Mon – 20/Jun (Pagi)
Akhirnya hari pertama memakai seragam SMA, rasanya seperti terlahir kembali. Tapi seragam ini cukup aneh, tidak seperti seragam SMA di Indonesia. Seragam ini lebih mirip seragam dari Jepang atau Korea dengan jas blazer di luar dan rok berlayer yang cukup pendek.
Aku penasaran siapa yang memberikan ide untuk menggunakan celana rok sependek ini? Dia pasti super-super mesum. Tapi ya, sekolah ini memang sekolah swasta, jadi mereka bebas membuat aturan asalkan tidak terlalu menyimpang dari aturan KEMENDIKBUD.
Seperti layaknya anak baru yang selesai melaksanakan MOS aku masuk kedalam ruang kelasku yang baru, yaitu kelas 10-D. Aku mengintip sejenak sepertinya tidak ada yang aneh dan ada beberapa orang yang satu kelompok denganku saat MOS kemarin, tapi aku tidak terlalu dekat dengan mereka jadi aku biarkan saja.
Setelah masuk ke dalam, aku mulai mencari mejaku karena di sekolah ini para murid hanya boleh menempati satu meja saja per-murid jadi aku harus mencari meja yang bertuliskan namaku sebelum jam pelajaran pertama dimulai.
Tak butuh waktu lama bagiku untuk menemukan meja yang kucari, setelah itu akupun mulai duduk disana tanpa memperdulikan sekitar.
Belum sempat aku menarik nafas, tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundakku beberapa kali. Saat kumenoleh, aku melihat ada seorang gadis imut dengan matanya yang besar sedang menatap sambil tersenyum padaku. Rambut pendek selehernya yang di cat pirang kemerahan makin mempertegas kesan imut gadis itu, ditambah dengan tubuhnya yang mungil membuat dia jadi lebih terlihat seperti anak kucing yang lucu.
Namun walaupun begitu aku tahu kalau gadis ini memiliki tubuh yang lebih berisi dibandingkanku. Maksudku, tubuhnya terlihat sangat feminim dengan lekukan yang tepat. Sungguh aku sedikit iri dengannya.
"Hallo, pa kabar?", tanyanya.
"Y-ya?" Bingung sekaligus canggung.
Jujur, rasanya sangat aneh tiba-tiba di sapa oleh gadis cantik seperti ini. Aku tidak tahu harus berkata apa.
"Heheh, maaf kalau ngagetin, aku cuman mau kenalan aja kok. Boleh 'kan?"
"Y-ya, namaku Sa-sarah. Sarah Amalia Pranaditha" Aku memberi tahu namaku dengan canggung.
"Jadi kamu Sarah yang itu-ya?!"
"Eh?"
"Kamu sarah yang datang dari luar kota itu 'kan?"
Pertanyaannya terdengar cukup datar untuk sesaat namun kemudian kembali berbicara dengan lebih ceria dari sebelumnya. Sepertinya aku cukup terkenal juga walaupun baru pertama kali masuk kesekolah ini.
"Namaku Cristine, salam kenal!"
Ternyata namanya Cristine.
Dia terlihat sedikit bersemangat.
"Oh iya, aku ingin nanya sesuatu ke kamu. Apa kamu suka kota ini?"
Kenapa dia tiba-tiba bertanya seperti itu?
"Hmm, aku nggak tahu aku suka atau enggak, tapi kota ini cukup menarik."
"Menarik?"
"Ya, bus di kota ini sangat besar dan sangat tepat waktu. Tapi nggak tahu kenapa kadang-kadang aku sering kesulitan mencari jalan karena penjelasan trayeknya agak memusingkan." Aku berkata cukup banyak.
"Ka-kamu kayaknya suka banget sama bus-ya?" Aku tidak bisa menampiknya. "Tapi kamu bener juga. Aku yah, walau sudah tinggal lama di sini masih saja tetap sering tersesat waktu naik bus. Aneh bukan?"
