Chereads / Anomaly : Mistery (Webnovel Indonesia) / Chapter 7 - Chapter 7 : Hujan Darah?

Chapter 7 - Chapter 7 : Hujan Darah?

Wed – 22/Jun (Limbo)

"Lucy!"

Begitu aku meneriakan nama itu, seorang gadis memakai gaun onepiece muncul secara ajaib di hadapanku. 

Ting!

Kembali notifikasi baru muncul.

[Anda berhasil memanggil Djinn anda]

Memanggil?

Ku menatap kembali gadis itu dengan seksama. Apa dia Djinn milik-ku?

"Namaku Lucy, raja dari segala raja, dan ratu dari segala ratu. Burung yang terbang tinggi dari burung yang lain."

Gadis itu berkata seperti itu dan berdiri tenang seakan tidak memperdulikan puluhan mahluk botak yang berlari ke arahnya. Tak lama setelah itu, dia mendekatkan kedua tangannya sampai hanya tersisa jarak tiga senti meter antara telapak tangan kirinya dan telapak tangan kanannya. Dari celah antara kedua telapak tangannya itu muncul sebuah bola berwara merah gelap dan dengan cepat dia mengarahkan bola itu ke arah aspal jalan di bawah kakinya.

"Lantai Darah!"

Setelah gadis itu berteriak, tiba-tiba muncul cristal-cristal berwarna merah darah yang keluar dari bawah tanah mengelilingi kami dan mengenai beberapa mahluk yang tadi berlari kearah kami. 

Ada beberapa mahluk yang tertusuk pagar kristalnya dan langsung berubah menjadi puluhan cahanya kecil berwarna kuning dan biru. Cahaya-cahaya itu terbang bebas untuk beberapa saat sampai dengan cepat langsung terbang ke arahku dan terhisap ke dalam tubuhku. Anehnya aku semakin merasa bertenaga setelah cahaya itu meresap dalam tubuhku.

"Terima kasih udah bebasin aku dari dalam sangkar burung itu." Itulah kata gadis itu sambil tersenyum menatap ke arahku.

"Siapa kamu?"

"Aku Lucy, Djinn master! Aku adalah bagian lain dari Master, sebuah manifestasi yang selalu melindungi sisi gelap Master."

Aku tidak menjawabnya karena tidak terlalu mengerti, tapi yang pasti dia bukan orang yang jahat.

"Ayo tidak ada waktu lagi, kita harus mengalahkan mereka, Master!"

Itulah katanya sambil melayang terbang melewati barikade kristal yang ada di depannya.

"Dia terbang..."

Aku pun mengikutinya dan mencoba untuk melompat, tapi di luar dugaanku aku malah melompat terlalu jauh melewati pagar batu itu. 

Aneh aku bisa melompat sangat tinggi tanpa mengeluarkan usaha sedikitpun.

"Master gak apa-apa?" Lucy memanggilku dari belakang.

Dia mendarat tepat di sebelahku. 

"Hehe... Master jangan terkejut! Kekuatan Master saat ini bertambah beberapa kali lipat karena telah membuat kontrak denganku, Lucy. Jadi mulai saat ini janganlah ragu untuk meminta bantuan Lucy, Master!" Katanya sambil tersenyum.

Aku menghela nafas sejenak untuk menenangkan diriku, dia bilang kalau kekuatanku bertambah beberapa kali lipat dan melihat kemampuan lompatanku barusan sepertinya aku tidak dapat mengelak. 

Setelah kembali tenang aku melihat sekitar dan para mahluk pendek tadi masih ada walaupun jumlahnya sedikit berkurang. 

Namun ada satuhal yang hilang...

Malik.

Aku tidak dapat menemukannya di manapun.

"Malik ke mana?" aku bertanya pada Lucy.

"Siapa? Si Bocah Pendek? Aku melihatnya tadi dibopong ke arah sana." Dia menunjuk ke arah sebuah tikungan perempatan jalan yang tak jauh dari lokasi kami saat ini.

