Chereads / Saat Fajar Bertemu Senja / Chapter 5 - Hari yang baru dan kamu ku tunggu

Chapter 5 - Hari yang baru dan kamu ku tunggu

Ini adalah hari pertamadalam dalam kalender, bertepatan dengan saat awal proses masuk sekolah.

Aku sedikit kecewa karena Flow ternyata tidak lagi dapat bersama. Akibat pemberlakuan zonasi yang telah ditetapkan oleh dinas terkait.

Memasuki ruang kelas baru, Aku kali ini mencari posisi untuk duduk di tengah ruangan, karena hari masih pagi maka dengan mudah dapat memilih.

Kukeluarkan gawai dalam tas, mataku menatap memandang foto profil Senja, pria yang beberapa hari in membuatkugalau tingkat dewa..., ada perasaan kesal terhadap Senja.

"Kamu...., dimana... Senja...!? " bisikku.

Kekesalan Kukali sangatlah beralasan, bagaimana tidak coba...., rumah, tidaklah terlalu jauh, setiap hari pun nenomelintas depan rumahnya, namun setiap kali aku bertanya atau bertandang kerumahnya selalu saja Senja tak ada. Bahkan semakin jarang untuk pulang kerumah kata Widya dan mbak Sri,.. Tiba-tiba...!!

"Hai..! Masih kosong kan..?!, sebuah suara mengagetkan ku lalu menoleh,

"Iya...! " Jawab ku singkat.

"Namaku Dhini Ananta...! "ucapnya kemudian memperkenalkan diri.

"Aku Fajar Retno...panggil neno saja! " Membalas sambil tersenyum.

**'

Jam istirahat berbunyi,suasana yang semula sepi berubah layaknya sebuah pusat hiburan.

Taman sepanjang pinggir lapangan adalah lokasi yang tentunya sangat ideal untuk ber ekspresi. siswa ataupun siswi melakukan ritual yang bernama, "tebar pesona",

"Neno, ke kantin yuk!? Ajak Dhini

"Hmm, ngga deh dhien disini aja, " balas kusambil mulai memainkan gawainya.

"Oke deh, nanti kalo gue dapet gebetan duluan jangan ngiri Yah?! " canda Dhini.

"Terserah..!" balas ku cuek, namun mata ini selintas menangkap dari lantai dua tempat ku berdiri, seorang cowok menatap ke arahkudari tengah lapangan sambil bermain basket.

Mata ku kembali menatap gawai, lalu menuliskan pesan, "Senja, kamu kenapa sih...? " Tak ada balasan.

Sesaatkembali berharap mendapatkan balasan atas pesan pada gawai,seseorang mendekat menghampiri.

Ternyata sang cowok yang tengah bermain basket tadi, "mau apa dia? "

"Hai, kenalin gue Rendy. "terlihat mengulurkan tangan.

"Neno! " balas ku singkat.

"Kelas gue disebelah, kalo ada waktu bisa kan sekedar ngobrol? "

Belum sempat ku menjawab, terdengar bel kembali berbunyi,"sukurlah,"pikirku.

**

Kutepikan motorku sesaat dhien mencoba menghentikan kendaraan ini dengan rentangan tangannya.

"Neno...., anterin gue pulang Yah? ", tanpa memberikan kesempatan untuk menjawab,duduk manis di belakang.

"Hayuuk....., kita searah kok!? " ucapnya persis di samping telinga kiriku.

Kendaraan ku lajukan kembali, Biasa lah perempuan sen kanan belok kiri... He he..

Melewati sebuah perumahan, dhienmenepukpundakku, "mampir dulu ya sebentar? Biar tau rumah gue," Pintanya lagi.

Dhini ananta atau dhien ternyata adalah anak semata wayang, pantas saja sikapnya seperti.

Sepertinya dia memang butuh teman untuk saling bertukar pikiran atau semacamnya, jadi mengingatkan aku saat kak Dewi telah meninggalkan rumah dahulu, jadi sepi.

