Bernard mengangkat wajah dan menatap kekasihnya. Sandiwara baru di pertunjukan di hadapan Zoya yang lugu dan polos. Zoya adalah seorang wanita yang naif yang mudah percaya dengan kata-kata orang lain. Sontak wanita itu memeluk kekasihnya. Zoya tak mampu melihat pria yang dia cintai berada dalam masalah apa lagi dalam kesedihan. Ditambah semua rasa rindu yang ada di dalam hatinya, membuat suasana menjadi sangat mengharukan.
"Ada apa sayang?" tanya wanita itu. Dia menyentuh wajah kekasihnya dengan penuh kasih sayang.
"Sayang, aku sedang dalam masalah besar," ucapnya penuh sandiwara tetapi Zoya tidak menyadari sandiwara yang sedang dibuat oleh Bernard.
"Ada apa? Katakan semua kepadaku. Aku pasti akan membantumu," jawab Zoya dengan sepenuh hati nya.
"Sayang, aku terlibat masalah besar. Teman-temanku telah menjebak aku. Mereka membuat perusahaan investasi illegal. Aku tidak menyadari ternyata perusahaan itu tidak terdaftar sekarang perusahaan itu sudah menjadi pantauan pada polisi dan juga kejaksaan sementara aku satu-satunya terdakwa karena hanya aku yang menandatangani surat surat daripada nasabah." Bernard sedang mengarang sebuah cerita. Semua itu dilakukannya untuk bisa menarik perhatian dari kekasihnya yaitu Zoya. Untuk mengurus isi dompet wanita itu pria jahat tersebut mereka yang se sebuah cerita. Dia sangat mengenal Zoya, wanita itu tidak akan pernah membiarkan dirinya dalam masalah.
"Apa?" Zoya terkejut mendengar penuturan dari Bernard. Tetapi dia tak sedikitpun mencurigai pria itu. Pia percaya bahwa Bernard mengatakan yang sebenarnya kepada dirinya.
"Itulah yang terjadi sayang, jika aku tidak membayar ganti rugi semua nasabah maka mereka akan memasukkan aku ke dalam penjara. Sementara teman-temanku sudah membawa semua uang yang kami dapatkan bersama," lanjutnya.
Zoya sangat prihatin dengan masalah yang dihadapi oleh kekasihnya. Dia kembali mendekati pria itu dan memberikan pelukan kepadanya. Zoya berusaha menenangkan hati Bernard. Persis seperti apa yang dipikirkan oleh pria itu, bahwa Zoya tidak akan pernah mampu melihat dirinya terluka.
"Sayang, berapa banyak uang yang kamu butuhkan untuk membayar ganti rugi itu?" tanya wanita itu selanjutnya. Bernard yang masih menundukkan kepala menyembunyikan senyuman kemenangannya. Tidak sia-sia semua drama yang dia buat dengan sepenuh hati karena drama itu telah menggugah perasaan hati kekasihnya.
"Sayang, aku tak ingin lagi merepotkan kamu. Kamu selalu saja membantu diriku saat aku membutuhkan. Itulah alasan mengapa aku tidak menyalahkan ponsel aku dan aku tidak menerima panggilan darimu karena aku tidak ingin membuat kamu menjadi terbebani." kata-kata itu adalah tipuan semata. Kata-kata itu adalah bahasa bibir agar semakin meyakinkan Zoya bahwa hatinya tulus namun ternyata semua itu hanyalah kebohongan.
"Tidak, sayang. Kamu tidak boleh berkata seperti itu. Bukankah aku adalah kekasihmu. Tidak lama lagi kita akan menikah. Setelah pernikahan maka tidak akan ada lagi uangmu ataupun uangku yang ada hanyalah uang kita bersama," jawab Zoya. Bernard mengangkat wajahnya, menunjukkan kesedihan dan ucapan terima kasih palsu kepada kekasihnya. Meski Zoya tidak mengetahui sesuatu yang ada di dalam hati pria tersebut.
"Sayang, saat ini uang yang aku butuhkan sangat besar. Karena itulah aku tak mau melibatkan mau lagi dalam masalahku." kata-kata Bernard begitu manis untuk didengar. Kata-kata itu menyenangkan hati setiap orang yang mendengarkannya. Kata-kata itu begitu menyegarkan. Tetapi hanya Bernard yang mengetahui bahwa semua kata-kata itu hanyalah tipu daya.
