Chereads / CinderBella / Chapter 7 - CinderBella, bukan Cinderella

Chapter 7 - CinderBella, bukan Cinderella

"Aaaaarghhh!!" teriak Bella. Plak~ Pangeran memukul pelan mulutnya dan dia terdiam. Bella baru menyadari bahwa di hadapannya sudah berdiri para anggota kerajaan.

"Dia adalah Cinderella, gadis yang memiliki sepatu itu," ucap Pangeran menunjuk sepatu sneaker besar yang Bella pakai di kakinya.

"Sepatu itu?!" jerit seorang pria yang juga berdiri di sebelah Raja. Pakaiannya aneh juga bertubuh kerdil. Rabutnya beruban, tetapi botak bagian depannya. Dia juga membawa tongkat yang tingginya dua kali lipat dari badannya. Ya, dia adalah Penyihir Kerajaan.

"Ini memang bukan sepatu kaca, tetapi dia Cinderella," ucap Pangeran lagi mencoba meyakinkan keluarganya.

"Pangeran, Anakku, kau mungkin salah orang. Cinderella adalah gadis yang menggunakan sepatu kaca, bukan sepatu seperti ini." Ratu mulai menasihati anaknya.

"Tidak Ibu, dia adalah Cinderella dan sepatu yang ia kenakan ini adalah sepatu ajaib. Ya, semalam memang dia tak datang ke pesta itu, tetapi aku tahu alasannya. Dia Cinder ... Bella," ucap Pangeran meyakini Ibunya.

"Pangeran, Ayah tahu bahwa kau sangat terobsesi dengan gadis ini. Ayah legalkan dia memang cantik seperti angsa di Sungai Swan, tetapi tidak perlu mengatakan bahwa dia Cinderella. Seluruh dunia tahu bahwa Cinderella memiliki sepatu kaca, bukan sepatu aneh seperti yang gadis itu gunakan," jelas Raja.

"Tidak, Pak! ..." bantah Bella yang tiba-tiba terhenti karena tatapan sinis semua orang.

"Raja," bisik Pangeran.

"Raja!! Sepatu ini memang ajaib! Aku bisa membuktikannya!" tegas Bella.

"Apa itu sepatu dari Negeri Swan? Kau terlihat seperti bebek dengan sepatu seperti itu," ejek Penyihir Kerajaan.

"Negeri Swan? Di mana itu?" tanya Bella membuat semua orang menatapnya heran. Pasalnya, Negeri Swan atau Negeri Angsa adalah Negeri yang tersohor di Dunia Dongeng hanya saja Bella tak mengetahuinya. Ditambah lagi Putri Swan yang bernama Odete telah menjadi incaran para penyihir untuk menjatuhkan kejayaan negeri tersebut.

"Dia tak pernah ke luar rumahnya. Dia tinggal bersama Ibu Tiri dan kedua saudara tirinya," jelas Pangeran agar keluarganya mengerti bahwa CinderBella tidak mengetahui apa pun yang ada di Dunia Dongeng.

"Tetapi dia sangat berbeda dengan Cinderella," bantah Ratu.

"Aku akan membuktikannya!" tegas Bella membuka sepatu itu. Baru sebelah yang ia buka, sudah membuat semua orang menjerit melihatnya, termasuk Pangeran. Ya, dia juga baru pertama kali melihat wujud Bella yang asli.

"Arghhhh!!"teriak mereka saat melihat rambut cantik itu berubah menjadi mengembang dan dipenuhi banyak kutu.

"Baiklah-baiklah, kenakan kembali sepatu aneh itu!!" jerit Penyihir Kerajaan. Segera Bella menurutinya.

"Setidaknya kalian harus berdansa hingga jam 12 malam untuk memastikan bahwa dia Cinderella atau bukan!" tegas  Ratu mengipasi dirinya sendiri. Ia masih terkejut dengan penampakan monster di hadapannya.

***

Malam itu, Bella berdansa bersama Pangeran. Alunan musik klasik mulai mengalun di aula Istana. Ratu dan Raja serta Penyihir Kerajaan memerhatikan mereka. Bella dengan gaun birunya terlihat sangat menawan malam itu. Bagai tersihir olehnya, Raja dan Ratu tersenyum melihat betapa luwes gerakan Bella saat berdansa.

Penyihir Kerajaan mulai mengayun tongkatnya untuk menetralkan sihir yang ada di ruangan itu. Tidak, itu tidak berpengaruh pada siapa pun karena Bella tak menggunakan sihir. Mereka benar-benar jatuh cinta pada itik buruk rupa itu.

Tepat jam 12 malam. Teng Teng Teng~ Jam besar di atas puncak Istana sudah berdentang. Seketika, sepatu yang Bella kenakan menghilang. Ia kembali menjadi makhluk yang menjijikkan. Segera Pangeran menghentikan dansanya dan menjauhkan tubuh gadis itu dari tubuhnya.