Setelah beberapa saat mengobrol ternyata seru juga, yaah setidaknya aku jadi lupa akan seseorang yang membuat aku jadi galau.. Hmm...

**''

Setelah meminta ijin untuk pulang, karena aku memang belum meminta ijin pihak rumah untuk bermain.

Ku lajukan kendaraan menuju rumah, namun saat melewati sebuah hunian yang tepatnya ruma Senja aku berhenti, kulihat motornya ada dan terparkir digarasi, "lebih baik ku temui terlebih dahulu ," pikirku.

Terus terang aku merindunya, karena semenjak kelas dua belas Senja sepertinya menjadi terlalu sibuk.

Mungkin fikirannya terbagi antara sekolah atau kegiatan band yang telah terikat kontrak atau...., entahlah!

Kumasuki motor dan memarkirkan ya di garasi tepat di sebalah Si oren, kemudian masuk kedalam, ku lihatmba Sri sedang memasak sesuatu, kuhampiridann berkata, "lagj masak apa mba Sri? ",

"Ini, cuma bikin ayam goreng sama tumis kangkungpesenanmas Senja! " jawab mba Sri.

Oh !, Senja ada di rumah, tumben?!

"Sini, biar Neno yang buatin aja mba," ucapku bersemangat.

"Ooh begitu ? ya udah, mba tinggal ke depan ya?! "

Dengan semangat kumengolah makanan untuk Senja, setelah selesai memasak segera,"ku bawa ke kamarnya saja, biar sedikit romantis ," pikirku kembali.

Ku taruh terlebih dahulu baki ini di atas kursi lalu mengetuk pintu kamar.

, tidak ada jawaban? " ku buka pintu kamar, kulihat Senja ternyata sedang tidur

"mungkin kelelahan," pikirku

sambil membawa baki berisi makanan, ku taruh diatas nakas. Perlahan ku kecup bibir Senja untuk membangunkan dan menawarkan untuk makan.

"Senja, bangun sayang.., ini makan siang ," ucapku lembut sambil membeli rambutnya yang hitam. Ku lihat Senja membuka kedua matanya, menatapku lalu tersenyum.

"Cuci muka dulu ya ?! " Pinta Senja, lalu bangkit untuk membasuh untuk menyegarkan diri.

Sekembalinya Senja berkata, "berdua kamu ya, kamu makan nya ,"pinta Senja

Akupun mulai menyuapinya, hatiku sedikit bahagia saat ini dengan Senja berada dihadapanku.

"Mau bercerita padaku kemana saja Senja beberapa waktu ini? " tanyaku membuka percakapan.

Tampak sedikit berubah wajah Senja, ada sesuatu yang ingin di utarakannya namun tidak jadi.

"Emm, bagai mana ya ngomongnya?! " terlihat sedikit bingung sambil meminta untuk disuapkan.

"Ya sudah, ngga apa-apa juga kalo belum ingin bicara, " balas ku sedikit mengalah,lalumemberikan piring padanya karena harus mengisi botol air minum yang telah habis.

Sekembalinya mengambil air yang telah terisi, kembali ku mencoba bertanya padanya.

"maksud kamu., tentang hubungan kita? " tanya Senja.

"Hmm, Yah.., seperti itu lah," balas ku.

"Kan, tinggal jalani saja...! " ucapnya santai.

"maksud kamu...., memangnya setelah kita ini sudah jadian, lantas kamu bersikap seperti ini...? tidak ada perhatian, tidak ada kabar, atau..., sekedar menghabiskan waktu bersama, juga kamu sepertinya tak terpikirkan...!? " ucapku mulai kesal.

"Lantas aku harus bagaimana...., aku kan pernah bilang, kalau aku ya..Seperti ini... " Senja membela diri.

"Senja, kamu tuh seharusnya ngertiindong perasaan cewek?! "

"maksudnya?! " Senja terlihat bingung.

Duh, bingung ngejelasin ke cowok yang satu ini..., sikap cuek ya membuatku mati kutu.

"Sudahlah, aku mau pulang dulu " sambil kembali ku cium bibirnya untuk bergegas pulang.

