Santoso hanya bisa menundukkan kepala mendengar penjelasan dari ibunya. Tadinya dia berfikir bahwa pasangan suami istri itu adalah orang yang jahat tetapi ternyata pikirannya salah. Pasangan suami istri itu adalah orang baik yang telah menolong ibunya.
Santoso yang terkenal dengan ketegasan dan juga wibawa yang dimilikinya akan takluk di tangan ibunya. Pria paruh baya itu tak akan bisa berbuat apa-apa di hadapan wanita tua yang telah melahirkannya ke dunia.
"Apalagi yang kamu tunggu?" ucap wanita tua tersebut. Pak santoso berjalan perlahan mendekati pasangan suami istri yang berdiri disebelah ranjang wanita tua yang sedang berbaring.
"Anak muda, saya minta maaf karena saya telah menuduh kalian. Terima kasih karena kalian telah membantu ibu saya. Tetapi apakah kalian bener-bener membantunya? Bukankah ibu saya sangat cerewet?" kata-kata terakhir terdengar sedikit berbisik. Bisikan yang membuat pasangan suami istri itu tertawa karena wanita tua yang terbaring di sana sudah memukuli tubuh putranya.
Hubungan antara pak santoso dan ibunya terlihat sangat dekat. Semua orang akan cemburu melihat semua itu. Hubungan dan kedekatan mereka terlihat begitu jelas di pandangan mata. Santoso memegangi tubuhnya yang terkena pukulan ibunya. Mereka pun tertawa bersama.
***
"Jadi, kalian dari perusahaan Raveena?" santoso bertanya. Wanita tua itu sudah keluar dari rumah sakit. Santoso sudah membawanya pulang. Mereka kembali ke hotel Angkasa di mana mereka menginap sebelumnya. Saat ini mereka sedang duduk bersama di sebuah restoran karena nenek Andini sengaja mengajak pasangan suami istri itu untuk ikut bersama dengan dirinya.
"Ya, Pak. Kebetulan yang sangat mengejutkan," ucap Fahri.
"Pak, bolehkah saya bertanya alasan bapak membatalkan kontrak dengan perusahaan kami?" Fahri menjadikan kesempatan itu untuk bertanya kepada pak Santoso. Mendengar kata-kata itu wajah nenek Andini tiba-tiba berubah. Tatapan yang sangat tajam menatap putranya tercinta.
"Hahaha, maaf karena membatalkan kontrak secara sepihak. Tetapi saya berjanji akan melanjutkan nya," ucap pak Santoso. Ucapan itu mengubah raut wajah nenek Andini. Wanita tua itu menunjukkan senyumannya. Santoso melirik wajah ibunya dan kemudian dia pun tersenyum getir. Terlihat sangat jelas bahwa pria itu terpaksa mengikuti keinginan ibunya karena itulah dia kembali menyetujui kontrak yang sudah dibatalkan nya.
"Apakah kalian membawa kontrak baru?" nenek Andini bertanya kepada Fahri dan juga Zoya.
"Ya, tentu saja!" wanita itu segera mengeluarkan beberapa berkas yang memang sudah dipersiapkan. Dia menyerahkan nya kepada pak Santoso. Meski dengan berat hati pria paruh baya itu mengambil berkas tersebut kemudian menandatanganinya. Setelah itu dia hanya bisa tertawa getir karena keegoisan ya sudah dikalahkan oleh ibunya.
"Terimakasih banyak Pak! Terima kasih banyak Nek! Kami minta maaf karena telah mengganggu waktu Anda. Sungguh sangat senang bisa berkenalan dengan nenek yang baik hati dan juga ramah," ucap Zoya mencoba berpamitan kepada pak santoso dan juga ibunya.
"Apa? Baik hati dan juga ramah?" suara pak santoso terdengar mengejutkan. Dia tak percaya ibunya sudah berubah menjadi wanita baik hati dan juga ramah karena selama ini semua orang mengenal bahwa nenek Andini adalah wanita yang kejam dan juga cerewet. Sebenarnya semua itu benar, pertemuan pertama Zoya dengan wanita tua itu sudah mendeskripsikan bahwa wanita tua tersebut adalah wanita yang cerewet dan keras kepala tetapi setelah mengenalnya mereka menyadari bahwa di balik sifat cerewet yang dimilikinya wanita itu memiliki hati yang baik dan juga ramah hanya saja penyampaian kebaikan hatinya tidak seperti kebanyakan orang pada umumnya.
