Austin tersadar setelah melewati masa kritis yang hampir merenggut nyawanya. Setelah kembali, Oliver berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan nyawanya. Setidaknya dia masih membutuhkan pria itu untuk aksi balas dendamnya.
Peluru yang bersarang di lengan dan perutnya sudah dikeluarkan, luka di paha juga sudah dijahit. Austin hampir kehabisan darah tapi beruntungnya golongan darahnya tidak sulit ditemukan.
Setelah tidak sadarkan diri selama beberapa jam, akhirnya dia terbangun. Teriakan Austin terdengar nyaring, rasa sakit dia rasakan diseluruh tubuhnya. Austin terengah, ternyata dia masih hidup.
"Austin!" Oliver menghampirinya dengan terburu-buru, "Bagaimana keadaanmu?" tanya Oliver.
"Fuck!" teriak Austin penuh emosi.
"Jangan bergerak, keadaanmu masih tidak memungkinkan," ucap Oliver.