Danish menyapu tubuh Marsha terbaring di kursi santai kolam renang dalam keadaan belum sadar. Kedua bola Danish sama sekali tidak berkedip menatap dua gunung kembar yang nyaris jatuh ke lantai karena benang nilon yang dikenakan Marsha sudah putus ketika berada di kolam.
"Ukuran yang lumayan untuk wanita pendek seperti dia," ucap Danish terkekeh geli. Pria matang seperti dia bisa mengagumi Marsha yang bukan tipenya sadar menertawainya dirinya sendiri, Danish kembali semua bahwa dia tidak akan pernah mau kagum terlebih dahulu sebelum Marsha benar-benar jatuh ke dalam pelukannya.
Matahari semakin meninggi hingga cahaya mulai mengenai tubuh Marsha karena hawa semakin panas ia mulai mengerjapkan kedua bola matanya dan menyesuaikan penglihatannya. Hal pertama Marsha lihat adalah wajah tampan Danish dengan rambut yang basah apalagi sinar matahari menambah Ketampanannya.
"Tampan sekali," ucap Marsha tanpa sadar.
"Ia aku tampan makaya wanita sepertimu mau menikah denganku. Oh tidak lebih tepatnya kau adalah mantan calon kakek-kakek dari desamu." Wajah Marsha cemberut mendengar perkataan Danish arogan.
Perlahan kesadarannya berangsur mulai pulih Marsha semakin terkejut melihat Danish berdiri tepat di hadapannya sama dengannya hanya mengenakan pakaian renang ala Danish dan Nenek.
"Tu-tuan?! Handuk mana?" pekik Marsha melihat kiri dan kanan namun yang ia cari sama sekali tidak ada.
"Kau cari apa, handuk?" tanya Danish tersenyum penuh seringai.
"Ia Tuan," jawabnya singkat.
"Itu ada di sana!" tunjuk Danish jauh dari tempat mereka saat ini.
"Tapi Tuan saya-" Danish langsung duduk sebelah Marsha dan memotong ucapannya dengan cepat.
"Jika duduk akan terlihat?" tanya Danish sedikit menggoda.
"Tuan mau apa?" panik Marsha karena secara tidak sengaja menangkap sorot mata Danish mengarah benda kacamata miliknya yang hanya menempel tanpa ada tali menahan.
"Memangnya apa?" tanya Danish refleks tangannya menyentuh kaki jenjang Marsha lalu dia usap halus. Marsha langsung menarik kakinya karena merasa geli sentuhan yang diberikan Danish.
"Hentikan Tuan geli," lirih Marsha sambil menunduk.
"Apanya? Aku tidak ngapa-ngapain?" elak Danish.
"Tapi tadi tangannya tadi jalan-jalan," batin Marsha dalam hati.
Danish merasa mulai bosan di kolam tanpa melakukan sesuatu yang menyenangkan. Bahkan, Marsha yang sudah menjadi istrinya sulit sekali disentuh ujung-ujungnya pingsan.
"Kau akan terus di situ berjemur sampai kulitmu gosong?" tanya Danish sembari memicingkan matanya.
"Ia di sini hangat Tuan aku menyukainya," jawab Marsha tersenyum kecil namun dalam hati penampilannya saat ini sungguh memalukan.
"Tapi suhu panas yakin tetap di sini?" tanya Danish lagi memastikan Marsha baik-baik aja.
"Yakin Tuan," jawabnya cepat.
"Tetaplah jadi buaya betina sampai kau kering karena terlalu lama berjemur." Setelah mengatakan itu Danish menuju tempat kursi santainya tidak jauh dari Marsha lalu mengambil handuk.
"Dia pria aneh. Apa tadi katanya, buaya betina? Sejak kapan aku jadi buaya? Dia cocok jadi buaya jantan," dengus Marsha. Rasanya ia ingin sekali kabur dan memilih hilang untuk selamanya.
Danish kembali terlihat tubuh atletisnya berotot dan pinggang sudah tertutupi oleh handuk. Ketampanan Danish semakin memancarkan cahaya karena perut kotak-kotak yang bersih tanpa noda tidak ada menempel di sana.
"Kau masih di sini? Aku pikir sudah masuk ke dalam?" goda Danish.
"Nanti Tuan," jawab Marsha gugup. Kedua bola matanya sudah tidak suci lagi karena otot tubuh Danish berbentuk.
"Kalau suka sentuh aja jangan di pendam nanti ngiler," ucap Danish percaya diri karena tidak sengaja menangkap tatapan mata Marsha memperhatikan otot tubuhnya.
