Chereads / Saat Fajar Bertemu Senja / Chapter 1 - Mataharinya Lagi Ngambek

Saat Fajar Bertemu Senja

🇮🇩sendra_swasono
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 4k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Mataharinya Lagi Ngambek

Mba Sri Memang Juaranya.

Mbak Sri sedang asyik-asyiknya bercengkrama dengan,"sapu lidi" serta pasangannya,"serokan"yang selalu setia menampung curhatan sampah sang kekasih tercintanya tersebut.

Hubungan Mereka pun selalu harmonis, semenjak di pertemukan oleh Mbak Sri pada sebuah Mall, "PERABOT', kawasan berikat. Semenjak itu mereka selalu tampak seiring sejalan walaupun tetap dalam pengawasan, Mbak Sri yang memang selalu bersikap dan berlaku tegas terhadap hubungan mereka berdua.

Karena terdengar selentingan dari ghibah para tetangga, Mbak Sri bukan hanya sebagai pengawas tapi sangat berpengalaman untuk urusan percomblangan.

hingga satu saat.

"Mbak Sri,bisa minta tolong beliin bakso depan komplek, gak?" pintaku yang merasa keroncongan, karena hari ini ternyata, Mamaku pergi membawa serta semua makanan yang ada di dapur.

Ini pasti Gegara strategi irit kaum Emak yang kalo jalan-jalan sebisa mungkin ga ada toleransi buat yang namanya jajan. Meninggalkan Aku yang kelaperan karena sengaja begadang buat bangun kesiangan. Siapa coba yang mau jalan- jalan kalo ga bisa jajan, biarin aja adik bawelnya manyun jadi korban.

Lha wong cuma buat menuhin hasrat pamer sama kolega arisan, kalo engga bikin cerita instagram biar di bilang kayak Kakak Adik. Padahal sich dah ketauan kalo cuma buat narikin calon "Endorsan" biar kebeli tuh skin-kere inceran.

"Berapa bungkus,Mas?"

tanya Mbak Sri dengan senyum penuh pengharapan.

"Tiga bungkus ..., dua campur, satu baksonya aja ... Jangan lupa sambalnya dipisah,kasian di satuin kalo udah ngga ada rasa cinta" sahutku dengan seksama.

"Okeh Mas, pinjem motornya" sambil mengambil kunci motor di tangan, di ganti dengan sapu lidi.

Lantas meluncur dengan sepeda motorku sambil sempat - sempatnya berkata, "Tutup pagarnya,... Jangan lupa!"

Bergegas menutup pagar halaman berwarna hijau lumut dengan sedikit memaksa. Kemudian meraih sebuah papan tripleks bertali kain rami ukuran 40* 50 centimeter, menggantungnya di bagian luar pegangan sebagai pengganjal sementara agar penghuninya dengan mudah membuka tapi tidak dengan orang asing karena dengan jelas papan itu tertera tulisan indah berbunyi,

"Awas Emak Galak!" asli ini nyata adanya ... he ... he.

Sekilas mata ini menangkap penampakan beberapa "Abegail", alias abe geh jelas juga labil. Sedang bercengkrama dengan pohon palem tengah trotoar sembari memainkan beberapa gawai di genggaman masing-masing.

Merasa diperhatikan, salah seorang diantara mereka memberi komando untuk segera menyingkir dari tempat kejadian perkara, mungkin takut ekspresi kurang maksimal. Secara siaran langsung menanti subscriber kan butuh usaha ekstra.

"Bodo amat!" rungut Ku balik badan sambil pegang perut yang kembali kejang.

"Ini baksonya, Mas Senja," seraya menuangkan makanan tersebut kedalam sebuah mangkuk besar khas korea di atas meja. Tangannya kembali menuangkan bungkusan selanjutnya, kali ini untuk dirinya sendiri, menarik kursi serta bersiap menyantap bakso di hadapannya.

"Minumnya mana, mbak Sri?" tanyaku setibanya di depan meja.

