***
Howland terbangun dari tidur siangnya. Ia merasa sangat segar bisa tidur siang di dekat sungai dengan pemandangan yang sangat indah seperti di sini.
Ia selalu menyukai kastil milik keluarga Montgomery. Meskipun telah ditinggalkan belasan tahun lamanya tapi Aslan bisa mengembalikan pemandangan dan juga kehidupan di kastil itu seperti sedia kala.
Ia menoleh untuk mengajak adiknya atau Aslan kembali ke kastil tetapi apa yang dilihatnya membuat Howland membeku di tempatnya. Rosie sedang tertidur pulas di pangkuan Aslan.
Salah satu tangannya masih memegang buku. Sepertinya gadis itu ketiduran saat membaca bagian yang membosankan. Aslan masih tertidur dengan posisi yang sama, duduk dengan sedikit bersandar pada pohon.
Howland tidak tahu harus melakukan apa di dalam keadaan yang seperti ini. Ia tahu ia ingin Rosie dan Aslan bisa berteman tapi ia tidak siap jika mereka sudah sedekat ini dengan begitu cepat.
Kini Howland jadi penasaran dengan apa yang terjadi kemarin saat dirinya tak ada. Dari cerita yang Rosie sampaikan kepadanya tak ada yang spesial. Ia bilang Aslan hanya membelikannya beberapa barang saat menemaninya berjalan-jalan ke pemukiman penduduk.
"Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mungkin membangunkan tidur Rosie," gumamnya. Ia menoleh ke arah adiknya sekali lagi. Gadis itu terlihat sangat nyenyak dan nyaman. Jika Howland menggendongnya kembali ke kastil pasti akan mengganggu tidur sang gadis.
Setelah berpikir panjang dan tak menemukan jawabannya, Howland memutuskan untuk meninggalkan keduanya. Ia berjalan sambil memegangi rambutnya memikirkan kemungkinan apa yang terjadi antara adiknya dan temannya saat ia pergi kemarin.
***
Aslan merasakan beban di pahanya. Pria itu menguap merasa terlalu lama tertidur. Lehernya terasa kaku karena tertidur di posisi yang sama dan tidak nyaman secara bersamaan. Setelah memijat tengkuknya ia mencari keberadaan Howland yang telah menghilang dari tempatnya berada.
Aslan bisa merasakan sesuatu bergerak di kakinya. Ia membeku melihat sang putri tengah tertidur di pangkuannya. Ia melihat sekeliling sekali lagi untuk memastikan tak ada satu orang pun yang melihat mereka. Ia tidak bisa membayangkan betapa canggungnya jika Howland melihat posisi tidur adiknya saat ini.
Aslan ingin membangunkan sang putri tetapi ditahannya saat melihat Rosie terkekeh di dalam tidurnya.
"Aslan …. Hentikan …." Rosie mengingau sambil tertawa.
"Apa kau serius?" tanya Aslan yang tak percaya jia gadis itu sedang memimpikannya.
Aslan pun membiarkan Rosie untuk tidur lebih lama. Ia meletakkan tangannya di pangkuannya tak jauh dari wajah gadis itu. Saat angin berhembus lebih kencang, rambut panjang Rosie tertiup hingga menutupi sebagian dari wajahnya.
Aslan yang sedari tadi tengah memperhatikan Rosie, menggunakan telunjuknya untuk mengembalikan rambut merah muda gadis itu. Setelah wajah Rosie tak lagi tertutupi oleh rambutnya, Aslan mengembalikan tangannya ke tempat semula.
"Hehe… Aslan…"
Sesuai menggelitik telinga Aslan saat mendengar gadis itu menyebutkan namanya. Ia menggerakkan tangannya tanpa sadar. Menggunakan ujung telunjuknya dengan lembut menyentuh bibir sang putri. Terasa sangat lembut mengingatkan Aslan dengan sebuah jelly.
Matanya tertuju pada remahan sisa roti di ujung bibir Rosie. Ia meraihnya kemudian memakannya.
"Aslan .. kiss-kiss…" gumam Rosie.
Aslan melihat kaki kanannya yang terbebas kemudian mengistirahatkan tangannya di ujung lututnya. Ia menekap bibirnya untuk menyembunyikan sesuatu yang tak pernah ia tunjukkan kepada orang lain.
"Heh, what a woman," gumamnya sambil tersenyum.
***
Rosie terbangun oleh guncangan yang cukup kencang. Kesadarannya belum terkumpul sepenuhnya. Ia melihat sekelilingnya dengan tatapan bingung dan juga setengah mengantuk.
