Chereads / Lengan Berdarah / Chapter 26 - 25. Memergoki Surya, suaminya

Chapter 26 - 25. Memergoki Surya, suaminya

Lena tak sengaja menjatuhkan selembar kertas dari tangan kanannya di depan ruang kerja Surya, ruang kerja di dalam rumah jika dia ingin bekerja dari rumah. Kertas itu jatuh melayang tidak jauh dari kaki Lena. Pintu ruangan Surya terbuka sedikit sehingga Lena melihat suaminya sedang berbicara dengan seseorang entah Lena mengenali atau tidak.

"Surya?" Lena begitu terkejut melihat suaminya di sore hari itu sedang berbicara serius di dalam telpon. Entah dengan siapa ia berbicara, pikiran Lena mendadak ingin mendekat dengan suaminya, dan saat itupula timbul rasa penasaran. Lena memungut kertas yang jatuh kemudian dia berdiri tegak lalu membuka pintu ruangan Surya.

Surya asik menelpon hingga tak menyadari istrinya mengahampiri dan berdiri tepat di belakangnya.

"Apa sudah beres? tapi Ferit baik-baik saja bukan?" tanya Surya tentang keadaan anaknya. "Lalu gadis yang bersama Ferit apa kamu telah membuatnya jera?"

"Wah... bagaimana bisa gagal?" sahut Surya meluapkan rasa kecewa.

Surya diam mendengarkan suara dari dalam ponselnya dengan seksama tiba-tiba dia berucap lagi "Baiklah, biarkan saja mereka. Ini hanya permulaan!"

Mendengar Surya akan mengakhiri perbincangannya, dengan cepat Lena meninggalkan suaminya dengan sangat halus berharap suaminya tidak menyadari bahwa dirinya telah mendengar semuanya. Dia berdiam di balik tembok lalu bergegas pergi menjauh dari ruangan suaminya.

Surya berbalik, dia merasa bahwa seseorang telah berdiri di belakangnya namun saat dia berbalik tak seorangpun di sana.

Lena merenung memikirkan apa yang telah ia dengar. Dia panik, namun dia harus tetap tenang seolah-olah dia tidak mendengar apapun mengenai apa yang telah di dengar. Kakinya berjalan menuju ruang santai agar suaminya tak curiga dengannya.

Lena mengambil duduk menghadap televisi, remot adalah senjata untuk tetap terlihat santai. "Huft... aku harus terlihat rileks jangan sampai Surya curiga karna aku paham apa yang akan dilakukan Surya." Lena tengak tengok kanan dan ke kiri mencoba posisi apa yang membuatnya terlihat santai.

"Aku harus menyandarkan tubuhku di sofa." Lena menarik nafas dalam lalu memejamkan kedua matanya sejenak. Kemudian ia mengambil remot yang terletak di atas meja lalu menekan tombol on untuk menghidupkan. "Telenovela... iya telenovela adalah kesukaanku, setidaknya untuk mengalabui Surya"

"Mbak War, saya minta tolong ambilkan jus yang tadi saya bikin. Ada di atas meja." pinta Lena pada asisten rumah tangganya yang tak sengaja lewat di samping Lena

"Siap bu." Mbak War berlalu meninggalkan Lena sang ibunda Ferit yang sedang melihat tontonan telenovela.

Surya menuruni tangga, dia melihat assisten rumah tangganya sedang membawa minuman berwarna merah dengan buliran hitam di dalam gelasnya. Iya, itu adalah jus buah naga yang Lena sukai.

"Istriku sedang apa mbak War?" tanya Surya penasaran dan memastikan bahwa istrinya tidak mendengar pembicaraannya.

Mbak War menoleh pada Surya "Iya pak bos, bu Lena nonton telenovela kesukaannya." jawab mbak War. "Malah seperti sedang ogah diganggu. Seru kayaknya pak bos." ujar mbak War.

Surya mengangguk kecil. Dia percaya bahwa tidak ada yang mendengar pembicaraan dirinya dengan seseorang.

"Permisi pak bos," Mbak War mengangguk lalu pergi meninggalkan Surya. Mbak War atau Warmi adalah assisten di rumah Ferit semenjak Ferit kecil. Dia tinggal tak jauh dari rumah Ferit namun dia lebih sering tinggal di rumah Ferit.

Warmi mendekati Lena dan menaruh jus ke atas meja di hadapan Lena. Warmi tersenyum dan mengangguk kecil sambil menatap lembut majikannya itu.

"Terimakasih mbak" Lena membalas tatapan lembut Warmi.

"Sayang... sedang apa kamu?" suara yang sangat tak asing dan sangat lekat di telinga Lena terdengar mendekat. Surya melangkah mendekati Lena lalu memeluk istrinya itu dari balik sofa. Suara lembut datang menyapa di gendang telinga Lena. "nonton apa si sayang?" Surya bertanya sambil berbisik di telinga istrinya itu.

