_______________________________April 2000
Tirta, Ayub, Alvin, dan Yusuf. adalah anak-anak kos yang baik. Mereka juga mudah berbaur dengan kami. VITAMIN dan keempat anak kos itu biasa menghabiskan kebersamaan di taman belakang rumah.
Seperti hari ini dr.Yusuf yang baru saja gajian mentraktir kami semua. Dokter Yusuf membeli 5 ekor ayam kampung. Kini daging ayam itu siap dibakar di tempat pembakaran yang sudah disiapkan Tasnim di samping taman belakang. Ini seperti pesta BBQ saja.
Sambil membakar ayam kami duduk mengelilingi api tersebut. Malam yang dingin jadi terasa hangat.
" Kalian mau kuliah dimana saat lulus nanti?" tanya dr.Yusuf kepada Tasnim dan Idris.
" Kata kakek kami akan kuliah di jakarta "jawab Tasnim.
"Jurusan apa?" tanya Ayub.
" Aku suka jurusan arsitek "jawab Tasnim.
" Aku suka jurusan kedokteran " kata Idris.
" Kuliah kedokteran sangat mahal, Idris. Tak adakah pilihan jurusan lain?" tanya Evy
Idris menggeleng.
" Idris bisa berjuang dapat beasiswa jika sulit dalam pembayaran. Yang penting Idris harus rajin belajar dan berdo'a" kata dr.Yusuf.
Ayam sudah selesai dibakar dan kami semua makan dengan lahapnya. Setelah makankami masih tetap berada di taman belakang. Banyak hal seru yangkami bahas terkait masa depan kami. Keempat anak kos itu memberi banyak nasehat baik kepada kami yang masih remaja.
" Di masa remaja seperti kalian aku menghabiskan waktu untuk belajar. Tak ada waktu untuk bermain -main atau berpacaran "kata Tirta
" Tasnim malah sudah punya pacar "kata Ilyas
" Kamu juga pacaran dengan Naira "kata Tasnim
" Pacaran boleh yang penting ada batasannya " kata Alvin "Aku dan Arina sudah lama pacaran sejak aku masih SMA juga "
Alvin kemudian menceritakan tentang kepribadian Arina yang menawan. Dan betapa Alvin sangat mencintai gadis itu.
" Setelah rumahku selesai dibangun aku pasti segera melamarnya." kata Alvin optimis.
" Kamu kami diundang di pestanya, kan ?" tanyaku .
Alvin mengangguk.
"Pesta tak akan dimulai kalau kalian tidak hadir."kata Alvin.
Malam semakin larut.Kami semua kemudian masuk ke dalam rumah.
Esok tiba begitu cepat.Minggu yang cerah menyapa kami semua.
Aku dan Evy sudah mengumpulkan semua cucian kotor milik kami,kakek,nenek,Tasnim,Idris,dan Ilyas.Kami mulai mencuci pakaian-pakaian kotor tersebut dengan cara manual karena di siang hari listrik tidak menyala.Di desa kami listrik menyala pada pukul 6 sore sampai 6 pagi.Mencuci dengan menggunakan mesin cuci kami lakukan hanya pada hari selain Minggu,itupun di waktu sesudah shalat Subuh sampai jam 5.45.Di hari Minggu lampu akan menyala juga pada pukul 11.00 siang sampai jam 3 sore.Namun di jam itu kami tidak menggunakan mesin cuci karena di jam itu kami menonton TV bersama di ruang tengah.
Waktu menonton TV yang diperbolehkan kakek untuk kami memang hanya di hari Minggu siang.Hal itu dilakukan agar kami fokus belajar di hari lain,selain itu dengan hanya menonton TV seminggu sekali sama artinya dengan menghemat listrik.
Idris,Ilyas,dan Tasnim sejak sesudah shalat Subuh tadi mengikuti kakek ke kebun.Kebun kakek berjarak 2 km dari rumah dan untuk kesana mereka semua berjalan kaki.Sedangkan nenek sudah selesai memasak dari jam 7 pagi tadi.Sekarang beliau sedang menjaga toko kakek.
