Pagi hari, Dera bahagia berangkat ke kantor, karena hari ini hari pengumuman lolos atau tidak dirinya perihal tes beasiswa S2. Hal tersebut membuat Dera semangat berangkat ke kantor, siapa sangka Merry malah memanggilnya sebelum Dera masuk ke ruang kerjanya.
"Mbak Merry, ada apa Mbak?" tanya Dera was-was.
"Ayo ikut aku, kamu diminta ke ruang Aula," jawab Merry cepat.
Ders bergeming, tetapi pikirannya melayang bebas memikirkan maksud Merry meminta dirinya ke ruang Aula. Ya Tuhan… apalagi tim accounting sudah berkumpul untuk membuli dirinya karena gagal lolos tes? Ya Tuhan… jika benar, artinya tes Dera gagal dan tak bisa melanjutkan S2.
"Dera, kenapa malah melamun? Ayo ikut." Merry tampak kesal karena Dera malah melamun, dia memilih berjalan lebih dulu ke ruang Aula.
"Bismilah," ucap Dera lirih, lalu mengejar Merry ke ruang Aula.
Sesampainya di ruang Aula, Dera dikagetkan dengan suara tiupan terompet dan letusan balon yang dilakukan tim accounting. Hal tersebut membuat Dera menyunggingkan senyuman lebar walaupun dirinya belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
"Dera, selamat ya. Aku yakin kamu pasti bisa melakukan yang terbaik untuk perusahaan ini," ucap Merry bahagia, lalu menjabat tangan Dera.
"Iya Dera, kamu memang pantas mendapatkannya. Kamu the best deh," lanjut Widya bahagia.
"Iya Dera, terus pertahanan prestasi kamu ya. Berusahalah biar perusahaan ini semakin berkembang," timpal lainnya.
"Tunggu deh, maaf sebelumnya. Tapi, sebenarnya ini ada apa ya? Jujur, aku belum paham." Dera heran dengan tindakan rekan kerjanya, apakah yang sebenarnya terjadi.
"Ya Allah, maaf ya Dera. Saking bahagianya, kami belum kasih tahu kebahagiaan ini," ucap Merry antusias, lalu memberikan amplop panjang berwarna putih pada Dera.
Dera menelan ludah gusar, kemudian meraih amplop itu. Dera membukanya secara perlahan dan mulai membacanya, seketika, butiran bening meleleh membasahi pipinya. Tetapi, air mata ini adalah air mata kebahagiaan karena Dera membaca lembaran kertas yang menyatakan dirinya lolos tes melanjutkan S2 100 % dari perusahaan.
"Mbak Merry, ini beneran aku lolos 100 %?" tanya Dera memastikan, dirinya belum yakin apakah tengah bermimpi atau tidak.
"Iya Dera, untuk itulah kami berkumpul sebagai party kecil perayaan kamu. Saat makan siang, kita makan di luar kantor ya," ucap Merry antusias.
"Ya Allah, aku sampai terharu karena kalian begitu peduli padaku. Eum… gimana kalau makan siangnya di restoran temanku aja, walaupun itu resto baru tetapi semua menunya enak dan berkelas," ucap Dera menyarankan.
"Memangnya restoran mana? Mana ada tetap baru tetapi sajiannya lezat. Itu mustahil," celetuk Dewa dingin.
Semuanya bergeming mendengar ucapan Dewa yang tak mencerminkan kebahagiaan Dera, hanya Dewa tim accounting yang tak menampakkan wajah kebahagiaan. Tetapi semuanya tak ambil pusing karena memang sudah watak Dewa seperti itu.
"Dera, kalau boleh tahu lokasi restorannya dimana? Boleh sih kita makan siang di sana." Merry tak ingin suasana kebahagiaan hilang karena ucapan Dewa yang pedas, dia berusaha mencairkan suasana dengan menanyakan lokasi restoran yang Dera maksud.
"Nggak terlalu jauh dari kantor kok," sahut Dera cepat.
"Baiklah guys, kalau begitu kita makan siang di resto rekomendasi Dera ya." Merry menghadap tiemoue accounting seraya tersenyum, seketika mendapat anggukan kepala tim accounting.
Mereka pun akhirnya bergegas kembali bekerja seraya menunggu waktu makan siang. Sementara Dera duduk di meja kerjanya penuh kebahagiaan, dia sebenarnya ingin menelpon Dion dan mengabarkan dirinya lolos tes dan akan makan siang di restoran Dion dengan tim accounting. Tetapi, Dera mengurungkan niatnya karena akan memberikan kejutan untuk Dion di restoran.
"Dion pasti bahagia kalau tahu aku lolos, jadi nggak sabar pengen jam makan siang dan kasih kabar gembira ini." Dera tersenyum sendiri membayangkan pertemuannya dengan Dion saat makan siang nanti, dia ingin mengetahui seperti apa sikap Dion nanti.
Dera tak ingin larut membayangkan pertemuannya dengan Dion, dia kembali bekerja sampai akhirnya jam makan siang tiba. Tim accounting pun berkumpul dan bergegas menuju restoran Dion menggunakan kendaraan masing-masing, sesampainya di restoran Dion, mereka takjub melihat restoran Dion yang ramai konsumen. Mereka melihat Dion yang berwibawa tengah mengobrol dengan pekerja restoran, melihat pandangan Dera pada Dion membuat Dewa kesal karena ternyata tujuan restoran adalah restoran milik Dion.