Menyadari pak bos dan bu bos sedang berdua Warmi pergi meninggalkan Lena dan Surya.

"Suamiku... seperti biasa, pekerjaanku hanya menonton di depan layar sambil menunggumu dan anakku datang untukku." jawab Lena dengan nada lembut khasnya.

"Anda sangat rapi suamiku, kemana anda akan pergi?" Lena melemparkan pertanyaan berharap suaminya akan jujur dengannya.

Surya membelai wajah Lena lalu mencium pipi kirinya. "Sayang... malam ini saya akan meeting dengan klien yang akan membeli produk kita." Lena terkejut, bagaimana bisa bertemu klien di jam malam.

"Sayang, kenapa malam-malam anda bertemu klien? bukankah anda akan menunggu anak laki۔laki pulang?" ujar Lena sedikit kesal dengan kesibukannya.

Surya melepaskan pelukannya, ia berdiri dan berjalan mengambil kontak mobil di atas lemari kecil. "Ini hanya meeting pendekatan hubungan agar kita bisa bekerja sama satu sama lain. Lagipula dia akan mengenalakan saya dengan anak perempuannya."

"Maksudnya?" Lena bertanya dengan terkejut dan apa yang sedang ada dipikiran Surya dia belum mengerti.

"Iya, klien kali ini adalah teman baik aku saat kuliah dulu. Dia memiliki anak gadis, nantinya mau ku jodohkan dengan Ferit. Gadis itu cantik dan pintar tidak menutup kemungkinan Ferit pasti akan menyetujuinya." ucap Surya sangat yakin.

"Kenapa kamu tak mengajakku?" Lena sedikit ngablak akan keinginannya bisa ikut dengan Surya.

Surya tersenyum ringan, dia menolak keinginan istrinya dengan sangat baik. "Sesungguhnya ini perbincangan antara laki-laki bahkan akan lama. Sahabatku ini memperkenalkan anak gadisnya juga hanya sebentar. Itu sudah jelas kamu akan bosan."

Surya mendekati istrinya lagi. Sebuah kecupan di rambut Lena melayang pertanda Surya akan segera pergi. "Suatu saat nanti kita buat pertemuan kecil spesial untuk Ferit, bagaimana?"

"Sayang aku akan makan malam diluar. Jadi jangan menungguku untuk makan malam. Ok!!" Surya menepuk lembut wajah istrinya. Segera dia berjalan meninggalkan Lena. Dia tidak mengantarnya ke pintu untuk kepergian Surya. Iya, Lena mulai merasa ada sebuah keganjalan dan ada rahasia dalam diri dan pikiran Surya. Lena hanya perlu sabar tanpa terlihat ia sedang curiga, dia perlu membuktikan kejanggalan yang ada di pikiran dan hatinya.

Setelah Lena memastikan suaminya pergi dan mobil tanpa supir pribadinya, sesegera mungkin ia meraih ponselnya yang tergeletak di sebelahnya. Dengan pasti Lena memanggil Ferit.

"Ferit, ayo angkat!!!" panggilan pertama tak terjawab. Lena panik dan gelisah terjadi sesuatu dengan anak laki-lakinya maupun kekasih Ferit yang belum Lena kenali.

Lena kembali menekan nomor Ferit untuk panggilan yang ke dua kalinya. Merasa tidak nyaman, Lena bangkit dari duduknya dan mendekati jendela kaca yang terbentuk lebar seperti layar tancap. Ia mondar mandir mirip strika dengan ponsel yang tertempel di telinganya berharap Ferit menjawab panggilannya.

Tak berlangsung lama panggilan tersebut terjawab. Rasa cemas sedikit lenyap ketika ia mendengar suara anak laki-lakinya.

"Ferit, gimana kabarmu nak? ibu kangen sama kamu." tanpa salam tanpa sapaan Lena to the point karna kecemasannya.

Sejenak Lena diam bak batu di sungai, mendengar apa yang dikatakan Ferit. "Ibu sehat nak, ibu tunggu kamu pulang ya... ibu nggak bisa lama-lama ditinggal kamu sayang."

Lena tetap mendengarkan anaknya. Keinginannya untuk bertanya seorang gadis bersamanya lenyap seketika. Dia tak ingin anaknya membenci ayah kandungnya sendiri meskipun selalu saja ayahnya melakukan seribu macam cara jika tidak sesuai kehendaknya.

"Pulang ya nak..." Lena mengakhiri percakapannya. Dia selalu merasa kesepian tidak adanya Ferit di depan matanya. Sedangkan suaminya sangat sibuk dengan pekerjaannya. Terkadang di hari minggu Lena ditinggalkan sendiri di rumah, Surya pergi hanya untuk bermain golf bersama teman-temanya.