"Itu ....!" tangannya menunjuk ke arah dispenser yang letak keberadaannya memang masih di dapur, lengkap dengan gelas persis di atasnya. Membuat ku harus kembali berbalik arah sambil mengumpat pasrah. Di tengah asyiknya melakukan pembantaian dua bungkus bakso, di hentikan oleh perkataan Mba, Sri yang ingin menyampaikan sebuah pesan.

"Kan udah di punya nomernya Mba, ya kirim dong!" ucapku ngasal.

"Bukan itu Mas, maksud Mba itu dapet salam dari cewek, ada yang minta kenalan," lanjutnya, terlihat di sudut bibir masih menempel mie yang bergelantungan, hingga membuat Mba Sri layaknya seekor ikan lele.

"Siapa?" tanyaku sedikit kepo.

"Itu, Cewek yang tadi lagi selpi-selpi sama pohon palem di depan."

"Yang mana?" pura-pura kepo.

"Yang tadi Mas pelototin trus nunduk," Terang Mba Sri meyakinkan, aku manggut-manggut karena sama sekali ngga perhatiin tuh abegail karena memang lagi cuek.

"Rumahnya di blok belakang paling ujung, tadi dia mau ketempat temennya dulu mau unggah yutup lewat leptop."

"Namanya Fajar Retno, anak manis yang tadi nunduk itu, dia tadi Mas," celoteh Mba Sri sambil menghabiskan mangkuk, eh... !?

Bakso terakhir di mangkuknya.

"Sekitar jam empat dia baru pulang lewat depan lagi, tungguin aja Mas," suruh Mba Sri lagi.

Ternyata bete juga dapet libur tiga hari dari Ibu Martha guru BePe, gegara nge-prank anaknya sampe nangis kejer-kejer, ngeliat motornya nangkring di tengah selokan samping sekolah. Coba ngga ada yang ngerekam tuh rencana, pastinya ga ketauan.emang jaman udah beda. Satpam sekolah jadi santuy mentang-mentang teknisi "cecetipi" dia yang punya.

"Mas Senja!" Mba Sri nongol lagi.

"Itu si Fajar nunggu di depan rumah sebelah!" Wah, beneran nih sih mba...,

"Iya ..., iya!" jawabku. Dan benar saja Cewek tersebut berdiri menunggu di depan rumah sebelah sambil tetap berselpi ria, bergegas kuhampiri.

"Hai...,!" seraya mengulurkan tangan hendak berjabat, begitu aku tiba,

"Kenalin, namaku Senja!" ucapnya memperkenalkan diri membuka percakapan.

"Namaku Fajar Retno",ucapku membalas candaannya.

rupanya Mba Sri memang juaranya...

Ha... Ha... Ha.

Dan begitulah kesan pertama yang ku dapatkan.

Mengantarkan bocah "EseMPe" pulang, yang jarak antara rumah ke sekolah tidak lebih dari tujuh ratus meter. Sekolahnya pun hanya berjarak dua rumah dari rumahku.

Matic Penjajah.

Motor matic dengan styrp klasik bertype elegan dengan sombongnya berhasil menjajah posisi Vespa type 76 standar di sudut garasi. Kesan generasi Retro millenia memang tak salah disematkan sebagai tunggangan masa kini. Akan tetapi kenapa harus kau rebut jatah parkir kelas "viviaivi" benda kesayanganku.

Mama!..

Tidakkah kau hargai, begitu besar jasa beliau yang selalu setia mengantarkanmu kemana pun selama ini?

melow mode on.....,ha,ha,ha,

Atau...,

harus ku singgung kembali, saat indah kondangan ke kampung sebelah?, melewati gunung, menyusuri sawah? Atau ketika mengantarkan katering saat hujan, badai, serta angin puting beliung, saat aku menonton prakiraan cuaca? Atau...., pada waktu mengantarkan Widya ikut lomba sebagai anggota Paskibra?