"Apa dia akan baik-baik saja?"

"Jangan terlalu memikirkannya, Master! Lebih baik kita selamatkan diri kita terlebih dahulu!" Dia menyarankanku untuk mengurus yang di sini terlebih dahulu sebelum menyelamatkan Malik.

"Ta-tapi, bagaimana caranya kita mengalahkan mereka? Kau juga lihat 'kan, kalau kita kalah jumlah."

"Hanya ada satu cara..." Lucy mulai terlihat menajamkan matanya, "Master, ayo masukin aku ke dalam senjata!"

"Memasukin kamu ke dalam senjata? Gimana caranya?"

"Aku juga nggak ngerti! Aku pikir master tahu."

"Aku bahkan sama sekali tidak mengerti apa yang kamu bicarakan saat ini, jadi gimana bisa aku tahu cara masukin kamu ke senjata!?"

"Terus sekarang gimana?"

Ting!

Kembali terdengar suara notifikasi.

"Master, apa itu? Dari tadi berisik banget." 

Mencoba mengintip layar smartphoneku.

"Aku juga gak tahu. Mungkin sebuah notifikasi dari aplikasi aneh itu lagi."

"Coba baca, Master! Siapa tahu ada pentujuk."

Ternyata benar dugaannya, saat aku melihat layar smartphone-ku di sana ada sebuah pemberitahuan yang sepertinya sangat berguna.

"Turorial cara menggabungkan Djinn dengan senjata."

"Wow, sepertinya benda ini menjawab keinginan kita!"

"Sepertinya begitu. Coba kita lihat! Step pertama arahkan layar smartphone-mu ke arah Djinn milikmu dan katakan 'masuk'. 

"Step dua setelah Djinn masuk ke dalam smartphone anda, dekatkan layar smartphone anda ke barcode yang ada di senjata anda."

"Barcode? Apa maksudnya garis-garis ini, Master?" sambil menunjuk barcode yang ada di bilah pedang yang aku pegang.

"Ah, ternyata benar-benar ada barcode di sana!"

Aku terkejut saat menemukan hal aneh seperti itu di pedang yang diberikan oleh Malik.

"Selanjutnya yang terakhir berteriaklah, 'Weapon Link!' dan sejata anda akan dirasuki oleh Djinn."

"Mudah sekali. Ayo kita coba, Master!"

"Oke! Pertama arahkan layar ke Djinn, lalu..."

"Oi!"

"Masuk!"

Aku melakukan persis seperti yang tertulis di notifikasi sebelumnya. Saat aku mengarahkan layar smartphoneku kearah Lucy, tiba-tiba saja layar smartphone-ku dan Lucy bersinar bersamaan.

"Apa ini? Keren!"

Setelah itu aku bisa melihat Lucy seperti terhisap ke dalam smartphoneku dan kemudian menghilang.

"Selanjutnya, dekatkan ke barcode dan... WEAPON LINK!!!"

Cring!!!

Pedang yang ku pegang kini bersinar sangat terang dan saat telah meredup kulihat pedang itu kini terlihat berbeda dari sebelumnya. Bilah pedang yang kupegang tadi sekarang berubah menjadi berwarna merah tua. 

"Apa ini? Aku merasakan sensasi yang aneh, seperti aku ingin menebas sesuatu dengan pedang ini!"

(Master ngapain? Ayo kita bantai musuh-musuh itu!)

Kembali terdengar suara tanpa wujud. Awalnya aku tak sadar, tapi setelah kuperhatikan suara itu berasal dari smartphone-ku.

"Lucy, apa kamu sedang berada di dalam smartphone-ku?"

(Ya, begitulah...)

"Hebat!!"

(Maaf, Master. Tapi ini bukan saatnya untuk terkesan. Kita harus segera mengalahkan mereka.)