Para anak kos kemana?
Alvin dan Ayub tentu saja ada di pasar berjualan.Tirta duduk santai di taman belakang sambil membaca buku.Dokter Yusuf seharian masih di dalam kamarnya,dia hanya keluar untuk sarapan.
Jam 10 pagi aku dan Evy sudah selesai mencuci pakaian.Kami menjemur cucian di jemuran yang ada di depan rumah.Kami melihat ada pembawa undangan yang datang ke rumah.Nenek mungkin tidak melihat mereka karena sedang melayani pembeli.Aku meninggalkan Evy sejenak dan melangkah mendekati para pembawa undangan.
Undangan itu untuk Alvin.Para pembawa undangan pergi.Aku masuk ke ruang tamu dan meletakkan undangan itu di atas meja.Setelah itu aku kembali membantu Evy menjemur cucian.
Setelah menjemur cucian,aku dan Evy beristirahat di ruang tengah sambil menunggu listrik menyala.Aku dan Evy masih penasaran dengan undangan tadi,aku kembali ke ruang tamu untuk mengambil undangan tersebut.Aku sudah berada kembali di ruang tengah dan duduk di samping Evy.Aku membuka amplop itu dan membaca isi surat undangan itu.
"Siapa yang menikah?"tanya Evy sambil ikut-ikutan membaca surat undangan itu.
"Arina."jawabku."Pasti Arinanya Alvin."
Aku dan Evy saling pandang.Haruskah undangan itu kami tunjukkan kepada Alvin?
Aku meletakkan kembali surat undangan itu ke dalam amplop itu kembali aku di meja yang ada di ruang tamu. Kami tak mau menyembunyikan surat itu karena kami rasa Alvin berhak untuk tahu semuanya.
Lampu menyala.
Aku dan Evy menonton TV tapi pikiran kami tertuju kepada surat undangan tadi.Kakek,Tasnim,Idris,dan Ilyas sudah tiba dari kebun.Tak lama kemudian setelah mandi tentunya Tasnim,Idris,dan Ilyas bergabung bersama kami untuk menonton TV.
Sambil menonton TV,kami ngemil jagung rebus yang dimasak nenek tadi pagi.Tasnim melihat ada yang janggal dari ekspresiku dan Evy.
"Apa ada hal penting yang terjadi?"tanya Tasnim kepadaku dan Evy.
"Kalian tak seceria biasanya"kata Ilyas.
Aku dan Evy saling pandang.Tasnim,Idris,dan Ilyas jadi semakin penasaran.
"Jangan ada rahasia diantara kita."kata Idris.
Kami kemudian menceritakan apa yang kami ketahui.Tasnim,Idris,dan Ilyas segera ke ruang tamu untuk mengambil amplop itu.Mereka bertiga membaca surat undangan itu di ruang tengah.
"Alvin bisa bersedih kalau melihat ini."kata Tasnim.
"Bakar saja undangan ini."kata Ilyas."Kalau Naira melakukan ini kepadaku,aku bisa gila."
"Alvin masih di pasar,kan?"tanya Idris.
Aku dan Evy mengangguk.
Idris segera merobek-robek surat undangan itu.Setelah itu dia membuang semua robekan itu ke tong sampah.
"Tega sekali Arina."kata Tasnim.
"Bersikap biasa saja saat Alvin datang."kata Ilyas.
Kami kembali menonton TV.Di TV sedang tayang drama yang kisahnya mirip dengan kisah Alvin.Aku dan Evy meneteskan airmata.Tasnim,Idris,dan Ilyas nampak menahan airmata mereka.
"Kenapa angin terlalu keras berhembus.Mataku jadi perih."kata Idris.
Padahal tak ada jendela yang dibuka.Sinar matahari hanya masuk melalui jendela kaca yang tertutup.Tak ada angin keras yang berhembus.
"Ganti chanel."kata Ilyas.
Tasnim yang memegang remote segera mengganti chanel.Sekarang yang sudah SMA itu menonton film kartun.Film kartun itu bagus,namun fokus kami sudah tidak pada film lagi.Daripada boros listrik,Tasnim memutuskan mematikan TV meskipun jadwal menonton kami masih lama.