"Ack!? Dimana aku sekarang? Siapa aku? Eh? Huh?' racaunya yang belumkembali sadar. Bahkan rambutnya yang acak-acakkan layaknya seekor singa tak disadarinya.
"Sudah waktunya kita kembali, Yang Mulia. Tidak baik berlama-lama di luar. Anda akan sakit," kata seseorang namun Rosie belum bisa berpikir jernih sekarang.
Di kepalanya masih terngiang mimpi indah tentang dirinya dan Aslan yang menjadi pengantin baru. Keduanya sedang … wajah Rosie seketika memerah mengingatnya kembali.
Ia menutupi kedua wajahnya menahan malu.
"Ehehehe cuma mimpi ternyata," gumamnya.
"Ehem." Aslan sengaja batuk agak lebih keras agar Rosie segera sadar jika mereka masih di luar.
"Ack!" Rosie pun berhenti mengkhayal tentang mimpinya dan sedikit mengintip dari balik kedua tangannya pada Aslan yang masih setia menunggu.
"Kita harus kembali, Tuan Putri," ajak Aslan sekali lagi.
Rosie mengangguk tetapi ia tak kunjung menurunkan wajahnya. Ia tidak peduli jika dirinya dianggap aneh oleh orang lain tetapi ia tidak akan membiarkan Aslan melihat wajah bangun tidurnya setelah bermimpi mesum.
Aslan sendiri tidak terlalu peduli. Setelah Rosie berdiri, ia membereskan alas piknik mereka dan juga buku yang tadi dibaca oleh sang putri.
"Ini buku milik Anda." Aslan memberikan buku milik Rosie yang terjatuh ke tanah.
Gadis itu meliriknya sebentar kemudian menggeleng masih bertahan untuk tidak memperlihatkan wajah bantalnya kepada Aslan. Bukannya menjawab, Rosie justru berlari meninggalkan pria itu yang kebingungan di tempat.
"Apa lagi sekarang?" tanya Aslan yang sama sekali tidak ada ide tentang perilaku sang putri.
Aslan kembali ke tempat kerjanya. Ia memijat sedikit lehernya yang terasa kaku. Ia tidak tahu kemana Howland sekarang yang pasti dirinya akan sibuk oleh persiapan pesta yang akan dimulai malam ini agar besok ia bisa menerima banyak tamu undangan yang sudah Howland undang.
Hampir semua undangan yang Aslan berikan mendapatkan balasan bahwa mereka akan hadir untuk merayakan hari jadi Aslan menjadi seorang Duke. Pia itu menenggelamkan kepalanya pada permukaan meja.
"Itu bukanlah sesuatu yang biasa dirayakan," gumamnya.
Matanya tertuju pada sebuah buku bersampul merah muda yang tadi dibaca oleh sang putri. Ia membuka halaman yang telah ditandai dengan sebuah lipatan kecil.
Aslan mengernyit membaca paragraf pertama buku itu.
"Huh?" tanyanya kebingungan mengapa ada buku semacam itu di perpustakaan. Ia yakin Rosie mengambil buku dari perpustakaan miliknya. Aslan membalik untuk membaca sinopsis dan menggeram kesal.
"Buku macam apa ini?" tanyanya dengan marah.
Buku itu sangat tidak layak untuk diterbitkan. Setiap halaman tulisan berisikan cerita mesum yang sangat eksplisit tanpa ada sensor.
"Dan tangan Mister Han menyelinap masuk ke dalam bagian xxx Miss Lola membuat Miss Lola mendesah kencang. Miss Lola juga ingin membuat Mister Han merasakan kenikmatan seperti yang ia rasakan dan menggerakkan kedua tangannya untuk menyentuh xxx milik Mister Han. Kedua lidah mereka saling bertaut merangsang satu sama lain."
"Ah, kau sudah basah Miss Lola, bolehkah aku memasukkan xxx ku ke dalam xxx mu?"
"Tentu Mister Han, aku sudah tidak sabar untuk merasakan kenikamatan tiada tara, ah ah ah ah."
"What the fck, is this?"
Aslan membacanya dengan nada datar sedatar ekspresinya. Pria itu membuang buku tersebut ke tempat sampah di dekat meja kerjanya.
Ia tidak menyangka jika sang putri membaca buku semesum itu. Tapi Aslan lebih tidak menyangka jika di perpustakaan terdapat buku yang sangat tidak bermoral seperti itu.