"Hai Neno? "Widya terlihat saat aku baru saja sampai meniti tangga terbawa.

"Heywid, baru pulang ? " tanyaku karena kulihat Widya masih mengenakan seragam serupa denganku.

"Iya nih, tadi ikut tryout untuk beasiswa study "

"Ooh, jawab ku singkat" Widya memang seorang gadis yang hebat bathinku.

Remaja yang mengetahui apa keinginan serta berusaha untuk mewujudkannya, lain halnya dengan diriku yang hanya ingin mengikuti arus, menapaki jalan, atau hanya mengiringi kemana arah angin membawaku...,

Ah!..., lagi–lagi suara gawai serta mertamenyadarkan aku dari lamunan sesaat ini.

"Kamu memang belum ijin, Neno? " tanya Senja saat menerima botol dan langsung menuang isinya.

"Ya, aku kan Cuma mau mampir sebentar, toh ibu juga ngga masalah kalo aku ada disini" ucapku lalu berpamitan.

**

Senja,

Aku tak tahu sampai kapanini berlanjut.

Aku tak pungkiri pabila hati terpaut.

Yang ku rasakan adalah damainya jiwa hadir bersama sang kejora.

Resah meniti diantara berbagai cahaya, hingga nanti terlena pesona aurora.

Kak Dewi Suka Ngasal

"Sepertinya di rumah ada tamu, " pikirku.

Dan benar saja, ternyata kak Dewi yang membukakan pintu.

"Hai kak, sudah lama? " tanya ku sambil memasukkan motor.

"sudah dari tadi pagi Neno, kamu dari mana? " kak Dewi balik bertanya.

"Dari tempat temen sekelas, terus mampir sebentar ke rumah Widya,"jawabku.

"Widya atau Senja?" goda kak Dewi sambil mengiringi aku menuju kamar.

Kulihat kak Dewi memandang sambil tersenyum di atas kasur.

"Neno, boleh kasih sedikit saran?! "ujar kak Dewi.

"Saran apaan? " perasaan dari dulu yang minta saran kan dia terus, mulai dari model baju, potongan rambut, makeup, sampe nomer bra aja yang udah tau tetep nanya..hadeeh !

"Kamu yakin sama Senja? emang dia serius? lebih baik tahan dulu,ngga usah ngikutin kakak! ", ucap kak Dewi lagi

Kak Dewi ini saran apa nasehat siy??

"Oohgitu ya kak, alasannya? "tanyaku kemudian.

"Yah, alesannya karena emang belum waktunya, jangan ikutin jejak kakak. Bukannya kakak ngelarang, tapi ini berdasarkan pengalaman yang pingin di Share ke kamu. "

"asli belum ngerti kak, "balas ku

Dalam hati siy, emangbenerannggangerti yang lagi di bicarain kak Dewi he, he, he.

"Yaudah besok aja dech ngobrolnya," kak Dewi mengurungkan niatnya.

"Jadi kakak monginep?" tanya ku kemudian.

"Iya, soalnya suami tadi nitipin kakak di sini dulu, dia mo belanja di Singapura," jelasnya sedikit kecewa.

"Ooh, kok ngga Sekalian ikut? "

"Males ah, capek belanja kesana kalo ngga ada jalan-jalannya , "terangnya sambil tertawa.

"Asyik hari ini begadangan, ah! " celetuk ku sedikit usil.

"Bukannya besok sekolah?! "

matanya setengah keluar, hii... takut ah!

"Besok anterin ya kak? " tes manja ah... Hi hi hihi.

"Iya, gih tidur sana, kakak mau ngobrol dulu sama ibu," Sepertinya agak serius nada bicaranya.

*'*

Benar saja hari ini aku diantar jemput oleh kak Dewi ke sekolah, walau menggunakan motorku tak mengapa lah, atau jangan – jangan karena hari ini pendaftaran masuk universitas.

Seperti yang aku samar-samar mendengar tadi malam jika kak Dewi tetap ingin melanjutkan pendidikan?

