Pagi ini kedua saudara kandung itu tampak sibuk mempersiapkan perjalan menuju ke rumah mereka. Adiknya terlihat sedang memasang sanggurdi dan pelana kuda di punggung Charlie. Sedangkan sang Kakak sibuk menata bekal untuk mereka dijalan. Cuaca cerah menemani perjalanan Alice dan Eryk menuju desa tempat mereka tinggal.
"Eryk,mari kita berangkat sekarang" ajak Alice.
"Baik Kak," sahut Eryk.
Keduanya pun menaiki punggung gagah Charlie.
Namun tatapan kosong masih tampak di mata sang adik, hal itu terlihat jelas saat Eryk hampir membawa Alice dan kudanya terjun ke sebuah jurang.
"Eryk awas!" jerit Alice.
Beruntung Alice dengan sigap mengambil alih tali kekang yang berada di genggaman tangan sang adik.
"Maaf Kak, pikiranku sedang terganggu," teriak Eryk.
"Apa yang kau lakukan Eryk, kamu hendak membawa kita mati bersamamu. Apa yang sedang kau pikirkan," celetuk Alice geram.
"Entahlah Kak, wajah Liora masih membayangiku," jawab Eryk.
"Liora? Siapa dia?" tanya Alice.
"Dialah sosok yang ingin aku ceritakan kemarin sore. Anak angkat keluarga Haugert yang gemar mandi dengan darah rusa," jawab Eryk.
"Baiklah, ceritakanlah sekarang," teriak Alice.
"Nanti saja Kak, kita fokus menunggangi Charlie dulu. Akan aku ceritakan ketika kita sampai rumah nanti," ucapnya.
"Baiklah," ucap Alice.
Tali kekang pun kembali Eryk raih, dan ia ingin kembali mengendalikan kuda kesayangan Luna itu.
"Mana tali kekangnya Kak, biar aku yang mengendalikan Charlie," pinta Eryk.
"Tidak Charlie, aku belum sepenuhnya percaya padamu. Sebaiknya kamu perbaiki dulu pikiranmu dan simpan wajah Liora untuk sementara waktu," ucap Alice.
Sang adik pun pasrah saat tak mendapatkan kepercayaan lagi dari sang Kakak untuk mengendalikan kuda gagah itu. Terpaksa ia menyerahkan tali kekang itu kepada Alice.
Sepuluh menit kemudian, tibalah mereka di hutan pinus yang mereka lewati ketika berangkat. Eryk memperhatikan hutan tersebut dan menikmati kesejukan udaranya.
"Kak, ini hutan pinus yang pernah di ceritakan wanita penjual roti di desa sebelah itu," ucap Eryk.
"Iya, dan kata wanita itu kita tidak boleh berhenti atau singgah disini kan?" sahut Alice.
"Tapi sepertinya hutan ini tidak ada tanda-tanda keanehan Kak," ucap Eryk.
Kakaknya itu tak mengindahkan celetohan Sang adik, ia tetap fokus menarik tali kelana Charlie.
"Eryk, tidakkah kau lapar? Jika lapar makanlah bekal di tasku," ucap sang Kakak.
"Nanti saja sekalian singgah di desa sebrang Kak," ucap Eryk.
Tibalah mereka di desa sebrang yang Eryk maksud.
"Apakah kau hendak beristirahat disini adikku?" tanya Alice.
"Bagaimana kalau kita singgah di tempat wanita penjual roti dan susu itu lagi Kak," saran Eryk.
"Tapi kita sudah membawa banyak makanan Eryk," sahut Alice.
"Kita pesan saja dua cangkir susu hangat Kak, ada yang ingin aku tanyakan kepada wanita penjual roti itu," ucap Eryk.
"Baiklah, apa yang hendak kau tanyakan," ucap Alice.
"Aku ingin menanyakan tentang hutan pinus yang kita lewati tadi," jawab Eryk.
Keduanya pun berjalan bersama Charlie menuju kedai milik wanita yang di maksud oleh Eryk.
"Selamat pagi Nyonya, bisakah kami memesan dua cangkir susu hangat," ucap Alice.
"Tentu saja Nona, silahkan duduk," ucap wanita itu.
Kakak beradik itu duduk di teras depan, mereka ditempat yang sama ketika mereka datang pertama kali di kedai ini.
Tujuh menit kemudian wanita itu datang dengan membawakan dua cangkir susu hangat untuk mereka.