"Kenapa? Apa kamu tidak percaya jika ibumu ini orang yang baik hati?" wanita tua itu kembali mengomel. Pertengkaran antara ibu dan anak kembali terjadi namun pertengkaran itu hanyalah sebuah aplikasi dari kebahagiaan yang tersimpan di dalam hati mereka masing-masing. Zoya dan Fahri hanya bisa tersenyum melihat kemesraan antara ibu dan anak itu.
"Pak, saya berkata jujur. Nenek Andini adalah wanita yang baik hati dan juga ramah. Saya tidak meng ada ada apa lagi untuk mencari muka. Saya sudah terlanjur punya muka yang cantik karena itu saya tak pandai ya mencari muka di hadapan orang lain," ucap Zoya mengundang tawa banyak orang. Orang-orang mulai tertawa karena bahagia. Akhirnya pertemuan itu ditutup dan pasangan suami istri meninggalkan restoran dan hotel dengan perasaan bahagia.
***
"Apakah anda berhasil tuan muda?" pertanyaan tak percaya dilontarkan oleh Alex kepada Fahri. Alex sangat mengenal sifat dan karakter yang dimiliki oleh Santoso. Dia tidak akan mudah menari kata-kata yang sudah keluar dari mulutnya. Jika ada orang yang mencoba mengubah keputusannya maka orang itu akan berada dalam bahaya. Karena itu sang asisten pribadi merasa heran melihat keberhasilan Fahri dan juga Zoya.
Pasangan suami istri itu hanya tersenyum sambil memamerkan kontrak yang sudah ditandatangani oleh pak Santoso. Kini kontrak itu lebih kuat daripada kontrak sebelumnya karena terdapat sebuah perjanjian bahwa salah satu pihak yang membatalkan kontrak akan terkena pinalti 10 kali lipat. Membayangkan nya saja orang akan takut apalagi menjalaninya. Dengan perjanjian kontrak yang demikian maka tidak akan ada orang yang berani mempermainkan kontrak dan membuat pihak lain merasa dirugikan.
***
Zoya sedang duduk di dalam ruangannya. Di dalam perusahaan itu dia bertindak sebagai wakil direktur utama sementara Fahri adalah direktur utama yang diangkat langsung oleh almarhum Bagus Surya Raveena.
Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu ruangan Zoya. Wanita itu mempersilahkan orang tersebut untuk masuk ke dalam ruangannya.
"Nona, ada seseorang yang ingin bertemu dengan ibu!" ternyata yang datang adalah Florida. Dia memberikan kabar bahwa ada seseorang yang ingin bertemu dengan Zoya. Wanita itu mengerutkan kening karena dia merasa bahwa dirinya tidak memiliki janji dengan siapapun. Dia semakin penasaran dengan tamu yang datang secara tak terduga.
"Siapa?; ada keperluan apa dia bertemu denganku?" tanya Zoya.
"Seorang wanita cantik dengan nama Jessica," ucap Florida.
"Jesica?" Zoya tidak percaya. Jessica adalah sahabatnya sejak kecil. Selama ini dia mengetahui bahwa sahabatnya tersebut tinggal di Amerika. Kapankah wanita itu kembali dan mengapa dia tidak menghubungi Zoya. Berbagai pertanyaan pun muncul di dalam hatinya.
"Ya, Nona,"
"Persilakan dia masuk!" perintah Zoya.
Zoya masih penasaran dengan kehadiran Jessica secara tiba-tiba di kantornya. Mengapa wanita itu justru datang ke kantor? Bukankah seharusnya dia datang ke rumah saja? Pertanyaan-pertanyaan itu muncul bergantian di dalam pikirannya tetapi rasa rindu yang ada di dalam hatinya jauh lebih besar daripada rasa penasaran yang saat ini menguasai hatinya tersebut.
Tidak berapa lama pintu kembali diketuk, kali ini wanita itu tidak mempersilahkan seseorang yang berada di balik pintu untuk masuk. Melainkan dia sendiri yang datang mendekati pintu dan membukakan pintu untuk tamu istimewa yang hadir ingin menemui dirinya.