Chereads / Populer Karena CEO Tersayang / Chapter 32 - Bertemu di Pavillion Bambu, Jam Sepuluh Pagi

Chapter 32 - Bertemu di Pavillion Bambu, Jam Sepuluh Pagi

Tang Yaoyao mengambil nomor telepon yang ditulis Fu Xiuchen. Tetapi bukannya dia pergi, Tang Yaoyao malah langsung maju dan datang ke Fu Xiuchen.

Dari saat Tang Yaoyao masuk ke dalam ruangan, dia ingin melemparkan dirinya ke dalam pelukannya. Saat ini, tidak ada keraguan sama sekali.

Tang Yaoyao langsung melompat ke pelukannya dan mengangkat kepalanya. Suaranya sangat lembut, "Kakak Chen, jangan lupa untuk mengangkat jika aku menelpon."

Jiang Ci, "...!!!"

Alis tampan Xiao Jinhan berkedut sedikit secara tidak sengaja. Akan tetapi dia kembali ke keadaan aslinya dalam sekejap.

Fu Xiuchen secara tidak sadar ingin mendorongnya menjauh. Akan tetapi sepertinya ada keajaiban yang tak terlukiskan tentangnya.

Darah yang mengalir di tulangnya terasa sangat indah, Tang Yaoyao benar-benar merasa air matanya akan mengalir keluar dari matanya.

Tang Yaoyao mengambil napas dalam-dalam. Kemudian dia merasakan aroma samar bambu hitam di tubuhnya sangat menyenangkan. Lalu, dia mengangkat matanya dan menatap wajah dingin kakaknya. Selain itu, dia mengangkat kepalanya lalu meninggalkan jejak bibir di wajahnya.

Jiang Ci merasa hatinya tidak tahan lagi.

"Kakak Chen, sampai jumpa lagi." Setelah berkata, Tang Yaoyao berdiri dan berlari keluar seolah-olah melarikan diri.

Saat melewati Xiao Jinhan, pria itu melihat wajahnya yang kemerahan seperti buah persik. Mata pria itu sedalam langit berbintang. Sedangkan, tangan yang menggosok cincin di jarinya yang terkesan ada sedikit kekuatan.

Jiang Ci juga melihatnya. Ini mungkin pertama kali dalam ingatannya bahwa Jiang Ci melihat wajah Tang Yaoyao yang memerah. Penampilan menawan itu sungguh tak terlupakan.

Fu Xiuchen membutuhkan waktu beberapa saat untuk bereaksi kembali. Lalu, dia mengambilnya napasnya dan mencium aroma bunga yang harum di tubuhnya.

Pada akhirnya, dia menatap Xiao Jinhan dan menjadi sedikit galak. "Tuan Xiao, apa kamu yakin tidak kenal dengannya?"

Tangan Xiao Jinhan yang menggosok jari-jarinya perlahan berhenti. Dia menatap Fu Xiuchen, terlihat ada kilatan emosi di matanya.

Bibir tipis Xiao Jinhan terbuka sedikit, Suaranya dingin, "Aku tidak kenal."

Jiang Ci, "..."

Tampaknya perasaan Tuan Xiao bagi Tang Yaoyao hanyalah ilusi.

Fu Xiuchen mengulurkan tangannya dan dengan lembut menggosok pipi yang telah dia cium. Perasaan yang tak terucapkan menyebar sehingga butuh beberapa saat untuk menggerakkan alisnya yang tampan. Dia merasa sedikit bingung karena Fu Xiuchen tidak menyukai sentuhan wanita aneh ini.

Jiang Ci melihat tindakan ini, jantungnya berdetak kencang. Apa Tuan Fu tertarik pada Tang Yaoyao? Kali ini, apa mungkin hanya ilusi lagi?

Fu Xiuchen tiba-tiba berkata, "Jiang Ci."

"Ya Tuan."

Fu Xiuchen berkata, "Pergi dan bawa gadis itu kembali padaku."

"Ah ..." Jiang Ci menatap Guru Keempat Xiao tanpa sadar. Akan tetapi, dia sepertinya tidak ingin mengurusnya.

Akhirnya, dia hanya bisa menganggukkan kepalanya, "Ya, baik Tuan." membuka pintu dan berlari keluar.

Tang Yaoyao berlari keluar. Begitu dia berjalan ke pintu, dia melihat Jiang Ci mengejarnya. Tang Yaoyao langsung membuka pintu tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Kemudian, dia masuk ke dalam mobil, dan berkedip, "Ayo cepat jalan, jangan sampai dikejar pria yang ada di belakang. "

Pei Jin merasa mati rasa. Apa yang wanita ini lakukan? Dia tidak berani bertanya dan hanya melakukan seperti yang diperintahkan. Pen Jin segera meninggalkan jangkauan pavilion bambu.

Tang Yaoyao mengeluarkan cermin kecil, mengoleskan kembali lipstik merah muda persik, dan mengerucutkan bibirnya dengan ringan. Dia memastikan bibirnya tidak terlalu menor.

"Aku sudah mencium kakakku. Bagus, bagus."

"Kakak Yao, kita akan pergi ke mana?"

"Bawa aku pulang." Setelah itu, dia mengatakan alamat rumahnya. Agar berhasil bertemu dan mengenali kerabatnya besok, dia perlu tidur nyenyak untuk menjaga semangatnya.

Bersandar di kursi, dia mengeluarkan ponselnya perlahan. Kemudian, dia menemukan nomor teleponnya. Akhirnya, dia mengetik satu baris dengan hati-hati.

"Kakak Chen, besok pagi jam sepuluh, sampai ketemu di Pavilion Bambu—Tang Yaoyao."

Setelah mengklik kirim, jantungnya berdetak lebih cepat.

"Kakak, apa kamu akan membalas pesanku?"