radit yang sangat mengenaskan.

Tubuh Radit terikat pada sebuah bangku yang terbuat dari rotan dalam keadaan nyaris bugil hanya menggunakan celana dalam bewarna aby-abu tua saja.

Sekujur tubuh nya di penuhi luka dari wajah hingga ke kaki nya. Terlihat kuku jari jempol kaki nya sudah tak lagi berada di tempat nya dan yang tersisa hanyalah daging berlumur darah segar.

Kedua tangan nya di penuhi luka sayatan benda tajam. Wajah nya dipenuhi lembam dan darah. Hidung nya terus mengeluarkan darah. Kenedi begitu terkejut melihat keadaan anak satu-satu nya itu.

Kenedi langsung berteriak meminta tolong dan mengeluarkan hp nya untuk langsung menghubungi rumah sakit meminta segera dikirimkan ambulance. Sembari menunggu ambulance datang Kenedi berlari pulang ke rumah sambil berteriak memanggil seisi rumah untuk memberi tahukan mereka tentang keadaan Radit.

Zara terkejut mendengar teriakan Kenedi, ia langsung membangunkan ibu mertua nya dan Inah, lalu mereka bersama-sama berlari keluar rumah untuk melihat apa yang membuat Kenedi berteriak-teriak tengah malam begini.

Saat tiba di depan pintu pos satpam itu, semua orang dibuat terkejut bukan kepalang melihat keadaan Radit yang sudah setengah mati berlumuran darah. Zara terkejut namun ia sedikit tersenyum puas melihat keadaan Radit.