Tasnim,Idris,dan Ilyas ke masjid lebih cepat dari biasanya.Aku dan Evy memutuskan untuk mengaji Al Qur'an di mushala untuk menunggu waktu shalat Lohor tiba.Adzan lohor kemudian berkumandang.Kami kenal suara itu,suara yang mengumandangkan adzan itu adalah suara Alvin.Alvin mengumandangkan adzan dengan suara yang begitu merdu,siapa yang mendengarnya pasti tertarik hatinya untuk melaksanakan shalat berjama'ah di masjid.
Kakek tentu ke masjid karena laki-laki memang diwajibkan shalat di masjid.Kami para wanita shalat berjama'ah di mushala rumah.Usai shalat aku berdo'a kepada allah agar Alvin diberi kekuatan dalam menghadapi semua ini.
Usai shalat Lohor berjama'ah di masjid,Alvin kembali ke pasar.Tasnim,Idris,dan Ilyas sempat berjabat tangan dengan Alvin dan bersikap biasa saja kepadanya seolah mereka tidak tahu tentang surat undangan itu.
Alvin sudah tiba di pasar.Dia kembali beraktivitas.Di desa Sukajaya dimulai jam 6.30 pagi sampai jam 1.30 siang.Pasar sore dimulai jam 4 sore sampai jam 6 petang.Jadi Alvin akan pulang ke rumah biasanya setelah shalat Isya berjama'ah di masjid.
Alvin menjaga jualan sambil menikmati makan siang yang ada di kotak bekalnya.Alvin memang terbiasa membawa kotak bekal untuk makan siang dan menghindari membeli jajanan di luar.
Ada selembar surat yang ada di atas meja tempat dia meletakkan makanan.Alvin sudah membaca surat itu dari tadi pagi.Surat dari siapa?
Surat itu dari Arina.
Untuk Alvin
Maafkan aku jika harus menyampaikan semua ini kepadamu.Maafkan aku.Maafkan aku.
Alvin,aku harus menikah dengan pemuda pilihan orang tuaku.Dia seorang polisi dan kedua orang tuaku begitu menyukainya.Orang tuaku mengatakan bahwa profesimu sebagai pedagang sama sekali tidak sepadan dengan profesi polisi.Alvin,aku sungguh tak mau menikah dengan orang ini.Aku hanya mencintaimu.
Tapi,Alvin menikah tidak butuh hanya cinta,banyak faktor lain yang harus dimiliki.Melalui surat ini izinkan aku memutuskan kisah cinta kita.Izinkan aku untuk melupakanmu.
Dari Arina.
Alvin sudah selesai makan.Surat itu kini terbang terbawa angin jatuh ke lantai.Bersamaan dengan itu Alvin kembali meneteskan airmatanya.Sudah tak terhitung lagi berapa banyak dia meneteskan airmata hari ini.Tisu yang dijualnya terpaksa dia pakai untuk menghapus airmatanya.Sudah 3 kotak tisu besar yang dia jual harus dikorbankan hari ini.
Banyak kenangan indah yang dilalui bersama Arina di masa lalu.Kenangan itu kini menari-nari di benak dan hatinya.Gadis yang begitu dicintainya ini rupanya tak berjodoh dengannya.
Arina.....
Arina.....
Arina.....
____________________________________Tahun 2020
Evy dan Tirta baru saja tiba di bandara.Mereka tidak langsung ke rumah mereka melainkan langsung ke alamat rumah Giana.Perjalanan dari bandara ke alamat rumah Giana lumayan jauh namun keduanya tetap menempuh perjalanan itu.
Evy dan Tirta baru saja merayakan anniversary pernikahan mereka yang ke 9 di Dubai.Pernikahan yang berusia 9 tahun itu telah memberikan mereka 3 orang anak yang baik dan pintar.Tiga anak itu bernama Ety,Virta,dan Edy.Saat merayakan anniversary ketiga anak itu tidak dibawa serta sehingga anniversary itu terasa seperti bulan madu bagi mereka berdua.
.............