"Ternyata ini resto baru tapi punya menu oke, ya jelas lah restonya ramai. Secara dia pemilik perusahaan dan bisa meng-handle restoran baru ini," ucap Dewa keceplosan dan membuat tim accounting terbelalak.
Dera pun terlonjak kaget mendengar ucapan Dewa, tetapi Dera tidak mempercayai ucapan Dewa dan memilih diam. Dera hanya memperhatikan Dion yang sepertinya tengah diskusi dengan pekerja laki-laki itu, Dera memang merasa Dion bukan seperti laki-laki biasa yang tengah merintis usahanya. Dera lebih melihat sosok Dion seperti pengusaha handal yang memiliki banyak bisnis, apalagi Dion perfeksionis dan sikap dingin dan ketuanya kental pada dirinya walaupun Dion tidak memperlihatkan sikap itu pada Dera.
"Sudah-sudah, sebaiknya mari kita duduk dan rayakan keberhasilan Dera." Merry mencairkan suasana yang tegang karena ucapan Dewa, dia tak ingin Dera mengetahui identitas Dion dan berimbas kemarahan Dion. Bisa-bisa banyak karyawan yang dipecat jika tak bisa menjaga rahasia Dion.
"Iya Mbak." Dera mengangguk, walaupun masih shock dengan kejanggalan tentang Dion. Dia pun berhambur duduk dengan tim accounting.
Dera dan rekan kerjanya menikmati sajian menu restoran Dion penuh canda tawa, tak lama Dion memandang Dera dari kejauhan. Sebenarnya Dion ingin menghampiri Dera dan mengucapkan selamat atas keberhasilannya memenangkan seleksi mendapat beasiswa S2 dari perusahaan. Tetapi Dion menahan keinginannya karena khawatir teman-teman Derw keceplosan mengenai identitasnya, jika mereka sampai keceplosan atau memanggil dirinya dengan sebutan bos atau sejenisnya pasti rencana Dion berantakan.
"Kenapa nggak nyamperin dia Bro." Seorang laki-laki muda menghampiri Dion, tampak jelas laki-laki itu memandang Dion kesal karena sikap Dion yang menyembunyikan hartanya.
"Yogo, aku nggak akan nyamperin dia selama dia kumpul dengan rekan kerjanya. Jika ada yang keceplosan dengan identitasku akan bahaya," tolak Dion cepat. Walaupun sahabatnya itu kerap membujuk Dion jujur pada Dera, Dion keukeuh menjadi orang biasa untuk mengetahui siapa yang tulus menyayanginya. Pastinya Dion ingin mengetahui seperti apa kedekatan yang Dera berikan padanya.
"Terus, sampai kapan kamu menyembunyikan ini?" Yogo masih penasaran dengan sikap Dion. Apakah sahabatnya ini akan bertahan dalam keegoisannya itu atau tidak."
"Udahlah, kamu nggak perlu mikirin itu. Biarlah itu jadi urusanku, lebih baik kamu lanjutkan pekerjaanmu karena aku masih banyak pekerjaan." Dion memilih meninggalkan Yogo dan masuk ke ruang kerjanya, walaupun dirinya ingin bertemu Dera tetapi ditahan karena tak ingin ada hal tak diinginkan.
Sementara itu, Dera tampak gelisah karena Dion belum menghubunginya. Padahal Dion ada di restorannya, biasanya Dion selalu peka dan mengetahui kedatangannya. Tetapi kini bak di telan bumi, apakah Dion sangat sibuk sampai tak bisa menemui Dera dan rekan kerjanya?
"Dera, kamu bilang menu di sini enak. Tapi, kamu nggak nafsu makan gitu," celetuk pekerja wanita yang memperhatikan sikap Dera yang lesu.
"Memang enak kok, aku lagi menikmati rasa sajian ini." elak Dera, dia berusaha menenangkan pikirannya agar tak mengingat Dion dan menginginkan laki-laki itu datang.
"Dera, ya sudah ayo makan. Sebentar lagi kita kembali ke kantor." Merry menengahi, dia tak mau acara makan siangnya di kantor membuat pekerjaan mereka berantakan, apa pun yang mereka lakukan harus profesional sehingga tidak merugikan perusahaan.
"Oya Bu, Kira-kira Dera bakalan gimana ya sistem bekerjanya setelah nanti masuk kuliah." Widya malah mengajukan pertanyaan, dia penasaran dengan sistem kerja Dera nantinya.
"Nanti atur aja baiknya gimana, jangan sampai ke duanya bentrok dan Dera nggak maksimal dalam bekerja maupun kuliah. Intinya harus tetap profesional." Merry segera menjawab ucapan Widya, walaupun dirinya belum mengetahui secara pasti cara bekerja Dera karena belum mendapat arahan dari pemilik perusahaan, tetapi Merry berharap Dera tetap kompeten dan loyal dalam pekerjaan maupun kuliah.
"Baik Mbak, aku akan melakukan yang terbaik untuk kantor maupun kuliah aku," jawab Dera mantap.