Sedan biru berhenti tepat di depan pintu utama hotel. Seorang pelayan hotel membantu membuka pintu mobil yang Ferit gunakan. Pelayan tersebut membuka pintu di mana Adrine akan keluar. Dari arah seberang Ferit keluar dari dalam mobil kemudian berputar menuju ke arah pintu di mana Adrine duduk.
Ferit melemparkan kunci mobil ke arah pelayan tersebut dengan enaknya, seperti temannya sendiri. "Mas Agus saya minta tolong kembaliin ditempatnya ya.." pinta Ferit sangat mudah dan gampang.
Adrine sedikit heran Ferit seolah sangat kenal dengan Mas Agus. Lalu ia keluar dari balik pintu mobil dan menapakkan kakinya di lantai halaman hotel.
Sementara itu setelah pelayan yang bernama Agus menerima kuncii mobil kemudian ia dengan cepat mengembalikkan mobil yang telah Ferit gunakan.
"Ferit, aku yakin sahabatku akan sangat marah denganku maupun kamu. Kamu jangan di belakangku ya, biar aku kembali sendiri saja!" ujar Adrine sedikit cemas akan kemarahan sahabatnya terhadap Ferit.
Adrine kemudian berjalan lebih depan dari Ferit, dia membelakangi Ferit tapi tidak jauh. Ferit tetap membuntuti Adrine memastikan Adrine sampai di kamar, kebetulan kamar Adrine dan Ferit saling berhadapan dan mereka satu arah.
Ketika Adrine telah sampai di lorong gang menuju kamar sendiri, dia melihat sahabat-sahabatnya telah menunggunya. Adrine menghentikan langkahnya sedetik kemudian jalan kembali menghampiri mereka. Ferit terus mengikutinya dari belakang Adrine hingga ia heran mengapa Adrine menghentikan langkahnya sesaat.
Ambar duduk dengan wajah masam sedangkan Dudo mengepalkan kedua tangannya yang diletakkan di bibirnya sembari duduk di sebelah Ambar sambil menatap ke arah depan. Dan Ezar sedang berdiri pula menghadap Ambar dan Dudo. Tubuhnya penuh goresan hitam di mana-mana.
Adrine terus melajukan langkahnya dia meyakini jutaan tanda tanya ada dalam pikiran sahabatnya.
"Adrine..." ucap Ezar sahabat pertama yang melihat Adrine datang. Ambar dan Dudo kemudian ikut menoleh melihat Adrine tiba.
"Adrine..." Dudo tersenyum lega Adrine kembali. Dudo bangkit dari duduknya. Dudo terkejut, Adrine berbeda tidak seperti biasanya. Dia mengenakan dress hijau berselimut jaket kulit. Berbeda dengan Ambar, dia lebih ccodong bersemangat melihat sahabat cantiknya datang. Lalu ia memeluk Adrine seolah telah lama tak pernah bertemu.
"Adrine... kamu ke mana saja?" tanya Ambar kegirangan, saat itu juga kecemasan dan kepanikan lenyap seketika di antara mereka.
Adrine tersenyum tipis namun raut wajah Dudo tidak sebahagia Ambar. Dia hanya senang Adrine kembali namun keganjalan pikiran Dudo mengenai pakaian yang Adrine kenakan dan jaketnya.
Dudo menghampiri Adrine lalu menghentikan Ambar dan Adrine saling berpelukan. Sebuah pertanyaan terlontar dari mulut Dudo "Kamu pergi dengan siapa?" Adrine terkejut, diam adalah hal yang ada di pikiran Adrine. Namun sorot mata Dudo membuat dirinya makin merasa bersalah.
"Apaan si Do? temen baru balik kamu tanya kaya itu! bukan seharusnya malah tanya keadaan..!!" tukas Ambar kesal. Dia tak peduli lagi dengan etika bahasa yang kaku.
Dudo menatap tajam Ambar, bahasa yang ia gunakan mulai terlihat seperti orang biasa pada umumnya. "Ambar,!"
"Maap Do, aku nggak bisa selalu bicara dengan cara bangsawan. Adrine sahabatku sahabat dekat. Jadi aku mau pakai etika bahasa yang biasa dipakai orang pada umumnya.!" ujar Ambar.
Terungkap sudah etika bahasa mereka yang kaku atas keinginan Dudo.
Dari arah yang sama Ferit berjalan santai namun Adrine beserta sahabatnya tidak menyadarinya.
"Adrine...., dengan siapa kamu pergi?" Dudo mengulang pertanyaan yang sama.
Ambar tidak bisa mencoba mengalihkan perhatian dan pertanyaan Dudo yang dilontarkan untuk Adrine. Kali ini sedikit dangan nada tinggi.