Dia mengangkat tangannya sampai sebatas bahu dan mengeluarkan pose 'entahlah' dengan wajahnya yang imut.
"Ngomong-ngomong, kamu naik bus apa ke sini?" Cristine kembali bertanya.
"Bus dengan nomor 21."
Mungkin... Aku tidak terlalu yakin apa itu yang dia maksud. Aku hanya mengatakan nomor di bus yang selalu aku lihat saat aku pulang dan pergi.
"Yaaah?! Kamu ternyata satu jalur denganku-ya!"
"..." aku hanya tersenyum melihat dia yang sedang mengeluarkan wajah terkejutnya yang sangat imut imut.
"Oh-yah! Kamu 'kan satu jalur denganku, gimana kalau pulang sekolah nanti kita pulang bareng? Aku juga bakalan ngajak kamu jalan-jalan dan nunjukin tempat yang asik buat nongkrong-yah!"
Dia bicara dengan nada yang penuh semangat. Sepertinya dia ingin mengajak anak introvert sepertiku untuk pergi main bersama. Aku tidak terlalu yakin dengan usulannya, soalnya kepribadian kami bebeda 180 derajat, aku takut dia akan merasa bosan denganku.
"Kamu ikut 'kan, Sarah?" Cristine tersenyum dengan polosnya. Dengan wajah semenggemaskan itu manamungkin aku bisa menolak ajakannya.
"Bisa gak, gak maksa kayak gitu kali ngajak orang?" seseorang tiba-tiba saja menyela obrolan kami.
"Yah?! Mirna?!"
Cristine terlihat terkejut dan kesakitan karena kepalanya dipukul lembut dengan sebuah buku tulis yang sudah di gulung. Gadis lain muncul di belakang Cristine sambil membawa buku yang di gulung tadi.
Saat kulihat gadis itu, ternyata dia memiliki badan yang tinggi dan langsing seperti model. Dengan rambut gaya ponytail yang membuatnya terlihat tomboy. Selain itu matanya yang tajam dan kulitnya yang sedikit gelap—setidaknya kulitnya sedikit lebih gelap dariku dan Cristine menguatkan kesan sporti padanya.
Jujur aku sedikit cemburu padanya. Terutama tinggi badanya, aku sangat ingin menjadi lebih tinggi dari tinggiku yang sekarang.
Btw, tinggiku 160 cm dan gadis bernama Mirna ini sepertinya hampir 170 cm. Sedangkan Cristine, sepertinya dia harus banyak olah raga dan minum susu.
"Hey, kamu pasti anak dari luar kota yang orang-orang bicarain."
Mendengar ucapannya yang cepat aku hanya bisa mengangguk. Apa aku seterkenal itu?
"Namaku, Marina Rismayanti. Panggil saja aku Marina atau Mirna seperti anak ini!" Menunjuk ke arah Cristine yang mulai terlihat kesal.
"Sa-salam kenal, namaku Sarah."
Dia hanya tersenyum saat mendengar perkenalan diriku tadi.
"Oh, Sarah. Sebenarnya ada yang ingin aku tanyakan padamu, tapi bisa nggak kamu lepasin aku dulu, Cristine? Ini memalukan..."
"Nggak mau-ya!" Aku tidak tahu sejak kapan, tapi Cristine sudah memeluk perut Mirna dan mengusap perutnya beberapa kali. "Hey, Sarah, apa kamu mau liat abs-nya Mirna?"
Dung!
"GYAH?!" Suara pekikan penuh rasa sakit terdengar saat ubun-ubun kepala Cristine di pukul oleh Mirna.
Cristine akhirnya melepaskan pelukannya dan kemudian bersimpuh memegangi kepalanya.
"Memang mau tanya apa?" tanyaku untuk memberinya konfirmasi.
"Kemarin waktu hari apa ya... Sabtu kalau tidak salah. Aku melihatmu keluar dari Rumah Sakit. Apa kamu sakit?"
"Hyaah?! Apa kamu sakit-ya?"