Hmm...,

"Neno, turun! " ujar kak Dewi membuyarkan lamunanku.

Ternyata sudah di depan tukang bakso depan perumahan langganan Senja, segera ku turun dan memgikuti kak Dewi yang tengah memesan beberapa untuk dibawa pulang.

Kembali motor yang di kemudian kak Dewi melaju perlahan melewati jalan utama perumahan, sesaat kepalaku menoleh ke arah rumah Senja, "jam segini sudah pasti belum pulang ," pikirku.

Ternyata...!??

Sepertinya aku mengenal satu sosok yang tengah mengobrol di bangku teras depan saat tadi melintas?

Bukankah itu.., Jingga !!?

Sedang apa dia di sana ?!

"Neno!"

ngelamun terus, udah sampai nih !

"Eh, iya kak,* duh, kena lagi deh di bentak gegara ngelamun.

Ngga terasa sudah dua mangkok bakso berhasil masuk perut, emang ini bakso juara dah kalo lagi laber alias laper berat.

Kak Dewi ngga jauh beda, mungkin udah lama ngga jajan kali ya?

Atau..? selama nikah ja'im sama suaminya jaga makan pedas biar ngga sering-sering buang gas!?

Ha, ha, ha...!!

"Heh! Kenapa tiba-tiba ketawa, ada yang lucu? "tanya kak Dewi heran.

"Engga kak, Cuma penasaran kok belum kentut juga kek biasa? "

Lagi ja'im ya?

Eh ngga ding!

Sialan.., langsung di jawab !!

Selesai makan bakso sepertinya kak Dewi berniat melanjutkan perbincangan tadi malam.

Beberapa kali kak Dewi mengingatkan aku untuk tetap fokus dan mengutamakan mengejar cita-cita, serta melupakan sejenak asmara semu.

"Tapi Kak, ngga bisa ... gimana dong ?" Aku menolaknya karena Senja yang pertama menembus ke dalam hati ini.

Gampang!

cari aja yang baru tapi jangan di seriusin kalo yang lama udah lupa, tinggalin tuh penggantinya !!

"What?? "

"Ini soal perasaan Kak, bukan makan bakso pedas trus minum es jus!"

Balasku senewen.

"Terserah,tapi cuma itu caranya! "ucapnya lalu berlalu sambil tersenyum.

"Kamu tuh cemburuan, ngga kayak Kakak, lihat saja nanti, " teriaknya dari dapur.

**

"Neno, tadi si Rendy kirim salam tuh, " Dhien berkata dengan mimik muka sangat ingin tahu.

"Iya, makasih, "jawabku singkat, ngga tahu mengapa setiap kali Dhien menyampaikan sesuatu yang berbumbu comblang mendadak ngga mood.

"jiaaah, serius neno!? "tambah maksa kek nya.

"Buat lo aja deh Dhien, daripada cape comblangin gue nanti kehabisan loh stoknya ," Ha, ha, ngga bisa jawab kan lo sekarang!?

"iish elo siy Neno, nanti pulang sekolah dia udah nunggu lo di gerbang! " ucap Dhien yakin.

Dan..!?

"Hai, Neno!?

"Bareng Yah, gue mau ngobrol ."

"yaelah Rendy, lo nyuruh gue jadi preman jalanan apa? " jawab ku.

"Maksud lo? "

"lah kan gue naik motor, elu juga sama, trus ngobrol diatas motor sambil pulang gitu?!" ha, ha, ha...

"Ya, maksudnya kemana dulu gitu? ", mukanya kaya udang rebus jadinya

"Oke deh, tuh boncengin Dhien aja," pintaku kemudian, lama-lama kesian juga.

"Kita kemana? "saat motor tengah melaju.

"Ya, kerumah yang Lo boncengin! "

**

"Siapa yang beli nih Dhien? " tanyaku sesaat tiba ditempatnya, melihat bungkus bakso dan es campur di atas meja.

"Tuh, yang lagi cuci tangan di keran samping," jawabnya sambil menang es campur pada gelas.

"Sogokannya boleh juga," Balasku nyinyir.

