Chereads / Kasih Berbalut Luka / Chapter 9 - 9. Sedikit rasa puas untuk Zara

Chapter 9 - 9. Sedikit rasa puas untuk Zara

"OhTuhan terimakasih! Tapi kenapa baru sekarang? Apakah dia akan mati? Semoga!!" gumam Zara dalam hati nya saat melihat keadaan Radit.

Sedikit pun tak tergores rasa kasihan apalagi khawatir melihat kondisi Radit yang sudah setengah mati. Alih-alih iba dan bersedih, Zara malah merasa begitu bahagia dan puas melihat Radit seperti itu.

Tidak begitu lama waktu berselang, ambulance pun datang dengan diiringi sirine khas ambulance. Tubuh Radit langsung diangkat ke dalam ambulance di dampingi oleh Kenedi dan istri nya yang tak henti-henti menangis histeris dan sesekali berteriak memanggil-manggil nama anak nya yang sudah tak lagi sadarkan diri.

Zara tak ikut ke rumah sakit, ia memilih tinggal dan menunggu kabar Radit di rumah. Zara menggunakan keadaan nya yang sedang lemah sebagai dalih untuk tak ikut mendampingi Radit ke Rumah sakit.

Ambulance telah membawa Radit menuju Rumah sakit. Perlahan suara sirine ambulance menghilang dari pendengaran. Zara dan Inah pun memutuskan untuk masuk ke dalam rumah.

Saat Zara sedang akan mengunci gerbang rumah nya, dari arah seberang rumah nya terdengar ada suara seseorang berteriak memanggil nama nya.

"Ra.....Zara..." teriak Vira sambil berlari ke arah Zara.

"Hey mbak..... hati-hati ah! Kenapa kamu malam-malam begini lari-larian seperti anak kecil aja deh!" kata Zara melihat Vira yang berlari-lari ke arah nya.

Zara dan Inah terhenti di depan gerbang rumah menunggu Vira tiba menghampiri mereka. Inah dan Zara saling menatap satu sama lain karna bingung melihat Vira yang berlari-lari.

"Itu tadi ambulance dari rumah kamu Ra? membawa siapa?!" tanya Vira dengan nada tergesa-gesa kepada Zara.

"Oh itu! Iya itu tadi ambulance dari rumah aku, jemput suami ku mbak mau di bawa ke rumah sakit!" Zara menjelaskan dengan nada cukup tenang dan wajah nya pun terlihat bersemangat.

"Loh jadi kamu kok nggak ikut Ra? Memang nya sakit apa suami kamu?" cecar Vira lagi karna penasaran.

"Oh nggak perlu lah aku ikut, lagian ada mama dan papa mertua ku tadi yang ikut dampingi Radit mbak, lagian Cuma sakit biasa kok! Sudahlah mbak pulang dan istirahat sana gih, ntar anak- anak mbak nyarikin mbak loh?!" tutur Zara dengan senyum manis nya sambil mengelus bahu Vira.

"Oh begitu, baiklah. Saya fikir ada hal yang serius tadi, kalau begitu saya pamit pulang ya, jaga diri kamu ya Ra, kalau ada perlu apa-apa kamu jangan ragu hubungi aku" Vira merogoh kantung nya dan memberikan sebuah karu nama yang terdapat nomer telfon nya di situ.

"Oke mbak, pasti aku hubungi kalau aku bantuan mbak ya!" Zara menjawab dengan senyum yang tak putus dari bibir nya.

Vira kembali kerumah nya, begitu pula Zara dan Inah yang langsung menggembok pagar dan berjalan masuk ke dalam rumah. Saat berjalan menuju rumah, Zara terlihat begitu happy. Zara berjalan sambil menggandeng tangan Inah dan mengayun-ngayunkan tangan nya dan tangan Inah sambil bernyanyi lagu masa kecil nya.

Inah menatap ke arah Zara yang terlihat begitu bahagia dan ceria. Inah faham betul apa sebab Zara begitu terlihat bahagia. Inah tahu betul bagaimana perasaan benci menyelimuti hati Zara untuk Radit, namun Zara tak berbuat apa-apa karna mengingat budi baik kedua orang tua Radit yang tak mungkin dapat di balas nya hingga kapan pun.