"Kamu benar."

(Baiklah, master! Ayo kita mulai menebas mereka!!!) ucap Lucy penuh semangat.

Tapi...

"Tunggu, boleh kutanyakan sesuatu sebelum mulai?"

(Apa?)

"Ba-bagaimana cara menggunakan benda ini?"

(MASTER TIDAK TAHU?!)

"Te-tentu saja! Aku baru pertama kali memegang senjata tajam!"

(Master, apa master pernah memegang pisau sebelumnya?)

"Ya, tentu saja."

(Kalau begitu prinsip-nya sama, Master hanya perlu menusuk atau menebas kearah musuh.)

"Oh, begitu ru—MANA MUNGKIN BISA!! Aku pake pisau buat memasak bukan membunuh!"

(Y-ya, okelah kalau begitu, Master. Pokoknya tinggal menusuk dan menebas. Mudah bukan?)

Meskipun terdengar mudah, tapi bagiku yang baru pertama kali rasanya agak canggung. 

Aku takut kalau aku tidak bisa membelah apapun, tapi tidak ada pilihan lain aku harus melakukannya.

Aku mengangguk untuk meyakinkan pendirianku dan kemudian berlari kearah gerombolan mahluk aneh itu.

"Hiyaat!"

Brzzzt!

"Kena?!"

Aku berhasil menebas salah satu dari mereka dan mahluk yang kutebas tadi mengeluarkan bola-bola cahaya seperti sebelumnya.

"Baiklah! Selanjutnya!" Aku kembali menyerang mahluk yang lain dengan pedangku. 

Tidak seperti sebelumnya, entah kenapa akurasi-ku semakin membaik dan seranganku selalu mengenai mereka. 

"Oah, apa ini? Aku merasa ada sesuatu yang bangkit di dalam diriku!"

(Master bicara apa?)

"Aku juga nggak ngerti, tapi rasanya ini sangat menyenagkan!" sambil tersenyum.

Aku terus menyerang mereka hingga tak sadar aku telah mengalahkan separuh dari mereka.

(Master, mereka datang!)

Tiga mahluk yang terlihat lebih besar dari yang lainnya mulai mendekat kearahku. 

Aku bersiap untuk melawan mereka. 

Mula-mula salah satu mahluk yang berada paling kanan menerjang ke arahku, dengan sigap aku menghidar dari serangannya dan berhasil menebasnya dua kali tepat di punggungnya. 

Tidak seperti mahluk yang lainnya, yang hanya membutuhkan satu kali tebasan saja untuk membuatnya menghilang yang satu ini sepertinya membutuhkan beberapa kali tebasan.

(Seperti yang kuduga, tiga mahluk yang lebih besar ini lebih kuat dari yang lain.)

"Terus, apa yang harus kita lakukan?" sambil kembali menebas mahluk lain yang tiba-tiba menyerangku.

(Sepertinya jumlah Orb kita sudah cukup.)

"Orb?"

(Aku nggak punya waktu buat ngejelasin, lebih baik Master ikuti saja petunjukku dan kita kalahkan mereka sekaligus!)

Aku tidak tahu apa yang akan dia lakukan, tapi aku tidak punya pilihan lain selain mendengarkannya.

"Baiklah, apa yang harus kulakukan?"

(Pertama, angkat pedang Master setinggi mungkin ke arah langit.)

"Seperti ini?" Aku mengacungkan pedang setinggi yang kumampu.

(Setelah itu berteriaklah 'Tehnik Rahasia : Hujan Darah' sambil bayangkan kalau diujung pedang Master keluar sesuatu seperti air hujan yang lebat.)

Bagaimana caranya? Aku tidak terlalu mengerti dengan yang Lucy katakan, tapi sepertinya tidak ada cara lain, aku harus mengikuti petunjuknya dan berusaha semampuku.