"Berapa, Sayang?" wanita itu terus mendesak agar Bernard memberi tahu dirinya tentang jumlah uang yang dibutuhkan oleh kekasihnya. Bernard menundukkan kepala seolah-olah dia berat menyampaikan kata-kata tersebut.
"Sepuluh triliun!" ucap Bernard pelan. Tetapi suara itu cukup jelas terdengar di telinga Zoya. Wanita itu juga terkejut mendengar jumlah uang yang tidak sedikit yang dikatakan oleh kekasihnya.
"Apa? Sepuluh triliun?" wanita itu masih tidak percaya dengan jumlah uang yang dia dengar. Tabungannya yang ada di bank tidak sebanyak itu. Meski di perusahaannya uang 10 triliun adalah jumlah yang sangat kecil tetapi saat ini Zoya tidak memiliki akses untuk bisa mengambil uang tersebut karena semuanya berada di bawah kekuasaan Fahri. Karena itulah wanita tersebut merasa bingung bagaimana cara membantu kekasihnya.
"Kenapa sayang?" tanya Bernard saat melihat raut wajah Zoya yang berubah. Pria itu tidak mau gagal mendapatkan uang seperti yang dia inginkan. Karena Bernard mengetahui dengan jelas bahwa kekayaan yang dimiliki oleh wanita itu jauh lebih besar dari nilai uang yang dia minta pada saat ini. Seluruh kekayaan yang dimiliki Zoya tak ada bandingan nya. 10 triliun hanyalah seujung kuku jika dibandingkan dengan seluruh harta yang ditinggalkan oleh ayah Zoya. Tetapi Bernard merasa heran saat melihat keraguan di mata wanita itu. Hatinya bertanya-tanya mengapa saat ini Zoya merasa ragu untuk membantunya.
"Sayang, perusahaan sekarang ada di tangan Fahri. Aku tidak bisa mengambil uang perusahaan sesukaku. Semua kekuasaan perusahaan ada di tangan Fahri. Sementara tabungan ku sudah menipis. Aku tidak memiliki uang sebanyak itu. Apa yang harus aku lakukan, Bernard?" tanyanya kepada Bernard.
Pemuda itu terdiam sesaat karena tak percaya, dia tidak percaya jika semua kekuasaan perusahaan telah berpindah tangan kepada orang lain yaitu suami dari Zoya. Tadinya pria itu berfikir bahwa perusahaan itu berada di tangan Zoya. Dia hanya berfikir bahwa pernikahan itu adalah syarat agar Zoya bisa menguasai perusahaan. Tetapi ternyata apa yang dia pikirkan salah. Karena sesungguhnya perusahaan itu sudah dialihkan kepada Fahri sebagai pimpinan perusahaan. Persetujuan dan tanda tangan Fahri sangat dibutuhkan untuk mencairkan dana dari perusahaan tersebut.
"Apa katamu?" tanya Bernard.
"Ya, Bernard. Seperti itulah wasiat yang ditinggalkan oleh papa untukku. Aku bahkan tidak bisa menggunakan uangku sendiri. Semua harus melalui persetujuan Fahri. Pria miskin yang kini tinggal di rumahku." wanita itu benar-benar kesal apalagi saat mengingat kemiskinan keluarga Fahri yang hanya tinggal di gubuk tua tak layak huni. Dia sama sekali merasa tak layak berdampingan dengan pria miskin seperti Fahri.
"Sayang, kamu harus bisa menaklukkan pria itu. Bukankah semua ini adalah harta kamu. Seharusnya kamu yang berkuasa. Bukan pria rendah seperti dia. Seharusnya kamu yang memiliki semuanya. Bukan pria miskin seperti dia. Kamu tidak bisa membiarkan pria itu mengambil segalanya dari kamu. Apakah kamu tidak takut jika dia akan merebut semua kekayaanmu?" pertanyaan dari Bernard menyadarkan Zoya. Selama ini dia tidak merasa khawatir dengan semua kekayaannya yang menghilang tetapi kekasihnya sudah membuka matanya. Zoya mulai mengkhawatirkan keadaan itu.
"Kamu benar, tolong bantu aku Bernard," ucapnya seraya memegang tangan Bernard. Pria itu tersenyum dan menatap wajah Zoya. Menyentuh wajah itu dengan lembut dan penuh kasih sayang.