Chereads / Kasih Berbalut Luka / Chapter 7 - 7.Sekali lagi, bertemu tak disengaja

Chapter 7 - 7.Sekali lagi, bertemu tak disengaja

Selesai bersiap-siap, Zara menggunakan kulot hitam di padu dengan bluse putih serta rambut panjang nya yang dikepang dua membuat Zara tampak menawan pagi itu.

Zara turun menuju ruang makan untuk menyantap sarapan pagi nya sebelum ia pergi bekerja. Zara bekerja di sebuah klinik spesialis anak. Zara sangat menyukai anak-anak.

Di meja makan terlihat Radit pun sudah rapi dengan jas berwarna biru elektrik nya dipadu dengan dasi bewarna pink yang membuat penampilan Radit pagi itu terlihat begitu fresh.

"Kamu ke klinik hari ini? Papa dan mama akan mampir ke rumah sore ini, mereka mau makan malam di sini bersama kita kata nya" kata Radit mengawali percakapan nya dengan Zara pagi itu.

"Hmmmm... bagus kalau kamu tahu, setidak nya kamu bisa berekting seolah kamu sudah berubah untuk menyenangkan perasaan orang tua kamu nanti" kata Zara berkata sangat ketus dan datar pada Radit pagi itu.

Antara Zara dan Radit tidak pernah ada hubungan hangat layak nya suami istri. Bahkan Zara meminta dibelikan rumah setelah menikah karna ia ingin kamar terpisah dengan Radit.

Dirumah itu Zara membagi rumah menjadi dua bagian, lantai atas adalah kamar dan area untuk Zara. Dan Radit menempati lantai dasar untuk kamar dan area ia beraktifitas jika di rumah.

Zara belum bisa memaafkan Radit untuk apa yang di lakukan nya pada Zara di masa lalu. Setiap melihat wajah Radit hanya akan menambah lagi rasa sakit dan menanamkan kebencian yang semakin mendalam di hati nya untuk Radit.

Setelah selesai dengan sarapan nya, Zara berpamitan pada Inah dan langsung bergegas meninggalkan rumah untuk bekerja. Zara keluar dari rumah dengan kaca mata hitam favoritnya. Zara langsung masuk ke dalam mobil dan langsung melajukan mobil nya perlahan dan meninggalkan halaman rumah nya perlahan.

Saat berada di gerbang rumah nya tiba-tiba Zara mengehntikan mobil nya. Zara turun dari mobil dan terlihat menghampiri seorang wanita yang berdiri sambil menggandeng dua orang anak kecil berseragam sekolah dasar di sebrang rumah nya.

"Hey mbak, masih ingat sama aku?" kata Zara menyapa wanita itu dengan ramah dan hangat.

"Hey, tentu aku ingat! Kamu cewek cantik yang tidur di tepi sungai beberapa hari yang lalu kan?" kata wanita itu dengan gaya bicara sedikit guyon pada Zara.

"Hahaha... ia mbak saya, mbak tinggal di rumah ini? Baru ya? Soal nya setau saya rumah ini uda lama banget kosong mbak" kata Zara yang mulai nyaman mengobrol dengan wanita itu.

"Iya, saya baru tiga minggu di sini mbak, oh ya saya Vira, kapan-kapan kalau lagi ada waktu kosong, mampir ya ke rumah saya, soal nya saya belum punya teman di sini" kata Vira memperkenalkan diri nya kepada Zara.

"Oh iya, sangking keenakan ngobrol aku sampai lupa kalau kita belum kenalan ya..... aku Zara, next time kalau lagi ada waktu kosong aku main ke rumah mbak ya" kata Zara menyambut hangat undangan Vira untuk diri nya.

Dalam sekejab Zara dan Vira menjadi akrab begitu saja seakan mereka adalah teman lama. Meski berusia lebih tua dari Zara tapi Vira begitu hangat dan ramah kepada Zara.