"He, he, he gue yang minta," dhien memotong sambil nyengir kuda.

"Loh kok, Cuma dua dhien? "sedikit amat eh, heran maksudnya....

"Rendy ngga suka bakso, ngga minum dingin!

"Hmm. bodo ah!" laper pikirku

Terlihat Rendy berjalan menghampiri dengan rambut setengah basah.

Sempat terlintas dalam pikiranku kalau sepertinya Rendy cowok perfectly stylish, ngga urakan, yah maklumlah anak basket, anggota OSIS siapa coba yang ... udah, udah ah ngawur..

*'

Tiba saatnya menyantap bola tenis berbentuk bakso urat, ups! Ya begitulah..,

Terlihat melintas satu sosok yang sangat kuhapal di luar kepala.., Jingga !!

"Hmm, suda pasti ini jalan menuju ?! "

"Gaes!? "

"Sorry ya gue, ada urusan mendadak somplak yang ngga mau gue tolak.....!! "

Dan..., ngeeng..!

Sampek juga ...? bodo amat!

Emosi tingkat tinggi!

Kuhampiri mbak Sri yang tengah luluran pake ampas kelapa parut,

"Mbak Sri, Jingga ngapain kesini ?!

Tanyaku dengan hidung penuh ingus, sisa makan bakso pedas barusan.

"hah, hah, siapa? " ternyata mbak Sri ngga tau kalo ada yang tengah bertamu karena wajahnya tertutup lulur, ya sudahlah hajar langsung !?

"Eeh Neno, mau nyusul Ibu ya?!

Suara tante terdengar dari dalam,Kuhampiri ... dan benar dugaanKu ada Ibu, namun..?!

"Hai Neno!? "

"Jingga?! "ucapku sedikit merasa aneh dengan situasi seperti ini.

"Mau nyusul ibu ya? "kini ibu yang bertanya.

"Iya bu ," jawaban paling singkat, padat, anti malu, dan aman, menurutku ... Hihi, hi, hi

"Kalian sudah saling kenal rupanya, ya sudah ibu tinggal sebentar untuk mempersiapkan pesanan kamu ya, Jingga!?

"Baik tante, terima kasih," Jawab Jingga.

Kulihat Jingga tersenyum lantas sedikit melirik ke arah ku.

"Jadi Jingga ke sini ?!" belum habis kalimat yang ku ucapkan.

"Ketemu Senja maksudnya Neno? " ucapnya sambil tersenyum.

"Terus terang Neno ..., Iya !!" ucap Jingga, dan kembali melanjutkan,

"Neno, aku ngga masalah kamu telah merasa memiliki dia, tapi aku juga tidak mau membohongi diri dan bersembunyi dari kamu, " ungkap Jingga.

"Oke Jingga, aku terima keterus terangkan kamu setidaknya jangan kamu tunjukkan dihadapkan ku, dan sebaliknya aku juga akan bersikap yang sama! " balasku

Tak mampu lagi Ku berfikir jernih,genderang telah di bunyikan sudah terlanjur terlontar kata-kata mengandung emosi.

Sekali terucap sulit untuk di koreksi, hanya waktu mungkin yang nanti dapat menentukan kemana arah angin akan berpihak Aku atau Jingga.

"Senja, jam berapa bazar di mulai? " ku hanya ingin memastikan agar tidak telat Sesampainya di sana.

"Jam sepuluh pagi, berangkat bareng sama Widya aja! " balas Senja lalu mematikan sambungan panggilan video.

"Jadi kamu berangkat ke bazaar Neno, jauh loh tempatnya ? " tanya Ibu saat aku hendak mengeluarkan motor.

"Iya Bu, berangkat bareng sama Widya karena kan, sekalian antar katering, nanti dia yang bawa mobilnya," jawab Ku.

"Ooh, ya sudah, jangan kecapean nanti kamu sakit lagi, baru juga sembuh! " Ibu mengingatkan.

"Iya Bu," ku jawab singkat dan bergegas menuju Widya yang tengah memasukkan kotak makanan ke dalam bagasi mobil.