"Adrine...?" suara Dudo semakin keras. Adrine masih diam tak bersuara dan Ambar masih memeluk Adrine
Melihat pertanyaan yang keluar dari mulut Dudo secepat kilat Ferit menghampiri mereka dan menjawab pertanyaan tersebut.
"Bersamaku" ucap Ferit. Adrine terkejut Ferit telah berada tepat di belakangnya. Dudo kemudian menatap tajam Ferit seperti harimau akan menerkam mangsanya. Begitupula dengan Ezar, diapun ikut terkejut dengan adanya Ferit yang tiba-tiba muncul.
"Hadueh panas, pasti ribut ini" ujar Ezar cepat membaca situasi.
"Siapa kamu?" tanya Dudo semakin memanas di otaknya seolah mendidih dengan penuh asap.
"Oh... kita belum saling kenal," Ferit berkata dengan santai. "Saya, Ferit" ujarnya dengan sangat percaya diri Ferit memperkenalkan diri dan mengulurkan tangan kanannya.
Dudo mengabaikan uluran tangan Ferit. Kemudian dia maju dua langkah dan berhadapan sangat dekat dengan wajah Ferit. Mereka saling bertatap mata tajam.
Dudo tak kuasa menahan amarah, dia mengepalkan tangan kanannya alih-alih akan menghantam Ferit di wajahnya. Lalu tangan kiri Dudo meraih krah kaos yang Ferit kenakan. Ferit diam tak melawan, dia tahu jika Dudo menyukai Adrine dan terlihat sangat jelas dari mata dan ekspresinya. Adrine melihat apa yang sedang terjadi antara Dudo dan Ferit spontan Adrine mencoba menghentikan mereka.
"Dudo hentikan!!!!" teriak Adrine sembari menahan tangan Dudo.
"Siapa kamu untuk Adrine, hah?!" tanya Dudo geram menatap Ferit.
"Adrine... kekasihku," ucap Ferit pasti tanpa takut tanpa ragu. Dudo terus menarik krah kaos Ferit tak henti.
Adrine membelalak terkejut ketika Ferit mengucapkan Kekasih di telinga mereka. Bahkan seluruh sahabat-sahabatnya sangat terkejut bagai bom bardir menghantam situasi tersebut. Apalagi Dudo, sahabat yang sangat mencintai Adrine ternyata menjadi kekasih orang.
"Sejak kapan kamu menjadi kekasih Adrine?!" Dudo masih belum juga melepas krah kaos Ferit yang ia tarik.
"Dudo, sudah!!!" lagi-lagi Adrine mencoba memisahkan mereka. Lalu Ezar buru-buru menahan Dudo, takut-takut dia bikin babak belur anak orang.
"Do, sudah!!! ngga baik dilihat orang apalagi terjadi keributan. Adrine baru saja kembali kasihan... " ujar Ezar mencoba membuat dingin suasana.
Dudo melepas krah Ferit dikepalan tangan kirinya. Kemudian dia menarik tangan kirinya sedikit kuat hingga mengenai siku kiri Adrine.
"Aw...." Adrine merintih kesakitan tangannya terhempas oleh tangan Dudo. Adrine memegang sikunya, rasa nyeri timbul akibat luka yang timbul di Laguna tanpa ia sadari.
"Adrine..." Ferit menghinggapi Adrine, dia sangat cemas dengan luka di sikunya.
"Sudah!!! pertunjukan bubar!!" teriak Ambar kesal dengan prilaku dua pria bertubuh tinggi hingga menyebabkan Adrine merintih kesakitan. Dudo ketakutan terjadi sesuatu dengan Adrine, namun ia sangat kontrol diri agar tak terlihat bahwa dirinya cemas dengan keadaan Adrine. Wajah Adrine pucat, dia terlihat sangat lelah. Ambar melihatnya, dia tak tega melihat Adrine akhirnya Ambar memapah Adrine masuk ke dalam kamarnya.
"Adrine, ayo masuk" Ambar mengajak Adrine memasuki kamarnya lalu menutup pintunya. Sedangkan Ezar mengajak Dudo menjauh dari Ferit dan menuju kamarnya.
Dudo kesal bertubi-tubi, hatinya remuk mendengar ungkapan seorang lelaki yang belum di kenal Dudo sebelumnya. Dia mengangguk kecewa, pikiran dan hatinya hancur dibakar cemburu.
Mereka berlalu, baik Adrine maupun Dudo yang sangat care dengan Adrine. Ferit melihat mereka berlalu kemudian ia tersenyum kecil telah mengakui sebelah pihak.
Menyadari semua telah pergi, kemudian Ferit memasuki kamarnya.