Yaa... ah, walaupun semua berakhir bencana ...., akibat lagi-lagi si "Shiro" motorku itu selalu mogok dan susah kali waktu starter sela.

Tapi dia sobat sejatiku !

..., Lebay kebanyakan drama korea ketularan mama.....

Tiba-tiba ...!

"Senja..., tuh motor sudah komplet surat-suratnya, sudah bisa dipakai untuk ke sekolah. Terus pesan Papa motor yang lama di bawa ke bengkel,Oom Dirga.

Katanya ,"itu motor mau di modifikasi biar mesinnya ngga ngadat-ngadatan lagi, tampilannya juga akan disesuaikan" Terang Mama sambil mulutnya terus ngunyah rengginang pemberian Opa waktu kemarin mampir ke Jogyakarta.

Dengan perasaan haru ku berkata,

"Terima kasih Mama ...!"

Begitu besar perhatianmu kepada satu-satunya anak lelaki-mu dan ku hanya mampu berkata....,,

"Mah..., uang bensin nya mana?"

Pletaaak...!!!

Bakiak mendarat di kepala ...

"Ini kuncinya, jangan lupa nanti Kamu mampir ke rumah Bu Sulowati, itu ada alamatnya!"

Pesan Mama yang selalu memberikan ceramah saat tugas mengumpulkan kotak pokemon habis pakai. Mamaku memang mempunyai Katering sebagai kegiatan luang waktu. Namun kini berkembang menjadi usaha utama buat Mama.

" Siap, Ma! " jawabku singkat.

Sudah tidak sabar rasanya pingin pamer mengendarai tunggangan baru. Terutama si Soni, temen sebangku di kelas, yang tiap sekolah pake motor Tinja, huh!, bikin ngiri aja ..., tapi sekarang sudah tidaaak.

Nama kecilnya "neno".

"Permisi ..., Apa benar ini rumahnya Bu Sulowati, Rt01/Rw02 nomor 18 ?"

tanyaku dengan sedikit bingung. Tak kudapati respon yang ramah, sambutan yang hangat atau senyuman bersahaja layaknya penghuni menyambut seorang tamu?

Seharusnya tata krama yang berlaku dalam kehidupan ber-masyarakat lebih di kedepankan-lah, itu kan ciri khas suatu negara yang penduduknya terkenal ramah ke seluruh penjuru dunia, gerutu ku dalam hati sambil mengulang pertanyaan tadi dengan lebih keras menggelora,

dan...?!

"Huaaa.... Atuuut Da Maoda Culi Nana ...!!!"

Di balas dengan jeritan juga teriakan yang mengundang kegaduhan seisi rumah tersebut.

"Siaal.... Sial ...!!"

Kesal, ternyata aku dari tadi nanya sama anak kecil dari luar pagar."

Kirain tadi bayangan yang punya rumah, gataunya pohon cemara..!"

"Siapa yaa...?"

Terdengar sebuah suara wanita lalu membuka pintu pagar. Seorang Ibu dengan menggendong batita.

"apa benar ini rumah ibu Sulowati?" tanyaku sembari menunjukkan sepotong tulisan tangan produk aseli dari Mamaku tersayang.

"Iya benar Saya Sulowati..., panggil aja Bu Sulo ..., oh, iya... !

" Kamu Putranya Ibu Dewi, ya?

"Mari masuk!" ujarnya mempersiapkan.

"Sebentar ya ..., saya buatkan air dulu?"

"Itu motornya sekalian aja di masukin dulu, masa parkir di depan pintu sih!" pinta Ibu Sulo lebih lanjut.

Sambil nyengir kuda ku turuti perintahnya.

"Mudah mudahan bukan air putih, ini tenggorokan lagi pengen yang hangat-hangat tambah pisang cokelat rasanya ajib nih," ngarep mode samar.

"Wuiiih...., Motor baru nih!"

"Boleeeh dong ...?!"

Suaranya sepertinya ngga asing, kumendongakan kepala. "Wow....!!