"Senja emang jarang pulang ya wid sekarang, terus tidurnya dimana dia?" tanyaku saat perjalanan memasuki gerbang tol menuju selatan Ibukota.

"Seringnya sih nginap di tempatnya Oom Dirga, Yah gitu deh cowok, cuek. "sahut Widya dengan tetap fokus memperhatikan keadaan jalan.

Kemudian menambahkan jika teman-temanya sejak kecil juga banyak disana maklum rumah yang ditinggali tersebut masih satu lingkungan dengan tempatnya terdahulu.

Memasuki satu kawasan perbelanjaan daerah selatan penyangga ibukota, sebuah lapangan parkir luas yang dijadikan arena bazaar ini terlihat sudah cukup ramai.

"Di sana Widya !" kulihat lambaian tangan Senja bersama Oom Dirga yang telah mengenali mobil yang kami kendarai semenjak masuk karena memang lokasi yang berdekatan.

"Wadaaw si Shiro banyak fans nih Oom Dirga?! "kata Ku saat kulihat beberapa orang sedang berselfi di depan motor Oom Dirga yang kemarin bikin heboh hasil modifikasi.

"Siapa dulu modelnya," sahut Widya.

Terlihat Senja tengah melayani beberapa calon konsumen yang mendaftar serta mengisi formulir untuk memodifasi motor mereka.

"Sudah banyak yang daftar Senja ?!" ucapku.

"lumayan, satu Klub sekitar lima nih yang ingin dirombak penampilannya," sambil tangannya menunjukkan formulir.

Mataku tak sengaja menangkap satu sosok pada satu gerai aksesoris yang letaknya beberapa baris dari tempat ku berdiri.

"Jingga !" tengah melayani seorang pembeli.

"Hmm, Senja mau di ambilin minum, kelihatannya haus ?!" tanyaku.

"Boleh, tau aja klo lagi haus," jawabnya.

Seperti yang telah aku duga sebelumnya, perhatian itu, senyum kecut itu.

Bukan maksudku meniupkan terlebih dahulu trompet karnaval ini, semua waktu yang mengatur, mungkin merencanakan sedari awal, bukankah posisi kau dan aku sama ...,Jingga?!

Matahari semakin terik, beruntung gerai yang Oom Dirga buka hari ini telah melampaui target penjualan, dan hanya membutuhkan saju jam saja

Saatnya mengeluarkan katering pesanan untuk makan siang, terlihat barang – barang pun sudah di rapihkan.

Tetapi sepertinya kepala ini kok terasa begitu berat dan ... Aargh?!!

"Kamu sudah baikan?" sebuah suara lembut serta bisikan hangat terasa ditelinga.

Ku buka kelopak mata, "senja?! "

"Aku ada dimana ?" tanyaku kemudian.

Mataku kembali menangkap satu sosok di sudut ruangan sedang memainkan gawai bergegas bangkit menghampiri,Jingga ...!?

"Sudah merasa lebih baik ?" Senja bertanya, tangannya lembut membeli Rambutku, terlihat wajah sedikit khawatir tampak jelas.

Jingga pun tersenyum menatapku.

"Hmm ... iya," jawabku.

Kembali mataku menatap kearah pintu yang tengah terbuka, Widya datang bersama ibu.

"Neno, kamu sudah baikan ?"tanya Ibu kembali.

"Iya Ibu sudah ngga apa apa ."

"Benar kan yang tadi ibu bilang, kondisi kamu belum seratus persen fit sudah lagu-laguan"tegur ibu.

"He, he, he, iya Ibu bener" balasku.

"Memang Neno belum fit kenapa bu?" tanya Senja kemudian.

"Kebanyakan jajan, makannya ngawur!" jawab ibu sedikit menyindirku.

Sesaat kemudian seorang perawat datang dan memberitakan jika kami sudah dapat meninggalkan rumah sakit, karena hasil pemeriksaan menyatakan hanya faktur kelelahan dan hanya butuh istirahat total selama beberapa hari di rumah.