Bugatti sport hitam 110 ans melesat di jembatan layang kota A. Jembatan yang menjadi iconic negara mereka. Wajah tajam berkarakter itu menawarkan ekspresi dingin.
Deringan handphone membuat nya terpecah dari pikiran yang menguasainya sejak tadi.
Dia melirik ke arah handphone yang terletak disamping jok stiur. 'Belva calling' tulisan dilayar sentuh handphone miliknya. Setelahnya, dia kembali menatap kedepan jalan. Acuh tak merespon.
Sekali lagi, handphone itu terus berdering. Membuatnya risih dan terpaksa menjawab.
"Hallo." Jawab Kenric.
"Hallo, tuan." Terdengar jawaban dari balik handsfree yang berada ditelinga kenric.
"Apa ada hal mendesak sehingga kau harus menelepon ku berulang kali." Jawab kenric ketus sambil terus menyetir dengan kecepatan tinggi.
"Tuan, kenapa kau sangat ketus padaku hari ini?" Jawab Belva dengan nada lenjeh.
Sudah bisa ditebak, wanita yang berbicara dibalik telepon merupakan sekretaris pribadi tuan Kenric.
"Kau menelpone ku hanya untuk menanyakan sesuatu yang tidak penting!"
"Kau tidak merindukan belahan dada ku tuan?" Tanya nya dengan nada menggoda.
"Telepon aku jika itu meyangkut tentang perusahaan." Tegas Kenric.
"Tuan, ada apa dengan mu? Sungguh kau tak ingin membasahi ku dengan liur mu hari ini?" Ucap Belva tak tahu malu.
"JAGA SIKAP MU! JANGAN MELEWATI BATAS!" Bentak Kenric.
"Ma…,maaf tuan," jawabnya ketir.
Belva langsug mengubah nada bicara yang tak lagi lenjeh. Dia memang tergolong wanita yang tak tahu malu bila soal merayu seseorang. Apalagi, orang itu adalah Kenric Goldman. Meski hubungan mereka intim diatas ranjang. Tapi, Kenric tak pernah menganggapnya lebih dari hanya pemuas nafsu. Berbeda dengan Belva yang menganggap Kenric adalah miliknya.
Saat kenric hampir memutuskan telpon, Belva dengan sigap langsung melapor. "Tuan. Para awak media berdatangan ingin berjumpa dengan tuan."
Seketika kenric menginjak rem kemudian memutar setiur mobil kearah kanan, mengarahkannya kepinggir perepatan dengan sigap. Bunyi gesekan ban mobil juga sampai terdengar. Dalam hitungan detik, mobil bugatti sport hitam itu terhenti.
"Tidak ada yang harus aku jelaskan pada mereka. Bereskan semuanya." Perintah tegas Kenric.
"Baik Tuan." Jawab Belva sigap.
"Tu…" perkataan Belva langsung terhenti saat dia menyadari Kenric langsung memutuskan telepon nya tanpa basa-basi.
***
Lampu remang, dengan kilatan lampu warna-warni yang sesekali menyambar. Suara musik yang keras membuat gendang telinga seolah mau pecah bila tak terbiasa. Tapi berberda diruangan ini, suara kerasnya musik yang terdengar diluar, disini seolah samar. Ya, room VVIV yang berukuran cukup besar, dengan segala fasilitas mewah. Tentu, juga kedap suara. Beberapa botol alkohol sudah terlihat kosong diatas meja. Siapalagi si pemiliknya kalau bukan Kenric. Dia lah pemilik botol-botol kosong itu. Terlihat dia terus menuangkan alkohol digelas yang berada digenggamannya. Dalam sekali teguk alkohol itu tak bersisa.
Penampilannya sudah tak serapi tadi, terlihat acak-acakan. Dasi sudah terlepas dari kemeja putih yang saat ini sedang menganga. Memperlihatkan bagian dada sexy nya. Bila mata lebih menjalar sedikit kebawah, terlihat remang bagian six pack perutnya. Agh, sungguh menggairahkan.
Pantas saja jika Belva atau wanita lain sangat mendambakan tubuh Kenric. Belum lagi, wajah nya yang semakin menggoda dalam keadaan seperti ini. Seakan siapa saja siap menelanjangi diri untuknya.
Kenric terus menenggak alkohol tanpa henti. Tapi, yang membuat aneh hari ini. Mengapa tak ada wanita-wanita penghibur yang mengelilinginya seperti biasa.
