Johan terbangun saat semua orang sedang terlelap tidur. Matanya menatap nanar ke arah langit-langit kamar rumah sakit. Kini dia tidak berbaringlah sepenuhnya. Karena kasur yang ia tempati lebih naik dari sebelumnya di bagian kepala.
Sekali lagi Johan mencoba untuk merasakan bagaimana kakinya merespon. Tetapi tidak ada apapun yang bisa dirasakan. Sebatas lutut. Benar hanya sebatas lutut yang bisa dirasakannya.
Air matanya perlahan turun. Kini dia tahu bahwa kedua kakinya yang selama ini menemani dirinya hampir 30 tahun, berjalan dengan gagah kesana dan kemari. Kini tidak ada lagi.
"Bagaimana dengan nasibku?" Batinnya.
Johan sesenggukan di atas ranjang yang masih dipenuhi dengan alat-alat bantuan pernafasan juga kabel lainnya yang menyatu atau ditempel dengan tubuhnya.
Perlahan Johan berusaha untuk bangun dan mencoba melihat apakah benar yang terjadi atau hanya halusinasi saja.