Chereads / Luna dan Pangeran Serigala / Chapter 9 - Curahan Hati Luna

Chapter 9 - Curahan Hati Luna

Kegundahan hati Luna terus berlanjut hingga malam tiba, ia tak dapat menyembunyikan keresahannya. Matanya pun sulit untuk terpejam meskipun ia sudah berusaha memaksa untuk menutup kedua bola matanya, namun hal itu tetaplah sia-sia. Tepat pukul empat tiga dini hari, gadis cantik berambut panjang itu menghampiri sang ibu yang  terlihat sedang menyibukan diri didapur. 

"Ibu," sapa Luna. 

"Hai putri kesayangan Ibu sudah bangun," ucap sang ibu. 

Luna memeluk ibunya dari belakang, tak lupa ia mencium pipi wanita yang sudah melahirkannya sembilan belas tahun yang lalu. 

"Ibu, sungguh beberapa hari ini aku sulit memejamkan mata," bisik Luna. 

"Apa ada yang mengganggu pikiranmu sayang?" tanya sang Ibu. 

"Iya Ibu, ada sesuatu yang menggangguku," ucap Luna. 

"Apa soal perjodohanmu dengan Marck?" tebak sang Ibu. 

"Tentu Bu, bolehkan nanti aku berbicara dengan ayah dan Ibu mengenai Marck dan keluarganya?" tanya Alice. 

"Tentu sayang, nanti ibu akan mencoba merayu ayah kamu. Kembalilah tidur, ibu selalu ada di samping kamu," perintah ibunya. 

"Baiklah Bu, aku menyayangimu," bisik Luna mencium pipi ibunya. 

Gadis cantik berambut panjang itu pun mematuhi perintah sang Ibunda. Ia melangkahkan kaki nya menapaki anak tangga menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Sesampainya dikamar ia berusaha memejamkan mata indahnya. 

Tepat pukul enam pagi, sang ibu dan pembantu di rumah itu terlihat sibuk mempersiapkan hidangan untuk sarapan. 

"Pagi istriku," sapa Tuan Laurent. 

"Pagi suamiku, duduklah aku akan panggilkan putrimu untuk makan bersama kita," pinta sang istri. 

"Baiklah sayang. Tumben sekali anak itu masih tidur," tutur Tuan Laurent. 

Mendengar ucapan sang suami, Nyonya Debora pun menyinggung tentang keadaan yang dialami oleh Luna semalam tadi. 

"Maklum suamiku, semalam dia tak dapat tidur. Sepertinya pikirannya terganggu oleh perjodohan ini dan rencananya hari ini dia ingin berbicara sesuatu kepada kita," papar Nyonya Debora. 

Penjelasan dari sang istri itu sedikit membuat Tuan Laurent simpati terhadapa putri semata wayangnya. 

"Apa yang hendak Luna sampaikan kepada kita istriku?" tanya Tuan Laurent. 

"Entahlah, mungkin ia akan membahas tentang Marck. Aku mohon dengarkalah curahan hati Luna, aku sebenatnya tidak tega melihat anak semata wayang kulit bersikap demikian," ujar istrinya. 

"Baik istriku, aku juga apa yang aku rasakan sebenarnya juga sama sepertimu. Aku pun sedang berusaha untuk mencari jalan keluar, tapi keluarga besarku masih menentang," jelas Tuan Laurent. 

"Luna anak kita yah, tapi orang tuamu dan saudara-saudaramu yang terlalu mengatur kita. Kita seperti boneka dan keluarga besar kamu seperti dalangnya. Bukankah balas budi kita suda cukup untuk mereka," murka sang istri. 

"Sudahlah istriku, kita pikirkan pelan-pelan nanti. Sekarang pergilah ke kamar putrimu, ajak ia makan bersama kita," pinta sang suami. 

Ibunda Luna pun segera menghampiri sang putri yang masih terlelap di kamarnya. 

Tok tok tok, Nyonya Debora mencoba mengetuk pintu Luna, namun tak terdengar jawaban dari bibir anaknya. 

"Luna, sayang ayo kita sarapan," teriak sang ibu. 

"Luna," teriaknya lagi. 

Perasaan sang ibu mulai kacau, ia takut terjadi sesuatu dengan putri kesayangannya itu. Dengan tagar gemetar ia pun mendorong pintu kamar Luna, perasaannya mulai lega kala melihat putrinya masih pulas dalam tidurnya. 

"Luna, bangun nak. Ayah menunggumu di bawah," ucap sang ibu dengan menggoyangkan badan Luna. 

