Keesokan paginya, Dera datang tepat waktu ke kantor. Walaupun bahagia dengan jabatan yang diberikan padanya, dia merasa takut jika dirinya tidak maksimal mengemban pekerjaan. Tetapi, dia memandang ruangannya dan berusaha meyakinkan dirinya untuk berpikiran optimistis. Dia yakin jika pikirannya positif, pasti bisa melakukan pelajaran dengan baik.
"Dera." Kedatangan Merry membuat Dera membuyarkan lamunannya, Merry yang membawa dokumen perusahaan meletakkannya di meja kerja Dera.
"Apakah ini yang harus aku kerjaan Mbak," ucap Dera yakin bahwa tumpukan dokumen yang dibawa Merry adalah pekerjaannya.
"Betul, aku minta kamu menganalisa pembukuan tahunan perusahaan dalam kurun waktu 5 tahun ke belakang. Kamu pasti bisa kan, Der." Seolah tak ingin ada penolakan dari Dera, Merry menatap Dera serius. Walaupun tetap ramah pada Dera, tetapi harus profesional dalam bekerja.
"Bisa Mbak, apa pun pekerjaan yang diberikan akan aku kerjakan dengan baik," jawab Dera yakin.
"Bagus, kamu memang pantas menduduki jabatan ini. Kamu harus pertahankan kinerja kamu ya, jangan sampai akhirnya kamu mengabaikan pekerjaan karena terbuai dengan jabatan tinggi," nasehat Merry seraya mengulum senyum lebar.
"Iya Mbak, aku akan bekerja dengan baik."
"Kalau begitu, silahkan lanjutkan pekerjaanmu karena aku harus kembali bekerja." Merry tersenyum, kemudian melenggang pergi meninggalkan Dera yang sebenarnya shock dengan tugas berat yang diberikan Merry.
Setelah kepergian Merry, Widya menghampiri Dera karena perasaannya tidak enak mengenai Dera. Walaupun baru mengenal Dera, Widya sudah menganggap Dera seperti sahabat sehingga khawatir jika Dera kesulitan mengerjakan pekerjaannya.
"Widya, untuk apa kamu ke sini? Kalau sampai bos melihat kita mengobrol di waktu bekerja bisa berabe," ucap Dera khawatir.
"Aku khawatir aja sama kamu Der, kamu bisa meng-handle pekerjaan kamu kan," jawab Widya ragu.
"Sebelumnya terima kasih ya kamu udah care sama aku, aku beruntung banget bisa mengenalku dengan baik dalam waktu singkat. Tapi, aku bisa handle pekerjaanku kok. Tadi Mbak Merry kasih tugas menganalisa pembukuan tahunan perusahaan 5 tahun ke belakang."
"What? Mengapa harus seperti itu? Jadi, Bu Merry menyanggupi ucapan para senior." Widya tak menyangka Merry memberikan tugas berat pada Dera, padahal tak seharusnya Dera langsung diberikan tugas berat karena hasutan pekerja senior.
"Menyanggupi ucapan senior? Maksudnya gimana Wid?" Kening Dera berkerut, dia tak mengerti kemana arah pembicaraan Widya.
"Ya pasti tahulah orang senior pasti kurang setuju jika ada orang baru yang mendapat jabatan tinggi. Mereka pasti menginginkan jabatan itu, makanya mereka menghasut Bu Merry biar kasih tugas berat ke kamu sebagai tantangan apakah kamu bisa atau tidak."
"Iya, kamu yang fokus ya. Pelajari dengan benar dari referensi yang Bu Merry berikan." Widya pasrah dan menyerahkan keputusannya pada Dera, dia berharap Dera menyelesaikan pekerjaan dengan maksimal agar tidak disudutkan Merry maupun karyawan lain.
"Oh, begitu. Ya sudah, kamu nggak usah khawatir karena aku akan berusaha keras mengerjakannya. Sekarang kamu kembali bekerja gih sebelum yang lain curiga." Walaupun hatinya kalut, Dera tak ingin Widya ikutan panik. Lebih baik Widya kembali bekerja dan dirinya mencari cara agar pekerjaannya selesai dengan benar.
"Iya, sana kembali bekerja." Dera mengulum senyum dan memandang kepergian Widya, kini Dera merasa takut dan ragu pada kemampuannya mengerjakan tugas dari Merry. Apakah dirinya bisa menyelesaikan tugas itu dengan benar atau tidak, jika salah pastinya Merry akan kecewa dan bisa mengurangi rasa percaya Merry dan karyawan lain mengenai kemampuan Dera dalam bekerja.