Setelah ku bayangkan apa yang dia suruh tadi, akupun akhirnya mencoba berteriak...

"TEHNIK RAHASIA : HUJAN DARAH!!!"

Setelah aku berteriak seperti itu, aku melihat dari ujung pedanku keluar banyak batu permata berwarna merah melayang menuju kelangit mungkin sampai sekitar empat atau lima meter di atas kepalaku. 

Bentuknya seperti kerucut dengan salah satu bagian yang meruncing dan ukurannya mungkin sebesar genggaman tangan namun sangat banyak jumlahnya. Awalnya benda-benda itu terbang keatas dan pada beberapa saat kemudian benda itu berbalik menghadap kebawah seperti siap untuk berjatuhan dari langit.

(Sekarang, gerakan pedang Master ke bawah dan bayangkan Master membuat batu-batu yang ada di atas sana berjatuhan seperti air hujan.)

Aku mengikuti perintahnya dan menurunkan pedangku seperti aku sedang mengendalikan batu-batu itu.

"Hyaaaa!!" teriakan membelah langit dapat terdengat saat aku menurunkan pedangku dan membuat gerakan seperti sedang menebas sesuatu. Bersamaan dengan itu, batu-batu yang melayang tadi mulai berjatuhan seperti meteor dan mengenai ketiga mahluk itu. 

Tidak hanya tiga mahluk yang ukurannya besar tetapi mahluk-mahluk kecil yang berada dalam radius lima meter dariku terkena juga

Banyak dari mahluk itu yang bergelimpangan dengan punggung dan beberapa bagian tubuh mereka tertusuk oleh batu-batu itu. 

Mereka yang terluka langsung berubah menjadi cahaya dan masuk kedalam tubuhku. Itu sudah termasuk juga tiga mahluk yang ukurannya lebih besar tadi.

Beberapa sisa dari mereka lari melarikan diri entah kemana dan aku hanya bisa melihat punggung telanjang mereka saja. 

"Akhirnya mereka pergi juga...*Gebruk!" ucapku sambil terjatuh tiba-tiba ke tanah.

(Master nggak apa-apa?)

"Nggak tahu. Seharusnya aku tidak bergerak terlalu banyak tapi kenapa aku merasa tubuhku sangat lemas."

(Jangan khawatir itu hanya efek samping dari penggunaan orb sampai habis.)

Pof!

Lucy tiba-tiba saja keluar dari dalam handphone-ku yang sepertinya terlepas saat aku terjatuh tadi.

"Akhirnya keluar juga!"

"Oh-ya, ngomong-ngomong orb itu apa?"

Lucy mengambil smartphoneku dan kemudian duduk disampingku sambil memainkan sesuatu di smartphone-ku.

"Biar kujelaskan. Apa Master lihat ada bola-bola yang keluar dari tubuh mahluk tadi? Itulah yang dinamakan orb. Orbs sendiri bisa kita gunakan untuk bahan bakar untuk meng-aktifkan sihir."

"Terus aku mau tanya, kenapa aku tidak bisa bergerak saat ini?"

"Itu karena serangan seperti tadi membutuhkan orb yang sangat banyak bahkan mungkin bisa menghabiskan seluru orb didalam soul-kita."

"Soul? Apa lagi itu Soul?"

"Itu seperti cawan yang menampung seluruh orbs yang kita kumpulkan. Bila orbs dalam soul kita sudah habis, maka kita tidak akan bergerak selama beberapa saat, fenomena itu disebut Soulbreak."

Jadi seperti itu...

Ada batasan dalam menggunakan sihir. 

Sepertinya sistem-nya sama seperti mana di dalam game RPG bertema sihir.

"Oh begitu... Tapi apa yang lagi kamu lakukan dengan smartphoneku?"

"Aku? Cuman buka Switter, doang kok."

"Hah? Buat apa?"

"Bikin switt baru."

"Tunggu, emang kamu punya akun Switter?"