"Grab! Buat dia menjadi cantik dengan sihirmu!" perintah Ratu pada Penyihir Kerajaan. Ya, Grab itu namanya.

Dengan berat hati Grab mengayunkan tongkatnya. "Mamamia mamamu mamamuda milikku!" ucap Grab. Cring~ Bella kembali menjadi cantik.

"Buatkan undangan pernikahan Pangeran dan Cinderella—" ucap Raja terpotong.

"CinderBella!" tegas Bella meralat nama yang disebutkan Raja.

"Ya, pernikahan Pangeran dan CinderBella untuk seluruh rakyat!" lanjut Raja.

"Tidakkah ini terlalu cepat?!" bantah Bella.

"Bukankah semakin cepat, semakin baik?" ucap Grab sinis.

"Setidaknya aku harus memberitahukan ini kepada keluargaku!" bantah Bella. Ya, dia juga tak menyangka semua ini akan terjadi begitu cepat. Begitu mudahnya menikah dengan seorang pangeran di dalam dunia aneh ini.

"Pengawal Kerajaan akan memberitahukan ini pada keluargamu," ucap Ratu.

"Aku belum siap!" tegas Bella.

"Uh, CinderBella tidak sanggup hidup berdampingan dengan Keluarga Kerajaan?" sinis Grab lagi.

"Diam kau, Kerdil!" ejek Bella membuat Grab bersiap mengayun tongkatnya. Namun, Ratu segera menahan niatnya itu.

"Baiklah, kami akan menunggu hingga kau siap. Berapa lama waktu yang kau perlukan?" tanya Ratu.

"Satu bulan!" jawab Bella dengan cepat.

***

Di dunia nyata masih belum malam. Baru 30 detik Bella dan Pangeran menghilang, Yusuf langsung berlari menuju Kos. Ia membawa buku ajaib itu bersamanya. Sialnya dia yang hampir tertabrak motor dan membuat buku itu terhempas ke selokan. Untungnya air di dalam sana tak cukup banyak, namun sedikit kotor. Yusuf tak berani membuka buku itu. Ia hanya mengambil dan membawanya kembali ke kosan.

Sesampainya di sana, ia bertemu Aren yang hendak menuruni tangga. Ia langsung menarik tangan Aren menuju kamar kos gadis itu. Tidak mungkin dia membahas buku itu di hadapan abangnya.

"Cepat buka pintunya!!" teriak Yusuf yang kalang kabut seperti di kejar setan.

"Ada apa?!" tanya Aren tak mengerti seraya menggapai kunci pintu kamar kos yang biasanya ia sembunyikan di dalam ventilasi atas pintu.

"Be—Bella dalam bahaya!!" jerit Yusuf sambil terus menoleh ke kamar kos seberang. Ia tak ingin Indra mengetahui ini.

"Bella?!" jerit Aren yang juga bergegas membuka pintu kamar kosnya. Segera Yusuf mendorong Aren masuk dan mengunci pintu.

"Apa yang terjadi pada Bella?!" jerit Aren.

"Bella masuk ke dalam buku ini!!" jerit Yusuf menghempas buku ajaib itu di atas meja.

"Ah?!" Aren tak mengerti dengan apa yang Yusuf bicarakan. Tanpa ragu pria itu membuka buku ajaib. Namun, tak terjadi apa pun pada mereka.

"Berhenti bermain-main!!" bentak Aren.

"Dia masuk ke dalam buku ini! Aku melihatnya!!

Dia masuk!! Benar-benar masuk!!" teriak Yusuf.

"Sangat tidak masuk akal, Yusuf!" bantah Aren hendak meninggalkannya.

"Bagaimana dengan sepatu itu? Apa itu masuk akal?!" jerit Yusuf membuat Aren menghentikan langkahnya. Ya, semua itu tidak masuk akal.

"Aku akan menunjukkannya padamu!!" tegas Yusuf menarik tangan Aren keluar dari kamar itu dan bergegas menuju toko buku. Di depan tangga, Indra melihat mereka yang berjalan sangat terburu-buru, sehingga ia memutuskan untuk mengikuti mereka.

Sesampainya di toko buku tanpa penjaga itu, Yusuf menjelaskan semuanya pada Aren.

"Dia membeli sepatu itu dan berubah menjadi cantik. Tadi siang ada seseorang yang mengirim buku ajaib padanya. Buku ini menghisap Bella dan pria yang mendiami kamar sebelah kamarku!! Kau boleh tidak percaya, tetapi ini benar-benar terjadi di depan mataku. Aku menyaksikan mereka menghilang!!" teriak Yusuf. Aren hanya bisa menghela napasnya sesekali, antara percaya dan tidak percaya dengan semua argumen Yusuf.

"Dia mengatakan bahwa dia adalah Cinderella di dalam cerita ini!!" jerit Yusuf.

Deg~ Indra mendengar itu semua.