'BRAK' terdengar suara bantingan. Ternyata Kenric membanting gelas dalam genggamannya.
Dia menatap tajam dan dingin dalam keadaan setengah sadar.
"Heh!!! Menjijikan kata mu?! Baiklah jalang. Kita lihat, siapa lebih menjijikan diantara kita. KAU atau AKU!! Ucap Kenric sebelum dia terjatuh tak sadarkan diri dari mabuknya.
***
Sementara, dimalam itu juga.
Musik ini terdengar sungguh menenangkan. Instrument merdu yang berasal dari gesekan violin menguasai ruangan ini. Kamar tidur yang tertata rapi dengan desaign modern. Beberapa lukisan abstrak terpasang di dinding putih. Tapi, mengapa ruangan besar ini terlihat kosong dengan suara musik yang terputar.
Tirai putih transparan mengayun ringan, seperti, ombak laut yang bersahabat. Rupanya, tirai itu batasan antara balkon dan ruang kamar. Bila pintu kaca yang menjadi pembatas ruangan itu ditutup, tentu tirai itu tidak akan terhembus oleh angin. Menandakan, pintu kaca itu terbuka sangat lebar. Mungkinkah si pemilik ruangan berada diluar?.
Benar, ada seseorang disana, dibalkon yang bisa memandang kota A dari ketinggian. Lampu-lampu malam yang mewarnai serupa bintang dilangit bila dipandang dari balkon ini. Mobil-mobil yang melintas tentu saja seperti miniatur.
Wanita itu sedang berdiri disisi ujung balkon. Rambutnya disanggul rapi tepat dibagian tengkuk leher. Dia menggunakan gaun hitam leter A. Gaun yang cukup ringan, karena bisa dilihat dari tarian gaun itu yang mengikuti arah angin.
Pinggul yang membentuk sampai ke bokong terlihat sexy sekali. Bagaimana tidak, dia lah Maria. Si wanita pemilik body paling sempurna dimuka bumi ini (bila diandaikan).
Dia menatap dingin kedepan pandangannya. Namun, tatapan dingin kali ini, bukan tatapan yang bisa menekan atmosfer ruangan hingga orang-orang yang berada diruangan itu seolah sulit bernafas. Dingin ini, serasa kosong dan hampa. Sesuatu yang sangat sulit rasanya untuk diungkapkan. Sebuah keputusasaan, penyesalan atau bahkan kehilangan. Entahlah.
Musik itu terus mendayuh, instrument yang membuat perasaan serasa tersayat. Tak ada lirik yang tersedia seperti lagu melow. Namun, rasanya sangat sampai kehati. Bila benar-benar dinikmati, bisa meneteskan air mata. Sepertinya, lagu yang menggambarkan suasana hati Maria. Sangat menyatu dengan tatapannya saat ini.
Dia terus berdiri, mematung. Namun, dari riasan wajahnya, sepertinya, Maria akan pergi kesuatu tempat. Mungkin, berpesta atau undangan makan malam. Bulu mata lentik yang memperindah bola mata huzel miliknya, bibir tebal sexy yang ditutupi lipstik merah maroon. Sungguh, menggoda bukan?
Sebenarnya, kemana Maria akan pergi? Tunggu dulu, apa mungkin Maria sedang menunggu seseorang?
Sebuah meja dengan dua kursi berada ditengah sisi balkon. Ada sebotol wine diatas meja, tempat es yang terbuat dari kaca tebal serta penjepitnya juga berada disana. Vas bunga kaca yang berbentuk seperti gitar spanyol (bulat dibawah dan mengerucut keatas) diisi dengan setangkai mawar merah berkelopak besar lengkap dengan daun dan durinya yang tebal.
Bunga yang sepertinya baru saja dipetik. Terlihat segar sekali. Seakan dipetik khusus untuk malam ini. Tak hanya itu, gelas langsing yang dikhususkan untuk wine tertata dimeja itu. Disis kiri dan kanan. Yang artinya, dua gelas untuk dua orang.
Tidak salah lagi, sepertinya, Maria memang benar-benar sedang menunggu seseorang. Tapi, bagaimana mungkin didalam kamar. Bahkan, jika dilihat ini adalah kamar pribadi miliknya. Memang bukan sebuah kamar yang terdapat di dalam mansion mewah, ini lebih terlihat seperti bentuk dari apartemen mewah.
Jika ingin berkencan, mengapa Maria harus bersedih? Apa mungkin ingin membicarakan keputusan Tuan besar Scott?