Chereads / Pernikahan Gila Nona Arogant / Chapter 11 - Kau Ingin Tau Rasanya? Sini, Biar Aku Berikan

Chapter 11 - Kau Ingin Tau Rasanya? Sini, Biar Aku Berikan

Perusahaan MEIA Group

"Nona, helikopter akan tiba 12.24 detik lagi." Lapor Laurent.

"Hem. Itu artinya aku masih memiliki 8 menit untuk ini." Maria berkata sambil menatap laptop.

Semenit bahkan berharga untuk Maria. Dia selalu memperhitungkan waktu dengan langkahnya.

Keadaan perusahaan semakin membaik hari ini. Tepat tiga hari berlalu setelah pengumuman itu berlangsung. Tidak seperti hari sebelumnya. Karyawan pun seolah sudah melupakan tentang pengumuman itu, tak ada lagi awak media yang datang menyambangi perusahaan atau bahkan hadiah bucket yang dikirim khusus untuk Maria.

Walau sebenarnya masih ada rasa ingin tahu yang besar dipikiran para karyawan, tapi mereka lebih memilih untuk diam dan tak berani lagi bergosip. Dari pada mereka harus kehilangan pekerjaan. Begitupun dengan media. Sudah jelas, mereka tak bisa lagi masuk ke perusahaan. Laurent, pasti sudah mengurus itu dengan baik. Tak bercelah sedikit pun.

Perintah adalah Titah. Mutlak tak terbantah.

Maria menutup laptop tepat di detik 8 menit waktunya. Laurent bergegas mempersiapkan beberapa berkas dan tas pribadi Maria. Maria melangkah keluar dari arah lingkar leter c meja kerja sambil mengambil jas putih, lalu langsung mengenakannya.

Bahu yang tampak lebih kaku dalam balutan jas yang sepertinya memang di desain khusus untuknya.

*

Dilobi, tidak setenang tadi. Para karyawan terlihat saling berbisik dan sedikit heboh.

"Wah. Apa ini bukan mimpi? Aku benar melihatnya bukan?"

"Aku hanya pernah melihatnya dicover majalah WORK'S dan hari ini aku melihatnya langsung?"

Karyawan resepsionis saling tek-tokan dalam ucapannya masing-masing. Belum lagi, karyawan-karywan yang lain. Saling berbisik dan bergumam. Siapa yang mereka lihat sebenarnya, mengapa seolah seperti melihat keagungan dewa.

"Bahkan dia terlihat lebih tampan dari yang pernah ku lihat di tv." Karyawan lainnya.

Rupanya, laki-laki si pemilik Goldman B'group sedang berjalan dengan angkuh dilobi perusahaan MEIA group. Kenric tidak pernah sekalipun menginjakkan kaki nya diperusahaan ini. Pantas saja jika seluruh karyawan menjadi heboh.

Dia terus melangkahkan kaki jenjangnya. Sepatu pantofel hitam kilat menyempurnakan langkah si tuan muda Goldman. Meski, dia dikenal dengan sipenggila wanita. Namun, tak ada wanita yang memiliki alasan untuk tak menyukainya. Bahkan, mereka sangat berharap menjadi salah satu wanitanya.

Kenric terus berjalan seolah dia sudah sangat mengenal perusahaan megah ini, tak bertanya atau meminta bantuan karyawan yang bertugas untuk mengantarkannya ke tempat tujuannya. Yang tentu saja, ruangan Maria.

Sebagai ceo perusahaan besar, tentu bukan hal yang sulit untuk Kenric mencari tahu denah ruangan Maria.

*

Maria melangkahkan kakinya, berjalan menuju pintu. Suara khas high heels mulai menguasai pendengaran, rambut panjang gelombangnya seolah megikuti irama hentakan. Langkah pasti Maria sangat menggambarkan betapa gesitnya dia dalam bekerja.

Pintu kaca dengan ukuran yang tebal bewarna hitam terbuka dengan sekali tombol hitam itu ditekan. Dan ya, mata Maria terbelalak, dia sedikit menelan ludah,namun, tetap terlihat tenang. Kenric sudah berada tepat didepan ruangannya.

Laurent tentu saja terkejut melihat pemandangan ini, belum lagi, untuk waktu beberapa detik dia terpesona oleh ketampanan dan karisma Kenric.

'Laki-laki ini, apa dia rutin perawatan.' Gumam kagum Laurent.

Kenric menatap lekat Maria sambil tersenyum angkuh.

"Kebetulan sekali. Aku baru saja ingin masuk menghampiri mu."

"Laurent, tanyakan padanya apa yang membuatnya berani menginjakkan kakinya disini!" perintah Maria sambil menatap tajam Kenric juga sebaliknya.

