Aslan bergegas ke perpustakaan untuk memeriksa seluruh judul buku yang terdaftar. Ia harus segera membumihanguskan seluruh buku yang memiliki unsur tidak bermoral di dalamnya. Aslan tidak ingin ada orang lain yang membaca buku-buku semacam itu di kastilnya.
Aslan tidak bisa menebak isi buku berdasarkan judulnya saja. Ia menghabiskan banyak waktu untuk memilah semua buku-buku di sana. Meski pun sudah dilakukan skimming cepat tetapi memeriksa satu per satu buku di perpustakaan tersebut membutuhkan ekstra kesabaran.
Pintu perpustakaan terbuka dan tibalah Rosie membuat Aslan menghentikan aktivitasnya. Ruang perpustakaan itu tidak terlalu besar. Tidak sebesar apa yang dimiliki oleh istana.
Rosie yang baru masuk langsung berpapasan dengan Aslan yang sedang memilih buku di lantai. Sepertinya gadis itu sudah membersihkan tubuhnya dan berganti pakaian baru.
Rosie memiringkan kepalanya karena merasa penasaran dengan apa yang dilakukan oleh Duke Aslan di bawah sana.
Ia memperhatikan sebuah rak buku yang hampir seluruh bukunya telah diturunkan semua selain dua dereta terbawah.
"Apa yang sedang kau lakukan di bawah sana, DUke Aslan?" tanya Rosie penasaran.
Aslan menutup kembali buku yang dipegangnya dan menyembunyikannya agar Rosie tidak melihatnya.
"Bukan apa-apa, hanya sedang mencari bacaan saja. Lalu Anda sendiri, apa yang sedang Anda lakukan di sini?"
"Ah, aku mencarimu."
"Aku? Ada keperluan apa Anda mencariku?"
"Duke Aslan, apa kau melihat buku yang tadi siang kubaca?" tanya Rosie. Aslan tentu tahu dimana keberadaan buku itu sekarang. Di tempat sampah dekat meja kerjanya.
Namun ia tidak ingin memperpanjang masalah dengan memberitahukannya kepada sang putri. "Tidak."
"Hm …" Rosie berpikir sejenak sambil mengusap dagunya. Ia sendiri tidak terlalu ingat apa yang terjadi tadi siang.
Ia mencoba mengingat kembali runtutan adegan mulai dari dirinya mengajak kakaknya dan Aslan untuk piknik bersama kemudian kakaknya dan Aslan tertidur meninggalkan dirinya yang sedang antusias membaca adegan snu-snu di sebuah novel.
Namun karena ia mengantuk, Rosie pun memutuskan untuk ikut tidur bersama kedua pria itu dan ia mendapatkan mimpi indah sedang melakukan snu-snu dengan Duke Aslan tapi sebelum itu terjadi, mimpinya harus selesai karena Duke Aslan membangunkannya.
Karena Rosie tidak ingin Aslan melihat wajah bantalnya, Rosie berlari meninggalkan pria itu tanpa mencari kembali bukunya. Padahal ia sedang membaca adegan yang paling seru.
"Benarkah? Tapi sepertinya tadi Anda sempat memberikannya kepadaku tapi aku tolak?" balas Rosie sedikit ragu karena ia juga tidak yakin apa yang terjadi karena dirinya dalam posisi setengah sadar saat itu.
"Maaf, Yang Mulia. Saya tidak ingat."
Rosie mendekat dan duduk di tumpukan buku di samping Aslan sambil melihat apa yang sedang pria itu lakukan.
"Aneh, padahal aku sudah mencarinya ke tempat kita piknik tadi tapi tidak menemukannya. Apa jangan-jangan tertiup anin dan hanyut ke dalam sungai?" tanya Rosie yang dijawab Aslan dengan kedikan bahu.
Aslan merasa tidak nyaman pekerjaannya diperhatikan seperti ini. Ingin mengusir pun tidak mungkin karena Rosie adalah adik dari Howland. Ia melirik Rosie yang duduk diam di belakangnya.
Diraihnya sebuah buku dari tumpukan yang belum ia periksa dan mulai melakukan skimming tentang isi-isi buku tersebut.
"Oh! Sepertinya buku ini bagus!" ujar Rosie sambil menyandarkan tangannya pada bahu Aslan.
