Aleandra terbangun dengan perasaan tidak nyaman. Setelah sekian lama, ini pertama kalinya dia memimpikan kakaknya dengan begitu jelas. Dia melihat Adrian dalam keadaan tidak berdaya, kedua matanya tidak ada, dia juga tidak bisa mendengar. Tidak itu saja, Andrian seperti tidak bisa berbicara.
Sekeras apa pun dia mencoba memanggil kakaknya, Adrian tidak bisa mendengarnya. Walau itu hanya mimpi tapi firasatnya buruk akan hal itu. Semenjak malam naas yang mereka alami, dia tidak tahu lagi bagaimana keadaan kakaknya. Fedrick memang berkata Andrian menghilang seperti dirinya tapi dia yakin kakaknya berada di tangan musuh.
Aleandra tidak bergeming di atas ranjang, ingatan malam naas yang mereka alami teringat. Sungguh sampai sekarang dia belum bisa percaya jika itu menjadi malam terakhirnya bersama dengan kedua orangtuanya. Aleandra memeluk bantal, rasa rindu pada kedua orangtuanya memenuhi hati. Mereka dimakamkan atau tidak, sungguh dia tidak tahu.