"Mata Luna masih sulit untuk di buka Bu. Kalian saja sarapan dulu, setelah ini Luna akan menyusul kalian," ucap Luna dengan keadaan setengah sadar. 

"Baiklah sayang, segeralah menyusul kami. Ayahmu sudah siap mendengarkan keluh kesahmu," tandas sang ibu. 

Ucapan ibunya itu seketika membuat mata lelah Luna terbuka lebar. 

"Baiklah ibu. setelah membersihkan wajah, Luna segera menghampiri ayah dan ibu di bawah," ucap Luna. 

Dengan senang hati Luna pun membersihkan wajah ayunya, ia segera menyusul kedua orang tuanya yang sudah menunggu dirinya di ruang makan. 

"Selamat pagi Ayah, pagi Ibu," sapa Luna. 

"Pagi sayang," sapa orang tuanya kembali. 

"Duduklah Nak, makanlah dahulu sebelum menyampaikan keluh kesahmu kepada kami," pinta sang ibu. 

Anak kesayangan nya pun duduk di tengah-tengah mereka dan ketiganya pun bersantap bersama. 

"Luna, makanlah yang banyak," pinta Tuan Laurent. 

"Baik Yah," jawab Luna. 

Selesai sarapan keduanya menuju ruang tengah untuk bercengkram dan mendengar keluh kesah Luna. 

"Apa yang hendak kau sampaikan Nak?" tanya sang ayah. 

"Ini semua mengenai Marck dan keluarganya Yah. Apakah kalian sudah tau tentang keluarga Marck?" tanya Luna. 

"Tentulah Nak, Marck pewaris kekayaan keluarga Haugert dan dia merupakan salah satu bangsawan di kota," jawab sang ayah. 

"Apa Ayah juga tahu kalau keluarga Marck kejam dan menganut Ilmu hitam?" tanya Luna lagi. 

"Apa? Ilmu hitam?" tanya sang ibu kaget. 

"Iya Bu Ilmu hitam, dan keluarga Marck juga mempunyai putri angkat yang gemar memandikan tubuhnya dengan darah rusa," tegas Luna. 

"Itu tidak mungkin Nak, setahu ayah keluarga Marck memang mempunyai Nenek Moyang dari Kesatria. Mungkin itulah yang masih mereka lestarikan," cetus sang ayah. 

"Ayah, Luna sudah mencari informasi tentang keluarga mereka. Keluarga mereka terkenal kejam dan menganut aliran hitam," tegas Luna

Hati Nyonya Debora semakin tak karuan, ia takut mental putrinya terganggu sehingga ia berhalusinasi tentang Marck. 

"Sayang apa kau baik-baik saja? Sejak kapan kamu berhalusinasi seperti ini Nak?" tekan Nyonya Debora meneteskan air mata. 

"Ibu, aku sedang tidak berhalusinasi. Aku meminta Alice pergi ke kota untuk mencari informasi tentang Marck." tegas Luna. "Apakah Ibu boleh bertanya langsung dengan Alice?" tanya ibunya. 

"Silahkan Ibu," jawab Luna. 

Curahan hati Luna terus berlanjut, keluh kesahnya ia tumpahkan di pagi ini. 

"Jika semua itu benar, akankah kalian tetap menikahkan aku dengan pria itu?" tanya Luna. 

"Luna semua tidak seperti yang engkau pikirkan. Perjodohan ini bukanlah ayah dan ibu yang mau, tapi keluarga besar kami da perjanjian kakek kamu dengan leluhur Marck yang membuat kami harus pasrah," jelas sang ayah. 

"Perjanjian macam apa ayah?" desak Luna. 

"Biarlah kakekmu nantinya yang akan menjelaskan, ayah dan ibu juga sedang mencari cara untuk menggagalkan pernikahan ini. Karena kami tahu perasaanmu, mungkin kami akan mengalami kesulitan untuk merealisasikan rencana kami. Tapi percayalah Nak, ayah dan Ibu selalu ada untuk kamu," tegas sang ayah. 

Mendengar penegasan dari sang ayah, Luna mulai menyadari jika orang tuanya benar-benar menyayangi nya dan tak mau ia menderita. 

"Terima kasih ayah, Luna mau izin untuk membersihkan diri. Ibu, kapan ibu ingin menemui Alice" ucap Luna. 

"Hari ini Nak, kamu bisa kan mengantar ibuk rumah temanmu itu?" ucap sang bunda. 

"Baik Bu, Luna mandi dulu. Ibu bersiaplah, setelah Luna selesai mandi kita segera menuju rumah Alice," ucap Luna. 

Ia pun segera meninggalkan ruang keluarga dan melangkahkan kaki menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.