Bella tengah menikmati semua hal yang memanjakan tubuhnya. Meski beberapa pelayan Istana sudah hampir muntah dibuatnya. Pangeran mendapatkan surat pernyataan dari penyihir Negeri Swan yang telah mengetahui kehadiran gadis buruk rupa yang datang ke Negeri Lamunan itu.
Perlu kalian ketahui bahwa Negeri Lamunan adalah salah satu negeri yang terdapat di Dunia khayalan. Negeri Lamunan ialah negeri yang berisikan dunia dongeng yang sangat terkenal di dunia nyata. Berbeda dengan negeri tetangganya, Negeri Swan adalah negeri fantasi yang mencakup imajinasi tak terbatas seperti yang banyak kita ketahui sejenis sihir dan makhluk-makhluk yang tidak ada di dunia dongeng. Itulah sebab mengapa Negeri Swan lebih tersohor dari Negeri Lamunan dan Negeri lainnya yang terdapat di Dunia Khayalan.
Berita kedatangan Bella di Negeri Lamunan adalah berita yang sangat mengejutkan Dunia Sihir. Ramalan Energi Bulan tentang Negeri Swan benar-benar terjadi. Benar, hanya para penyihir yang mempercayai ramalan tersebut. Setelah berabad-abad lamanya ramalan tersebut diumumkan dan mengakibatkan hukuman mati pada penyihir yang membuatnya karena dianggap tidak relevan dan memicu kontroversi.
Kini, ramalan itu benar-benar terbukti. Kedatangan gadis buruk rupa bersama ketiga temannya ke dalam dunia itu sangat menggemparkan dunia sihir. Pasalnya sihir terkuat adalah wajah jelek milik Bella yang tak kan ada siapa pun yang bisa menandinginya.
***
Di Negeri Sihir para penyihir terkuat sedang melakukan perkumpulan besar-besaran. Mereka belum bisa menemukan keberadaan Putri Swan, tetapi kekacauan baru akan terjadi. Ya, menghilangnya Putri Swan membuat banyak penyihir bertanya-tanya ke mana perginya dia. Bahkan mereka telah menyisir seluruh Dunia Khayalan dan hasilnya tetap nihil.
"Mungkin gadis itu cacat, bukannya buruk rupa!" bantah Inanimatae, penyihir kematian dengan pakaian serba hitam dan wajahnya selalu ditutupi dengan topi maupun tudung bajunya yang besar.
"Bukankah di Negeri Lamunan juga terdapat cerita seorang pangeran yang dikutuk menjadi buruk rupa? Mungkin sama halnya seperti itu," ucap Potio, penyihir sekaligus peracik ramuan terhebat di Negeri Swan. Ia sedang memainkan beberapa tetesan air berwarna biru di atas meja lalu membuat percikan api dari air-air tersebut.
"Ya, itu benar. Mungkin juga dia adalah Putri Duyung yang menjadi manusia bernama Ariel. Usahlah kita terlalu khawatir dengan ramalan yang tidak jelas itu," bantah Syreni, penyihir yang sering menculik anak Putri Duyung untuk dijadikannya energi tambahan di Negeri Sihir itu. Dengan tubuhnya yang kerdil, ia mampu menculik anak-anak Putri Duyung yang sering bermain di pesisir pantai.
"Bagaimana Pythonissam? Kami bergantung pada keputusanmu. Jika kami harus menyerang gadis itu agar ia tak sampai ke Negeri Swan, bisa saja kami lakukan, tetapi semua tergantung pada perintahmu," ucap Inanimatae.
Seorang penyihir bertubuh besar duduk di antara mereka semua. Matanya yang merah membara seperti api terlihat dari tudung jubahnya yang tersingkap oleh angin. Jari jemarinya keriting seperti ranting pohon kering. Ia adalah Pythonissam, penyihir terkuat di Dunia Khayalan. Hampir semua Istana pernah ia datangi karena panggilan Raja atas keberhasilannya mendirikan Negeri Sihir dan mengajari beberapa rakyat menjadi penyihir di negeri tersebut.
Tak seorang pun tahu bahwa tujuan Pythonissam mendirikan negeri tersebut ialah menguasai Dunia Khayalan. Dengan bodohnya para Raja di seluruh Negeri malah mengapresiasi tindakannya itu.
"Inanimatae, kirim beberapa arwah untuk mengintai gadis itu!" perintah Pythonissam dan menghilang.
"Arwah lagi?! Hampir semua arwah yang aku miliki sudah memenuhi Negeri Swan, dan sekarang arwah lagi?!" bantah Inanimatae dalam kegelapan tudung kepalanya.