Dera menggigit bibir bawahnya kejam, tetapi dia tetap membuka dokumen yang diberikan Merry. Dia ragu dengan kemampuannya menganalisa pembukuan tahunan perusahaan, tetapi Dera mengingat bahwa Dion pernah menawarkan dirinya membantu pekerjaan Dera. Walaupun Dera belum mengetahui kemampuan Dion, tetapi sepertinya Dera harus meminta bantuan Dion dengan meneleponnya.
"Dera," ucap Dion setelah mengangkat panggilan Dera.
"Dion, eum… apakah aku mengganggu pekerjaanmu?" Dera ragu langsung mengutarakan niatnya meminta bantuan Dion, dia khawatir Dion tengah sibuk mengurusi restorannya karena masih pagi.
"Tentu nggak, justru aku sumpek dari tadi mau ngapain," sahut Dion enteng.
"Oh gitu, kirain aku ganggu."
"Santai aja lagi, memangnya ada apa sih? Apa ada yang bisa aku bantu."
Suara Dion di seberang sana tampak serius, hal tersebut membuat Dera ingin mengutarakan niatnya. Tetapi, apakah Dion bisa membantunya.
"Atau, kamu ada masalah pekerjaan ya."
Sekali lagi, ucapan Dion semakin memojokkannya. Dera pun ragu menjawab ucapan Dion.
"Iya, aku sebenarnya takut jika pekerjaanku ini salah. Aku ragu karena aku disuruh menganalisa pembukuan tahunan perusahaan 5 tahun ke belakang," ungkap Dera lugas.
Seketika, Dion meminta mengubah panggilan menjadi video call. Hal tersebut membuat Dera menghela napas karena Dion bisa melihat ekspresi wajah ketakutannnya, tetapi demi pekerjaannya, Dera siap dan menyetujui panggilan di ubah menjadi video call. Dera pun melemparkan senyuman melihat Dion yang tengah berada di luar ruangan, mungkin Dion tengah berada di luar usahanya.
"Keliatan banget muka kamu kusut, tapi kamu tenang aja karena aku akan membantu kamu," ucap Dion mengulum senyuman terbaiknya, membuat Dera lebih tenang dan siap membuka obrolan mengenai pekerjaannya.
"Nggak usah bercanda ah, aku mulai baca ya." Dera pun menjelaskan seperti apa pekerjaan yang harus diselesaikan, dia juga membaca dokumen referensi yang diberikan Merry agar Dion mendengar dan bisa membantu mengerjakan tugasnya.
"Oh seperti itu, kamu bisa menggunakan rumus yang aku katakan ini ya. Dengan begitu kamu mudah menganalisanya selama 5 tahun." Dion pun mulai menjelaskan pada Dera cara menganalisa dengan tepat tanpa kesalahan, dia menjelaskan secara detail dan jelas sehingga mudah dipahami Dera.
Perasaan Dera mulai tenang karena penjelasan Dion lugas dan mudah dipahami, dia pun mempraktekkan penjelasan Dion. Dera tak menyangka hasilnya benar, Dera pun tersenyum manis pada Dion.
"Dion, sumpah ya. Kok kamu jago banget ya kasih penjelasan tugas berat gini, aku aja ragu dengan kemampuanku." Dera kagum pada kecerdasan Dion, dia merasa Dion seperti seorang pengusaha handal karena pemikirannya tajam dan hebat.
"Kamu bisa aja, aku juga masih banyak belajar. Walaupun aku sibuk mengurus usaha kecilku, tetapi tetap belajar biar pinter hehe," jawab Dion merendahkan diri.
"Kamu tuh pantesnya jadi pengusaha muda Dion, penjelasan kamu udah kaya pemilik perusahaan yang mengetahui seluk beluk perusahaan," ucap Dera apa adanya.
Dion terkekeh. "Nggak usah menghina gitu deh, mentang-mentang aku cuma orang biasa malah disamakan dengan pemilik perusahaan. Jelaslah itu berbeda Dera."
"Seharusnya kamu aminkan, biar kesampean jadi pemilik perusahaan. Itu adalah doa terbaik untukku karena kamu itu jenius."
"Bisa aja kamu, ya udah cepat lanjutkan tugasnya. Mumpung aku masih senggang jadi bisa membantu," perintah Dion bahagia.
"Iya, ini mau aku lanjutin," jawab Dera antusias dan melanjutkan tugasnya.
Dera langsung fokus laptopnya, walaupun otaknya sudah mulai pusing karena tugas tetapi Dera bisa mengelola emosi dan tetap fokus karena ada Dion yang membantu mengerjakan tugas. Dera yakin Merry akan senang dengan pekerjaannya karena yakin bantuan Dion benar