Malam itu Marsha lebih banyak menghabiskan waktu bersama dengan Danish sambil bercengkrama mengenai kehamilannya semakin lama semakin terlihat. Danish terus mengusap dengan penuh kelembutan hingga membuat Marsha merasa nyaman.
''Suamiku kita belum pernah pergi ke dokter untuk memeriksa baby,'' ucap Marsha pelan.
''Dokter Kanaya saja kita suruh datang ke sini ya,'' jawab Danish.
''Tapi aku ingin sekali ke rumah sakit, biar hasilnya lebih memuaskan Danish,'' rengeknya.
''Apa bedanya di sini sama di rumah sakit? Tetap saja alat-alatnya nanti dibawa ke sini semua.'' Marsha membuka mulutnya lebar dia tidak bisa membayangkan semua alat rumah sakit ada di sini hanya untuk memeriksa dia.
''Canda Mu keterlaluan Danish,'' rutuk Marsha.
''Kau pikir aku bercanda? Sekretaris Tevan yang akan mengurus itu sayang jadi kau tidak perlu cemas,'' tambah Danish.