"Kau akan menjadi arwah selanjutnya jika membantah perintah darinya," bisik Syreni sambil terkekeh.
"Diam kau wanita tua!" tegas Inanimatae.
"Ha ha ha, Penyihir Kematian sebentar lagi akan mati. Ha ha ha!" ejek Syreni dengan kerutan di wajahnya lalu mengangkat tongkat dan merapikan topi kerucut yang ada di kepalanya.
***
Yusuf, Aren dan Indra tengah menunggu Quren di puncak air terjun Sungai Swan. Para angsa penghuni sungai tersebut telah bermigrasi ke selatan karena sungai itu telah dipenuhi tanaman liar dan ikan-ikan pun ikut berpindah terbawa arus ke arah Negeri Lamunan.
"Mereka mengirim arwah untuk memata-matai Bella!" teriak Quren yang mendongak menatap bayangan hitam berlalu di atas mereka.
"Apa itu?" tanya Yusuf yang juga ikut mendongak.
"Itu arwah yang dikirim oleh penyihir!" teriak Quren lagi. Segera ia mengajak mereka untuk bersembunyi di rumah tua yang terbuat dari kayu dan terletak di sudut Negeri Swan.
Pintu rumah itu sudah tak bisa terbuka lagi akibat tumbuhan liar yang membelit seluruh rumah itu. Quren menyusuri akar tumbuhan itu dan meneteskan air dari botol kecil yang ia keluarkan dari kantongnya. Seketika, tumbuhan itu menjadi kering dan rapuh. Aren, Indra dan Yusuf saling melongok menatap kejadian itu.
"Tenang, ini hanya sebentar. Tumbuhan ini akan tumbuh lagi setelah efek ramuanku habis," ucap Quren membuka pintunya dan mempersilakan mereka semua masuk. Ada seorang kakek tua dengan tongkatnya yang sedang membaca buku di sana. Pakaiannya serba hijau. Kehadiran mereka membuat beliau menaruh pembatas di halaman yang ia baca dan menutup bukunya.
BRUUGG~
Tumbuhan itu benar-benar tumbuh dan kembali membelit rumah tua yang mereka masuki. Aren dan Yusuf terkejut hingga mendekat ke arah kakek itu. Indra hanya menoleh ke belakangnya dan mendapati rumah kayu itu sudah di penuhi tumbuhan segar.
"Selamat datang di Negeri Swan," ucap kakek itu dengan suara khas orang tua yang serak.
"Ini kakekku, Dirroth, dia penyihir hebat," jelas Quren.
Aren memerhatikan semua kertas yang tertempel di dinding kayu itu. "Terimakasih telah bersedia untuk datang ke negeri ini dan menunjukkan kebenaran ramalan Energi Bulan," ucap Kakek itu, menghentikan langkah Aren agar tak terlalu jauh darinya.
"Kami tidak bersedia, tetapi cucumu yang menarik kami ke dalam peti aneh itu," gerutu Yusuf yang langsung disambut senggolan kecil dari Indra agar adiknya itu bisa menjaga sikap di tempat yang baru mereka datangi.
"Baiklah, maafkan cucuku. Aku akan mengeluarkan Cinderella yang asli di sini. Negeri Lamunan hanya membutuhkan Cinderella, tetapi kita membutuhkan gadis itu untuk memperbaiki semua kekacauan ini," ucap Dirroth berjalan mengambil salah satu bukunya.
"Sudah lebih dari 200 tahun aku menunggu hal ini terjadi," lanjutnya sambil membuka buku dan mengangkat tongkatnya. Ia sedikit kesulitan dengan matanya yang sudah tua untuk membaca mantra yang tertulis dibuku tersebut.
"Quren, apa ini tulisannya?" tanyanya sambil menunjukkan buku itu pada cucunya. Quren pun menurutinya.
"Bukankah tadi dia sedang membaca? Kenapa dia menjadi buta huruf?" bisik Yusuf pada abangnya. Indra tak meladeni kalimat adiknya itu.
"Wartana Aveluos Ce bla bla," ucap Quren membuat alis Indra bergidik.
"Baiklah. Maafkan aku, buku ini sudah tua. Huruf-hurufnya sudah tidak jelas," ucap Dirroth.
"Bilang saja kalau rabun," bisik Yusuf lagi.
"WARTANA AVELUOS CE CINDERELLA!!" teriak Dirroth mengangkat tongkatnya dan membuat percikan cahaya yang membesar dan semakin besar lagi hingga tubuhnya bergetar. Cahaya itu sangat terang dan menyilaukan.