Mengakhiri obrolan diantara mereka, Zara langsung masuk kembali ke dalam mobil nya dan langsung bergegas berangkat bekerja. Vira pula melihat Zara yang sudah berangkat kerja kembali masuk ke dalam rumah nya karna anak nya pun sudah dijemput oleh bus sekolah nya.

Di dalam rumah, Vira melihat Bastian suami nya sedang duduk sarapan seorang diri. Vira tersenyum manis menyapa Bastian yang sedang sarapan sambil berjalan menghampiri suami nya untuk menemani nya menyantap sarapan.

"Anak-anak sudah berangkat?" tanya Bastian kepada Vira mengawali percakapan mereka sambil menyantap sarapan.

"Hhmmm ya, seperti biasa, vino dan vindi nggak pernah mau terlambat kan kalau untuk sekolah" jawab Vira sambil tersenyum dan mengoleskan sehelai roti dengan selai coklat kesukaan nya.

Vira dan Bastian adalah sepesang suami istri yang jika dilihat sepintas seperti pasangan yang sangat harmonis dan serasi. Mereka selalu terlihat berbelanja bersama dan untuk urusan anak pun mereka selalu melakukan nya bersama.

Vira adalah seorang janda dengan dua orang anak. Sedangkan Bastian adalah adik dari mendiang suami Vira. Bastian memustuskan untuk setuju menikahi Vira karna ia tak ingin jika keponakan-keponakan nya kehilangan sosok ayah, dan Bastian tak ingin keponakan-keponakan nya memanggil orang asing dengan sebutan papa jika Vira menikah lagi dengan orang lain.

Vira pula setuju dinikahi oleh adik ipar nya karna Vira hanya memikirkan anak-anak nya. Setelah suami nya meninggal Vira tak lagi memiliki keinginan apa-apa dalam hidup nya selain ingin membesarkan anak-anak nya dan memastikan anak-anaknya tak kekurangan kasih sayang atau satu apapun dari kedua orang tua.

Bastian dirasa Vira adalah sosok yang paling cocok untuk menggantikan posisi mendiang suami nya karna Bastian adalah saudara kembar identik mendiang suami nya, jadi untuk anak-anak yang masi polos mereka tidak akan menyadari jika Bastian bukanlah papa kandung mereka.

Dengan mempertimbangkan segala hal akhir nya Bastian dan Vira sepakat untuk menikah dengan batasan diantara kedua nya yang mereka sepakati bersama. Salah satu bentuk kesepakatan diantara mereka adalah tidak harus ada kewajiban suami istri di ranjang, bahkan Bastian meminta untuk mereka tidur di kamar yang terpisah.

Sore mejelang maghrib tiba Zara pulang ke rumah. Saat Zara baru memasuki gerbang rumah nya sudah terlihat mobil mertua nya terparkir di depan rumah nya. Zara memarkirkan mobil nya tepat di belakang mobil Kenedi. Dengan mengatur nafas nya Zara pun turun dari mobil dan langsung masuk ke rumah.

Saat Zara masuk ke dalam rumah terlihat ibu mertua nya bersama Inah sedang sibuk menyiapkan aneka hidangan makan malam di meja makan. Zara berjalan menemui sang ibu mertua.

Zara memeluk hangat ibu mertua nya. Setelah berbasa-basi dengan ibu mertua nya Zara langsung bergegas naik ke lantai dua menuju kamar nya untuk mandi dan berganti pakaian untuk makan malam bersama keluarga mertua nya.

"Ngapain kamu di kamar ku?" Zara bertanya kepada Radit yang sedang duduk di sofa kamar nya.

"Seperti biasa, mama dan papa datang, aku nngak mungkinkan kasi lihat ke mereka kalau kita memiliki kamar masing-masing kan?!" kata Radit menjawab pertanyaan Zara sambil menatap Zara.

"Halah, alasan!" Zara menjawab ketus perkataan Radit.

Zara melemparkan tas nya ke tempat tidur dan ia langsung mengambil baju ganti di lemari nya lalu masuk ke kamar mandi nya. Zara merasa muak dan sesak jika harus berlama-lama satu ruangan apalagi sampai berduaan saja sama Radit.