Kedua orang itu mencoba untuk bertanya padaku.
Aku bisa saja menjawab pertanyaan mereka, tapi apakah mereka akan percaya dengan kata-kataku. Tidak mungkin kalau aku berkata pada mereka kalau aku kemarin hampir saja dimakan ular raksasa.
Kalau begitu, aku harus berbohong lagi.
"Ah, kemarin aku pingsan karena lupa sarapan. Dan sepupuku yang panik langsung memanggil ambulan dan membawaku ke rumah sakit."
"..."
"..."
Mereka berdua tidak bereaksi, apa mereka tidak percaya?
"HYAAAH?! KAMU BENERAN GAK APA-APA-YA!?" Cristine berteriak.
"Tenanglah, itu gak terlalu berbahaya. Kamu pasti belum terbiasa dengan kota ini, makanya kamu bisa pingsan seperti itu. Lain kali harus hati-hati, banyak minum air!"
"IYA-yah!!" Cristine mengangguk.
Kelihatannya kedua gadis dihadapanku ini mengkhawatirkanku.
Cringgg!!!
"Ugh?!"
Tiba-tiba saja telingaku berdering keras dan dadaku-pun terasa sangat sesak.
"Ada apa sarah?!" Melihat aku yang tiba-tiba saja mengerang membuat Mirna mendekat kearahku.
"Ti-tidak, tidak apa-apa..."
"Kamu yakin?" Mirna.
"Ya, tidak apa-apa."
Tak lama setelah itu bel pelajaran pertamapun berbunyi dan kami bertiga kembali duduk kembali di bangku kami masing-masing. Pelajaran pertama dimulai dan semua siswa siswi menikmati hari pertama sekolah reguler ini.
Aku yang masih merasa sesak hanya bisa memendam kepalaku di atas meja danbahkan aku tidak dapat mendengar pelajaran karena suara yang tiba-tiba terdengar tadi masih bisa kudengar menutupi suara yang lain.
Mon – 20/Jun (Pulang Sekolah)
Untung saja kejadian tadi hanya berlangsung selama setengah jam saja dan selanjutnya aku bisa mengikuti pelajaran dengan normal.
Aku bertanya-tanya, sebenarnya apa yang terjadi tadi siang?
Namun semakin aku memikirkannya, semakin aku tidak dapat mengerti. Jadi karena itu aku tidak terlalu memperdulikannya.
DING DONG DENG!
Bel pulang pun berbunyi dan semua siswa berhamburan keluar dari kelas masing-masing dengan wajah kelelahan seperti sudah bertempur di medan laga. Begitu juga dengan Cristine yang saat ini sedang terduduk lesu dibangkunya.
"Iyaaaah, baru hari pertama masuk sekolah kok udah capek kayak gini? Gimana nanti tengah semester-ya~?(menyerah)"
Itulah keluhan Cristine yang untuk pertama kalinya kudengar.
Entah sejak kapan dia jadi sedekat ini denganku. Sambil berdiri dia memelukku yang masih duduk di kursi dari belakang. Bukannya aku tidak senang, tapi aku bisa merasakan sesuatu yang besar dan empuk menekan belakang kepalaku.
Entah kenapa aku merasa sebal saat ini.
"Hyaah! Menurut kamu gimana hari pertama sekolah tadi?" tiba-tiba saja dia merubah mood-nya dan kemudian bertanya padaku. Aku menonggak kepalaku dan menatapnya yang ada dibelakangku. Dia menunggu jawabanku dengan kepala yang sedikit dimiringkan.
"...Sangat menyenangkan. Sepertinya..."
"Yang bener aja-ya!"
Dia tampak putus asa dan melihat ke arah langit-langit kelas.
"Sudahlah, lagipula aku tidak suka belajar jadi mungkin karena itulah aku tidak suka hari pertama masuk sekolah. Lagi pula kenapa kita langsung belajar lagi setelah libur panjang, harusnya kita perkenalan dulu, benar 'kan-yah?"
