Zelin sudah berusaha menata hatinya dengan baik, berharap tidak ada lagi luka yang harus dirasakannya saat bekerja nanti. Benar, sejak dia memutuskan untuk menghapus nomor David di ponselnya, ada kelegaan tersendiri di dirinya. Karena dia tidak lagi harus mengecek apakah David online atau tidak.
Dengan mata yang agak sembab, Zelin sudah ada di kantornya. Sudah menyiapkan sarapan dan obat untuk Evan seperti biasanya. Kini dia duduk di kursi kerjanya untuk menyamarkan kalau dia sedang sedih. Dia tidak ingin ada yang memperhatikannya kalau matanya sembab.
Namun sayangnya dia memang tidak bisa berbohong pada Evan. Si manusia pemilik kepekaan tertinggi di dunia Zelin.
"Kamu baik-baik saja?" Tanya Evan sebagai sapaan paginya. Yang menyandarkan tubuhnya di papan kubikel milik Zelin.
Zelin menatap Evan sebentar dan menunduk kembali. Dengan senyum yang nampaknya dia paksakan.