" Ternyata makhluk "kecentilan" tinggalnya di sini rupanya.!"sahutku sambil melihat yang dihidangkannya." Yess !!... Teh hangat ,.. Combroo ....!! Bodo ah, sikat !!

"Hey, Senja!

" Lo, tuh ternyata rajin juga yah? "

" Oh iya, panggil gue "Neno" nama kecil, oke? "

" Jawab ... , ngunyah aja ! "sambil melotot.

" Iyaa ....!" jawabku kaget,

Tuh kan! ... , combronya jadi salah tingkah, pake nyemplung bebas ke gelas teh ... Untung bukan gelas gue...

He... He... He...!!

" Eeh, kalian ternyata sudah saling kenal ya?" suara bu Sulo ikut nimbrung dari dalam rumah.

Tangannya tampak membawa tumpukan kotak Tupperware yang telah terikat.

"Ini nih, Bu...!" Orangnya yang godain Neno, kemarin!" laporan aja ke komnas HAM, Bu biar kapok trusngga bisa ke luar negri ...!!!

Waduuh....?!

Emak emak Kelebihan Ahlaq

" Hadeeeeh....! "

gemes jadinya sama kelakuan emak-emak jaman sekarang.

Bayangin coba..., kirain kotak makan yang musti di ambil sedikit? Ga taunya, cuuuy...,udah kayak pindah rumah...!

"Dasar Emak-emak..., Kelebihan Ahlaq !"

Untung nih Ibu rela... nyerahin Anaknya?!

eeh..!

Ngga ding, becanda..!

Nyuruh anaknya mikut bantuin, bonceng di belakang sambil megang dua tumpuk, sisanya di motor bagian tengah. Beres!

"Hati-hati ya, Nak!" ucap ibu mengingatkan.

Sorot matanya sedih terlihat saat melepas kepergian kami sambil berkata,

"Kalo bisa agak lama ya ..., Neno!" ,

Ibu mau nonton Drakornya sama Dedek aja, soalnya males berebut remote sama kamu !?

Untung saja, jaraknya ngga jauh untuk membawa kembali kotak makanan kembali ke rumah.

Di tambah lagi bantuan ekstra dari Anak centil dibelakang ini, tapi...?

Dari kejauhan aku melihat Mbak Sri sedang asyik bercengkrama dengan selang?

Tapi ...? kenapa bukan pohon yang di siram seperti biasa? Seneng banget sih mbak Sri nyemprot Pos Satpam beserta isinya?

"Waah ..., bikin kasus baru nih...!?"

"Mbak Sri, ini kotaknya tolong bawa masuk!"

Pintaku sambil menurunkannya dari motor, lalu tancap gas.... menuju "Pizza CuyKuy", dimana setiap sore hangout cari inspirasi.

"Bang Udin... Emangnya dirumah tadi ngga sempet mandi apa?!" setengah berteriak saat melintasi pos satpam dimana mereka sedang asyik merekam konten keramas bersama.

"Senja, gue mau dibawa kemana?!

" lo mau menculik gue lalu minta tebusan ya !?! " Sebuah jitakan mendarat tepat dikepala.

" Atau...?, lo mau ngajakin gue kawin lari Yah ...!? jangan dulu deh!"

" Gue belum siap mental lahir bathin!"

" Duh.. ! Ini cewek ternyata bocor bawel yah" pikir ku.

Memasuki pelataran parkir terlihat sepi, tak nampak kendaraan yang ku kenali.

Hanya satu, itu pun motor kepunyaan Putera karyawan lepas yang biasa mengantar pesanan lewat telepon.

" Yuk, masuk."Sambil menarik lembut tangan Neno yang masih terkena hipnotis.

" Ha..., Ha..., Ha...! Ini pasti Gegara konten motivasi dari yutup, ada gunanya juga.

" He.... eh! " jawabnya tanpa banyak tanya jadi manut, nurut, ato jangan-jangan biar di kira imut?!

Ya...., biarlah.

*****