"Lain kali aja Tuan, saya masih mau berjemur," tolak Marsha halus.
"Wanita ini kuat juga imannya tapi jika seperti ini kapan bisa bermain api dengannya?" kesal Danish sedari tadi Marsha menolaknya. Banyaknya wanita di luar sana menginginkan dirinya namun Marsha adalah wanita pertama tidak suka dengannya.
"Kenapa pria aneh ini tiba-tiba diam?" batin Marsha dalam hati.
"Ayo kembali masuk ke dalam Nenek pasti sudah menunggu!" seru Danish.
"Tapi Tuan saya saat ini tidak." Marsha tidak melanjutkan ucapannya karena tangan Danish jalan-jalan ke gunung kembar miliknya dan membuang benda kacamata itu ke kolam. Sontak Marsha panik bukan kepalang dan langsung berteriak kencang hingga suaranya memenuhi kolam.
"Tuan Muda gatal?!" teriak Marsha langsung kabur dari sana tanpa memperdulikan Danish memanggil sambil tertawa terbahak-bahak karena berhasil menggodanya.
"Makanya jadi wanita jangan jual mahal," ucap Danish sambil tertawa melihat Marsha lari bagaikan maling karena mengendap-ngendap. Padahal pengaman di kolam Danish sudah sterilkan karena dia tidak mau para bodyguard pria melihat lekuk tubuh Marsha.
Sementara itu Marsha sudah terlihat rapi dan pakaian renang yang diberikan Danish ia simpan lalu dibungkus dalam plastik. Pintu kamar terbuka Danish menatap Marsha gugup melihat kedatangannya sudah terlihat rapi.
"Kapan kau pesan kentang goreng ini?" tanya Danish heran karena belum pernah ada yang tahu kentang goreng adalah menu favoritnya. Jika ada yang tahu wibawa atas dirinya akan jatuh di hadapan para klien.
"Pelayan tadi yang menyiapkan Tuan," jawab Marsha pelan.
"Aku pikir kau." Danish langsung duduk begitu aja tanpa peduli raut wajah Marsha terlihat cemberut.
Danish diam-diam curi pandang namun Marsha yang biasa aja tanpa peduli dan sibuk menyiapkan makanan di hadapan sang big bos. Wajah Marsha terlihat cemberut sebagai pria matang Danish tidak menyukainya.
"Wajahmu?" ucap Danish pelan.
"Jelek Tuan," balas Masha menundukkan wajahnya.
"Ia ternyata kau menyadari juga." Marsha tidak mau lagi melanjutkannya karena ia tetap akan menjadi bulan-bulanan sampai pria matang ini puas.
Danish semakin terlihat jengkel karena Marsha sama sekali tidak terpancing dengan omongannya rasa kekesalan itu semakin membuatnya tidak suka melihat diamnya Marsha.
"Besok kita akan honeymoon," usul Danish lagi.
"Baik Tuan." Danish tercengang mendengar jawaban Marsha sambil memperhatikan cara istri kecilnya itu mempersiapkan kentang goreng disajikan ke hadapannya.
"Aku tidak lapar, kau aja yang makan semuanya agar kau terlihat berisi." Danish langsung berdiri setelah mengatakan itu apa lagi saat ini dia sudah telat untuk bekerja.
"Tapi Tuan saya tidak bisa menghabiskan ini semuanya sendirian," seru Marsha.
"Astaga wanita ini sama sekali tidak peka. Aku kan hanya ingin isi perutnya biar gak nganggur," gelut Danish sambil geleng-geleng kepala.
Marsha menyadari raut wajah Danish berubah total beda ketika mereka dua di kolam. Untuk mengindari masalah selanjutnya, Marsha lebih memilih menunduk takut melihat tatapan Danish terlihat seperti menginginkan dirinya.
"Kau?!" panggil Danish dengan nada yang terdengar tercekat.
"Ya Tuan?" tanya Marsha merasa tidak enak.
"Persiapkan dirimu nanti malam kita akan mengadakan honeymoon dadakan. Dengar aku katakan ini karena atas perintah Nenek, sebagai warga yang baik dan taat maka aku putuskan kita laksanakan nanti malam.
"Apa?! Kenapa tiba-tiba Tuan?" pekik Marsha.
"Karena Nenek tidak mau cucunya karatan." Marsha telan ludah mendengar ucapan Danish yang tidak pernah masuk akalnya.