Mereka mengejar penyihir itu hingga masuk jauh ke dalam hutan. Seseorang memerhatikan mereka dari balik dedaunan. Itu adalah Ovium, manusia setengah domba. Makhluk licik itu tengah mengintai sesuatu yang tak lazim dari sudut matanya. Ya, mereka adalah manusia. Segera Ovium itu melaporkannya pada Ratu Alam.
Seorang wanita tengah duduk di singgasana sambil membelai seekor Naga di atas pangkuannya. Ia adalah Ratu Alam wanita penguasa Negeri Swan bagian Selatan. Ovium itu berlari menghampirinya. Kawanan Singa penjaga segera menghadang Ovium itu dan mengaum. Suara itu menarik perhatian Sang Ratu.
"Apa ini makan siang kami?" tanya salah satu Singa yang menghadang Ovium itu.
"Kau akan menyesal jika memakanku! Aku memiliki informasi penting yang harus aku sampaikan kepada Ratu!" balas Ovium itu.
"Akan lebih menyesal jika kami melepaskanmu," ejek singa yang lain.
"WWARGHH!!" salah satu Singa menerkam Ovium itu hingga terbaring di lantai berbatuan Istana Ratu Alam.
"Kau akan dibunuh Yang Mulia Ratu jika menghabisiku detik ini!" jerit Ovium itu menahan sakit akibat cengkeraman kuku tajam Singa itu menancap di lengannya.
"Lepaskan dia!!" suara menggelegar itu membuat para Singa bergidik menjadi seekor kucing. Mereka segera berbaris dan menunduk hormat pada Yang Mulia Ratu Alam.
"Apa yang ingin kau sampaikan?" tanya Ratu Alam pada Ovium yang hampir kehilangan nyawanya itu.
"Deformem ... Aku melihat Deformem memasuki kawasan hutan! Dia benar-benar ada. Ini bukan mitos belaka. Aku melihatnya berkeliaran di hutan menuju pesisir pantai!" jerit Ovium tersebut.
"Deformem? Mereka sudah punah!" teriak Ratu Alam mengentakkan tongkatnya dan membuat embusan angin yang cukup kuat.
"Tidak, Ratu. Aku melihatnya! mereka berjalan dari Smarang menembus hutan menuju pantai!"
"Apa yang mereka cari?" Kembali Ratu mengentakkan tongkatnya. Seketika jutaan jenis burung memenuhi Istana itu. "Sampaikan kepada Bangsa Pohon. Tutup semua jalan keluar dari hutan, jika mereka bertemu dengan Deformem itu, suruh mereka menghabisinya."
Para burung segera beterbangan ke segala penjuru hutan dan membangunkan Bangsa Pohon yang telah tertidur selama lebih dari ratusan tahun.
"Perintah dari Sang Ratu! Tutup semua jalan keluar dari hutan dan habisi kaum Deformem!" jerit para burung setiap kali mereka hinggap di sebuah pohon besar.
"Tutup-tutup habisi-habisi!" Semua hewan liar di dalam hutan turut menyampaikan pesan tersebut.
Aren, Yusuf, Indra dan Bella mulai merasakan hal yang tidak wajar di dalam hutan tersebut. Dedaunan dan ranting pohon terus bergerak meski tak ada angin yang menerpanya. Aren terdiam, ada bebunyian yang ia dengar di telinganya. Segera ia mencari sumber dari bebunyian itu.
Aren menempelkan telinganya ke bumi. Benar, suara itu dari dalam tanah. Suara aneh yang terdengar seperti tali yang di tarik dari dalam sana. Aren mulai menggali tanah tersebut dan turut membuat Indra juga ikut melakukannya. Betapa terkejutnya mereka saat mendapati seekor cacing sebesar betis orang dewasa tengah berjalan dari balik tanah tersebut. Tidak, itu bukanlah cacing, melainkan akar pohon yang sedang bergerak menuju pinggiran hutan.
"Apa yang terjadi?" jerit Aren.
"Cepat keluar dari sini!" teriak Yusuf menarik tangan Bella dan berlari, di susul oleh Indra dan Aren.
Mereka terus berlari. Dalam hitungan detik, kawanan Ovium melemparkan puluhan anak panah pada mereka. Pohon sekeliling mereka pun ikut mengimpit dan membuat jalan mereka semakin sempit.
