Danish keluar dari kamar mandi rambut basahnya dia usap pakai handuk sambil melihat Marsha sedang menekan-nekan pelan rahangnya yang kebas karena ulah Naraya.
"Kau kenapa?" tanya Danish menghampiri Marsha ke meja rias.
"Aku tidak apa-apa hanya ingin saja seperti ini," jawab Marsha gugup.
"Yakin? Tapi kenapa wajahmu merah padahal tadi tidak?" Danish memperhatikan wajah Marsha lebih dalam.
"Danish sebentar ya aku ambil pakaianmu," ucap Marsha sebagai alasannya menghindari kecurigaan Danish kepadanya.
"Aku hanya pakai celana saja lagian malam ini kita harus melakukan ritual lagi." Wajah Marsha merona memerah mendengar perkataan Danish.
"Ritual? Aduh kenapa wajahku jadi panas?" gumam Marsha dalam hati.
Danish merebahkan tubuhnya ke sofa panjang dalam keadaan polos sambil melihat laporan sekretaris Tevan malam ini. Namun kedua bola matanya terbuka lebar membaca isi pesan tangan kanannya itu.
"Naraya siapanya Marsha?" gumam Danish pelan.
"Danish ini celanamu," ucap Marsha halus.