"..." tersenyum.
"Dasar Cristine, kalau gitu nanti kamu bisa gak naik kelas loh!" Mirna tiba-tiba menginterupsi.
"Hyaah?! JANGAN DONG!? Jangan tinggalin aku yang bodoh ini!" Cristine berteriak putus asa.
"Sudahlah, lebih baik kita pulang sebelum terlalu sore!"
"Ah?! Aku 'kan udah janji mau ngajak kamu berkeliling kota-ya!"
Mirna dan Cristine mengajakku untuk pergi hangout dengan mereka.
Apa yang harus kulakukan?
Sepertinya tidak ada salahnya.
Akupun mengikuti mereka.
Kamipun pergi pulang bersama dan berkeliling kota untuk beberapa saat sampai kami merasa cukup lelah dan berhenti disebuah café yang cukup ramai. Kami banyak sekali mengobrol untuk beberapa saat.
Banyak sekali yang kami bicarakan tapi kebanyakan mereka berbicara tentang kehidupan di Kota ini dan bahkan mereka banyak memberikan arahan tentang bus apa yang harus kutaiki untuk pergi keberbagai tempat.
Sampai saat pulangpun kami tidak berhenti bicara. Senang rasanya punya teman baru. Sepertinya ini akan berjalan dengan baik, setidaknya. Asal aku harus tetap menjaga mood-ku yang sering turun naik ini.
Mon – 20/Jun (malam)
Karena lelah, akupun langsung pulang kerumah dan tidur di kamarku tanpa memperdulikan Kak Melly yang sepertinya belum pulang kerja.
Sebelum tidur aku sempat menonton berita sebentar di channel TVtwo dan mereka sepertinya sedang mengadakan wawancara tentang kejadian penculikan dan pembunuhan perempuan-perempuanberpakaian renang.
Karena tidak terlalu membuatku tertarik akupun langsung mematikan tv dan tidur.
~*~*~
--/--
"Selamat datang dirumahku..."
Aku membuka mataku dan melihat seorang wanita cantik dengan pakaian adat jawa yang benar-benar memperlihatkan lekuk tubuhnya yang indah.
Dia sedang terduduk santai dengan kaki menyilang diatas sebuah sofa berwarna hijau dan emas.
Siapa dia?
Kulitnya yang putih seakan bertabrakan dengan warna bibir tipisnya yang berwarna merah terang. Selain itu matanya yang sayu makin mempertegas kalau dia adalah sosok wanita ideal di Indonesia.
Kulihat sekeliling dan terlihat sebuah ruangan yang terlihat seperti ruangan dari abad pertengahan.
Banyak sekali ornament-ornamen dari jaman kerajaan kuno dan eropa yang dipadukan menjadi satu dengan warna hijau dan emas sebagai warna dominan-nya.
"Perkenalkan nama saya Dewi Sri Pohaci, Dewi Kehidupan." Perempuan itu mulai bicara.
"Ini adalah pertemuan pertama kita. Semoga kita bisa bekerja sama untuk kedepannya.
"Sebenarnya saya ingin menjelaskan pada dirimu semuanya, tapi mungkin sekarang bukanlah saatnya.
"Saya akan menjelaskan semuanya setelah kau bisa membangkitkan kekuatan Djinn yang ada dalam tubuhmu."
"...?"
"Sebelum itu terjadi, aku akan menunggumu dengan tenang disini."
Setelah berkata seperti itu pandanganku pun kembali memudar dan aku terbangun dari mimpiku.
Wed – 22/Jun (Pulang sekolah)
Kejadian kemarin saat aku bertemu dengan seorang dewi saja sudah membuatku tidak bisa berpikir jernih. Sekarang aku harus kembali bertemu dengan seseorang yang kukenal.
"Kenapa lu lama banget?"
Seseorang bertanya seperti itu padaku. Dan apakah kalian tahu siapa itu?
Ya, itu adalah Perempuan yang kemarin bertarung dengan ular...
Tapi…