Laurent, langsung tersentak dalam gulatan pikirannya. Hm…mmm, maaf, tu…,"

"Kau tak mengerti bagaimana caranya menyambut tamu?" Timpal Kenric, tak menggubris Laurent.

"Laurent, bilang padanya, jika ada hal yang ingin disampaikan. Bisa langsung melalui dirimu!"

'Tuhan, dosa apa yang kubuat dikehidupan sebelumnya hingga aku bisa berada ditengah permasalahan seperti ini. Ini membuatku hampir gila' batin Laurent.

Laurent melihat dua orang angkuh yang sama-sama sedang mempertahankan keangkuhannya.

"Tuan Ken…," lagi-lagi Laurent tak memiliki kesempatan untuk bicara.

"Aku tidak membutuhkan orang lain hanya untuk berbincang dengan calon istri ku." Timpal Kenric.

Mendengar perkataan itu, darah Maria seolah mendidih sampai ke otaknya. Rahangnya mengeras, matanya semakain tajam dan dingin. Tentu, Kenric bisa merasakan atmosfer tekanan ketidaksuakaan Maria terhadapnya. Namun, seolah dia menikmati itu. Dan itulah tujuan sebenarnya. Kenric ingin mengganggu hidup Maria. Dia tidak menerima penghinaan atas dirinya yang telah dilakukan oleh Maria dimalam itu.

Maria memilih untuk tetap diam dalam marahnya. Sepertinya dia melampiaskan amarahnya pada gigi gerahamnya. Terlihat dari rahangnya mengeras dalam tekanan. Maria melangkah melewati Kenric tanpa berkata sepatah pun.

Namun, matanya membulat dan dia merasa tubuhnya seperti tertarik kebelakang. Pergelangan tangan kanannya terasa sakit, sepertinya ada yang menarik dengan tenaga yang cukup kuat. Pergerakan itu secepat kilat sampai dia tidak menyadari untuk melawan. Tubuhnya, terasa tebanting dan tertahan disebuah dinding.

Kenric, telah menguasai semua pergerakan itu, dia berhasil membawa Maria kembali masuk kedalam ruangan Maria. Dengan sigap dia menekan tombol hitam agar pintu kaca itu segera tertutup rapat. Dan dia dapat menambrakkan tubuh Maria dipintu kaca itu. Sekarang, mereka berada dalam posisi yang sangat dekat.

Kenric, mengunci Maria dalam pergerakannya. Hidung mancung mereka hampir saja bertabrakan, mata dingin dan tajam yang mereka miliki saling memandang lekat dalam binar ketidaksukaan. Nafas Maria terengah-engah, Maria masih terpaku menatap Kenric. Seolah, butuh waktu untuk dia mencerna apa yang baru saja terjadi terhadap dirinya.

Mereka saling menatap, dada sexy Maria terlihat naik-tirun dalam ritme yang lebih cepat. Dia seperti orang yang baru saja selesai lomba lari. Sementara Kenric, masih mengunci tangan Maria yang dinaikkan keatas dan menepel ke pintu kaca. Sambil dia menekan tangan Maria. Sebenarnya, ini posisi yang sempurna untuk sepasang kekasih berciuman.

"Lihatlah, kau tak lebih dari wanita-wanita yang lain."

Tentu, ucapan itu menyadarkan Maria dari shock nya. Maria tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Bisa dikatakan dia tidak mempunyai pengalaman lebih tentang bagaimana berhadapan dengan pergerakan lelaki.

"Igh..LEPAS!" Erang Maria sambil mencoba membebaskan diri.

"Kau terpesona dengan ku hanya dengan sekali pergerakan ku."

"AKU AKAN MEMBUNUHMU!" Ucap Maria sambil memberontak.

"Silahkan jika bisa." Goda Kenric yang masih mempertahankan posisinya.

"JANGAN BERMIMPI BISA MENYENTUH KU BAJINGAN!!!"

"Jika aku ingin, akan ku lakukan sekarang." Jawab Kenric.

Sementara diluar, Laurent yang tentu saja terkejut dengan apa yang baru saja dilihatnya. Dia tak lagi bisa menebak apa yang sedang terjadi didalam sana. Walau pintu itu terbuat dari kaca, tentu, bukan kaca yang transparan.

Ada rasa ke khawatiran diwajah Laurent, tapi, dia kembali berpikir, ini adalah urusan pribadi nona nya yang tidak dapat dicampuri olehnya.

Karyawan yang lain tentu sangat ingin tahu dengan apa yang sedang terjadi, namun, mereka lebih memilih seolah tak melihat apapun. Dan menutupi rasa ingin tahu dengan bekerja didepan laptop masing-masing.

"Kau ingin tahu rasanya? sini biar aku berikan."