Freislor menelan ludahnya sendiri. Selang beberapa saat, ia memilih untuk meninggalkan teman-temannya. "Breckson, aku titipkan yang lainnya bersamamu. Aku harus pergi," ucap gadis itu dengan wajah gelisah.
"Freis, kamu mau ke mana?" tanya Breckson. Ia berusaha meraih tangan Freislor. Namun, semuanya terlambat. Freislor sudah berlari jauh ke sana, menyusul anak itu. Di satu sisi, Breckson akhirnya ikut mengejar. Namun, Mikhael mencegah sang kakak. "Kak, biarkan saja. Mungkin Kak Freislor tidak ingin mengobrol dengan dia. Jadi, dia memutuskan untuk pergi."
"Oh, kamu benar juga." Breckson mencoba untuk tetap berpikir positif. Di satu sisi, Freislor mengikuti arah anak itu berlari. Ia mengaktifkan sihirnya agar tidak terlihat oleh siapa pun. Selang beberapa saat, ketika dirinya berhasil meraih anak itu. Freislor melesat jauh ke atas dan mulai memainkan sihirnya.