"Silahkan," ucap wanita itu, memandang ke arah Alice dan Eryk.
Bukankah kalian yang tempo hari datang kesini, dan hendak menuju kota? Apa kali ini kalian hendak menuju rumah? Bagaimana perjalanan kalian?" cecar wanita itu.
"Perkenalkan saya Eryk dan ini Kakak saya Alice. Benar Nyonya, perjalanan kamiblancar dan sekarang kami hendak pulang menuju desa," ucap Eryk.
"Syukurlah, perkenalkan saya Mary," ucap Mary.
"Nyonya Mary, engkau pernah melarang kami singgah di hutan pinus yang letaknya tak jauh dari desa ini. Kalau boleh tau kenapa?" tanya Eryk.
"Oh itu, disana ada sesosok Siluman Serigala dan sering muncul saat bulan purnama datang," jawab Mary.
"Apakah ia sosok yang membahayakan menurutmu?" tanya Eryk.
"Entahlah, ini hanya sebuah cerita yang aku sendiri tidak tahu kebenarannya," ucap Mary.
"Lalu bagaimana anda bisa tahu adanya Siluman Serigala di hutan itu?" tanya Alice.
Mary pun menceritakan sebuah kejadian di masa lalu.
"Beberapa tahun lalu, ada sekelompok orang dari kota datang berburu di hutan tersebut. Ketika mereka hendak mendapatkan hewan buruan, munculah siluman Serigala menyerang mereka. Diantara yang selamat berlari menuju desa ini, sedangkan yang lain tidak di temukan sampai saat ini," papar Mary.
Mendengar cerita dari Mary tentang Siluman serigala Alice sedikit ragu, ia pun kembali bertanya tentang sosok itu.
"Nyonya Mary, apakah sang pemburu itu juga bercerita mengenai ciri-ciri Siluman itu?" tanya Alice.
"Iya Nona, ia berbentuk seperti Serigala pada umumnya namun wujudnya dapat berubah rupa setengah badan manusia dan setengah lagi berwujud serigala," jelas Mary.
Alice membayangkan keburukan rupa Siluman serigala itu.
"Alice, minum susumu dan nikmati makananmu. Beri kesempatan Nyonya Mary untuk kembali bekerja," sela Eryk.
"Terima kasih untuk informasi nya Nyonya," ucap Alice.
Wanita itu pun kembali memasuki kedainya.
"Eryk, kenapa kau menyela obrolanku dengan wanita itu," protes Alice.
"Kita sudah mendapatkan informasi yang kita dapat, penjelasan Nyonya Mary sudah cukup mewakili rasa penasaranku," jawab Eryk.
"Tapi aku hendak menanyakan asal usul Siluman Serigala itu," ucap Alice.
"Nyonya Mary saja tidak pernah berjumpa dengannya, pastilah dia tidak tahu asal usul Siluman itu. Habiskan segera makananmu dan mari melanjutkan perjalan," tegas sang adik.
Selesai bersantap keduanya pun berpamitan kedai dan menghampiri pemilik kedai untuk membayar pesanan mereka.
"Nyonya, berapa yang harus kami bayar?" tanya Alice
"Berikan dua koin saja untukku," jawab Nyonya Mary.
"Ini Nyonya, Terima kasih. Kami pamit untuk melanjutkan perjalanan," ucap Alice.
"Hati-hati di jalan Nona," ucap Nyonya Mary.
Alice dan sang adik segera menaiki pelana di punggung Charlie.
"Kak, izinkan aku yang mengendalikan Charlie," pinta Eryk.
"Baiklah," ucap Alice, ia pun memberikan tali kekang yang ia genggam kepada adiknya.
Keduanya pun mulai melakukan perjalanan menuju desa. Beberapa jam kemudian mereka tiba di desa mereka dengan selamat. Kedua orang tuanya tampak bahagia dengan kedatangan putra putrinya.
"Kalian sudah pulang? Bagaimana perjalanan kalian?" tanya sang Ibu.
"Menyenangkan sekali Bu," jawab Eryk bahagia.
"Biarkan mereka beristirahat dulu untuk menghilangkan lelah," potong sang Ayah.
"Kami membawa oleh-oleh untuk kalian," kata Alice sambil memberikan oleh-oleh yang ia bawa dari kota.
"Terima kasih," ucap sang Ibu.
Setelah memberikan oleh-oleh yang mereka beli dari kota, keduanya pun memasuki kamar masing-masing untuk beristirahat.