"Aren, Awass!!" teriak Indra yang langsung menarik Aren ke arahnya. Sebuah anak panah menancap di pohon, hampir saja Aren menjadi sasaran anak panah itu. Bella dan Yusuf terus berlari di hadapan mereka. Satu pohon besar yang bergerak bersama mereka menangkap tubuh Bella menggunakan rantingnya dan membawa gadis itu ke udara.
"Bellaa!!" teriak Yusuf. Namun, ini aneh, secara tiba-tiba pohon itu menjadi kering dan rapuh seperti saat Quren menuangkan ramuan untuk membuka pintu rumah kakeknya. Bella terjatuh dari udara dan Yusuf menangkapnya.
Tak ada yang mengerti akan apa yang terjadi. Bella menoleh ke arah para Ovium, dan seketika mereka semua tertegun menjadi kaku lalu terbaring dan menjatuhkan Ovium yang sedang berlari di belakangnya. Rasa takut yang Bella alami membangunkan sihir yang ada di wajahnya.
"Kau melakukannya?" tanya Aren pada Bella. Namun, Bella hanya bisa bergeming tak mengerti. Pepohonan yang ada di hutan itu mulai menghampiri mereka dengan sangat cepat.
"Gunakan itu untuk menghabisi pohon-pohon aneh ini!!" teriak Yusuf mengambil busur dan anak panah milik Ovium yang sudah tergeletak di tanah.
"Bagaimana caranya?!" jerit Bella ketakutan dan membuat lingkaran dengan saling membelakangi satu sama lainnya.
"Cepat buat dia menjadi hancur?!" teriak Yusuf meluncurkan anak panah ke arah satu pohon yang hendak menelan mereka semua.
"AAARRGGGHHHH!!" jerit Bella sangat ketakutan begitu juga Aren yang berdiri di sebelahnya. Bella membuat perlindungan dengan tangannya. Saat pohon itu menyentuh tubuh Bella, ia menjadi kering dan rapuh. Namun, hal itu semakin membuat Bella ketakutan. Begitu pula Yusuf, Indra dan Aren.
"SENTUH MEREKA SEMUA!!!" teriak Indra yang ikut mengambil busur serta anak panah. Dengan cepat Bella menurutinya. Antara takut dan menyenangkan ia melakukan semua itu.
Pohon itu mengering, tetapi para burung ikut meramaikan perkelahian itu dengan melemparkan biji-bijian pada mereka sehingga menciptakan hujan biji jagung dari udara memenuhi seluruh hutan. Sebelum mereka mati ditumpahi biji jagung, mereka telah keluar dari hutan terlebih dahulu. Pantai yang luas berada di hadapan mereka. Namun, ini aneh, air laut tidak lagi berwarna biru, melainkan hitam perak seperti abu-abu. Selah tersihir daerah kekuasaan. Para burung dan pepohonan itu tak bisa memasuki kawasan pantai.
Tak jauh dari mereka, Aren mendapati seorang penyihir kerdil dengan topi kerucutnya sedang menggendong Putri Duyung kecil dengan gelagatnya yang mencurigakan. Sementara Indra, Yusuf dan Bella tengah menarik napas, Aren terus memerhatikan penyihir itu. Ia membawa Putri Duyung kecil menggunakan sihirnya untuk terbang menuju udara dan perlahan menghilang dari penglihatan Aren.
Sekitar 1 jam lamanya mereka beristirahat di pantai tersebut. Indra dan teman-temannya yang lain tengah tertidur di berbatuan. Seekor Putri Duyung menghampirinya dan menatap aneh pada pria itu. Ia memberanikan diri untuk menyentuh wajah Indra. Mulai dari matanya yang tertutup lalu turun mencuil hidung serta pipi Indra dan menyentuh bagian daging lembut di depan mulut pria itu. Bibir itu sangat lembab dengan warna merah muda yang mengkilap.
Indra terbangun. Putri Duyung itu begitu terkejut mendapati wajah yang ia jamahi itu masih memiliki nyawa. Ia hendak melarikan diri dengan menyelam ke dalam air, tetapi gerakan Indra jauh lebih cepat untuk menangkap tangannya.
"Siapa kau?" tanya Indra. Tanpa jawaban, Putri Duyung itu menarik tangannya untuk membebaskan diri dari Indra dengan menyelam ke dalam air. Namun, hal itu membuat Indra turut terjatuh ke dalam air laut berwarna gelap tersebut.