Gadis itu merebut buku tersebut dari tangan Aslan dan melihat sinopsisnya sebentar.
"Oh, dikatakan di sini bahwa ini adalah buku terfenomenal abad ini. Kisah cinta panas terlarang yang populer di kalangan remaja wanita."
Aslan meraih buku itu lagi dan meletakkannya di tumpukan buku yang akan ia bakar.
"Tidak ada hal semacam itu. Itu hanya marketing para penerbit buku saja," ujar Aslan yang tak didengarkan oleh Rosie.
Rosie meraih kembali buku tersebut tetapi Aslan memegang tangannya erat seakan melarang Rosie untuk membaca buku itu. Rosie yang tidak ingin kalah menolak untuk melepaskan genggamannya dari buku tersebut.
"Aku ingin membacanya," kata Rosie.
"Tidak boleh."
"Kenapa?" tanyanya yang merasa bingung mengapa ia tidak boleh membaca buku tersebut.
Sebelumnya Aslan dengan baik hati membiarkannya meminjam beberapa buku dari perpustakaannya tapi kenapa sekarang ia melihat saja dilarang? Rosie teringat buku yang tadi siang dibacanya.
"Ah, apakah aku dilarang meminjam buku lagi karena telah menghilangkan satu buku?"
Aslan menggeleng dan merampas buku tersebut sedikit lebih kasar dan membuangnya ke tempat lain. Yang pertama mungkin adalah kelalaiannya hingga membiarkan sang putri membaca buku yang tidak seharusnya dibaca oleh seorang putri kerajaan. Aslan tidak akan membiarkan Rosie membaca buku sejenis itu untuk kedua kalinya.
Jika Howland tahu bahwa adiknya membaca novel dewasa maka Howland akan kecewa padanya. Howland mungkin akan mulai menyalahkannya karena menyimpan buku-buku tak bermoral itu di perpustakaannya.
Maka dari itu, sebelum itu terjadi Aslan akan menghapus semua buku-buku sejenis itu dari perpustakaannya.
"Sebenarnya apa yang sedang kau lakukan? Apakah kau sedang mencari bacaan? JIka mencari bacaan kenapa harus membongkar semua buku dari raknya?" tanya Rosie yang tiba-tiba merasa kesal karena Aslan membuang buku sembarangan padahal dirinya sudah ingin membacanya.
"Aku hanya sedang membuang-buang waktu."
"Kau memiliki kebiasaan aneh, Duke Aslan," ujar Rosie yang tidak mengerti dengan kebiasaan pria itu.
Aslan hanya diam dan mengembalikan buku novel yang tidak memiliki adegan dewasa kembali ke dalam rak.
"Kau butuh bantuanku?" tawar Rosie.
"Tidak, Yang Mulia.," jawab Aslan sekenanya tanpa mengangkat kepalanya dari buku-buku di depannya.
Rosie pun mengedikkan bahunya membiarkan Aslan melakukan apa yang sedang pria itu lakukan. Rosie yang mulai merasa bosan melihat sekelilingnya. Ia tidak tahu harus melakukan apa.
Rosie berdiri untuk melihat-lihat. Aslan hanya melirik kemudian kembali sibuk dengan apa yang sedang ia kerjakan sekarang,
Saat Aslan sedang sibuk membedakan buku dewasa dan tidak, tiba-tiba punggungnya merasakan sebuah beban baru. Saat dilihatnya ke belakang, ia menemukan Rosie sedang duduk bersandar pada punggungnya dengan sebuah buku di tangannya.
Aslan terdiam sesaat bingung harus melakukan apa. Jika ia meminta dengan ucapan, apakah sang putri akan meninggalkannya? Dan jika ia berdiri saat ini mungkin saja Rosie akan terjatuh ke belakang.
"Yang Mulia?" panggil Aslan.
Alih-alih menjawab panggilan Aslan, Rosie pun membaca sinopsis novel yang dipegangnya.
"Can she melt the ice in his heart? Princess Agathe is the forgotten princess of the South Kingdom, a country blessed with the wam sun all year round. She was sacrificed by her family to become the prisoner of thd Northern Kingdom because of the sins of her brother. In the kingdom covered by an eternal snow, Princess Agathe met King Rikkard, a man full of mystery."
Dan lagi-lagi Aslan mengalah. Ia mengorbankan punggungnya untuk Rosie bisa membaca dengan nyaman.