Begitu sampai di dalam rumah, Zara langsung menghempaskan tubuh mungil nya ke sofa yang ada di ruang keluarga. Zara meminta Inah untuk duduk di samping nya karna Zara tak ingin melewatkan malam itu sendiri.

"Kamu nggak menghubungi pak Kenedi untuk menanyakan bagaimana kabar Radit? Inah bertanya lembut pada Zara.

Mendengar perkataan Inah, Zara langsung menggapai tubuh Inah dan memeluk Inah dengan sangat erat. Senyum yang manis tak hilang dari wajah Zara saat itu

"Bik, kenapa butuh waktu selama ini sih untuk Tuhan menghukum manusia nggak berguna itu bik?! Aku harap dia nggak akan pernah balik lagi ke rumah ini bik! Aku harap Tuhan nggak hanya memberi nya luka, tapi Tuhan juga membawa nya ke neraka bik!" Zara menjawab perkataan Inah.

Zara berbicara dalam pelukan Inah sambil tersenyum dan di iringi air mata yang mengalir membasahi mata dan pipi Zara yang lembut.

Inah terdiam mendengar perkataan Zara. Inah mengelus-elus tangan Zara yang mendekap nya begitu erat. Inah membiarkan Zara menikmati perasaan bahagia nya itu, karna Inah tahu betul kalau sudah lama Zara tak pernah mendapatkan perasaan bahagia seperti saat ini.

Saat Zara dan Inah hanyut dalam fikiran mereka masing-masing, tiba-tiba hp Zara berdiring, ternyata itu adalah panggilan dari Kenedi. Zara mengambil hp nya dan memberikan nya kepada Inah. Zara meminta Inah untuk menjawab telfon dari Kenedi, dan meminta Inah memberi tahu mereka bahwa Zara sudah tidur karna masih tak sehat. Inah pun langsung setuju saja dengan permintaan Zara kesayangan nya itu.

"Hallo pak, maaf saya yang menjawab telfon bapak, karna non Zara baru saja tertidur dan badan nya sedikit demam pak" tutur Inah lembut menjawab telfon dari Kenedi.

"Oh baik bik nggak masalah kamu yang jawab, saya Cuma mau kasi kabar kalau saya dan ibu akan stay di rumah sakit karna Radit harus menjalani oprasi untuk menghentikan pendarahan di wajah nya, jadi saya minta tolong sama kamu, untuk tolong jaga Zara dan jangan lupa berikan dia obat dan kalau keadaannya semakin buruk tolong segera hubungi saya atau ibu ya bik!" kata Kenede kepada Inah.

"Oh begitu pak, baik pak, semoga tidak ada hal serius yang terjadi pada nak Radit ya pak, baik kalau begitu saya tutup ya pak telfon nya" kata Inah setelah mendapat tugas dari Kenedi.

Zara yang menyandarkan kepala nya di bahu Inah ternyata sudah tertidur saat Inah sedang berbicara kepada Kenedi telfon tadi. Inah yang menyadari Zara sudah tertidur, perlahan menggeser kepala Zara dari bahu nya dan meletakan nya ke bantal. Inah pun menyelimuti Zara dan kemudia tidur di tempat nya semula sambil sesekali melihat ke arah Zara.

Malam itu terasa begitu indah bagi Zara. Zara tidur begitu nyenyak, bahkan dalam tidur nya pun sesekali bibir Zara terlihat tersenyum tipis. Seperti nya Zara dapat tidur nyenyak dan mimpi yang indah malam itu.

Sementara ssmua orang kembali tertidur untuk melewatkan malam dan menyambut hari yang baru esok hari. Dari luar pagar rumah Zara, terlihat seseorang bertubuh tinggi dan tegap dengan pakaian serba hitam lengkap dengan masker hitam berdiri menatap kerumah Zara dan kemudia berjalan ke ujung jalan dan hilang dalam kegelapan malam itu.