"Aku tak yakin nona akan benar-benar menikah dengan ceo B'Goldman," ucap karyawan wanita sambil berjalan menuju satu sisi meja yang berada ditengah.
Dia mendatangi teman-temannya yang sedari tadi sudah mulai mengobrol. Yang pasti obrolan tentang bos mereka.
Sejak pengumuman itu di umumkan, perbincangan ini menjadi hangat untuk di perbincangkan. Mulai dari kalangan pembisnis atas sampai karyawan-karyawan diseluruh bagian divisi. Apalagi perusahaan MEIA Group. Entah ini bisa di katakan bergosip, atau berpendapat. Entahlah.
Tidak cukup rasanya mereka membahas melalui group obrolan di ponsel, mereka melanjutkan secara langsung.
"Kamu sok tahu, kalau menurutku nona akan menikah dengannya." Sambut karyawan yang duduk tak jauh dari si karyawan pertama tadi (meja yang dipilih untuk tempat mereka berkumpul).
"Tidak mungkin. Siapa yang tidak tahu kalau nona sangat tidak menyukainya. Kalian tahu kan? Bagaimana nona kita, sekali tidak, ya, sampai mati pun tetap, TIDAK." Karyawan wanita lain menimpakan pendapatnya.
Yang di anggukki beberapa karyawan lain yang lebih memilih mendengarkan sebelum berpendapat.
"Tapi, pernyataan ini di umumkan langsung oleh tuan besar Scott. Perkataannya bersifat mutlak. Sudah pasti akan terjadi."
"Hm, benar juga. Menurut kalian. Apa nona sudah menyetujuinya sebelum ini di umumkan? Atau ini perjodohan yang sama sekali tidak di ketahui nona?"
"Kalau memang ini perjodohan, tuan besar Scott, dan nona Scott mungkinkah akan berselisih?! Wah! Ini seru. Siapa yang akan menang diantara mereka?"
"Hei… kau ini, jangan terlalu berlebihan."
"Aaaa… kalian ingat. Tuan besar Scott datang kemari beberapa hari yang lalu sebelum pengumuman itu? Aku rasa, membicarakan tentang hal ini. Ya, jelas. Nona pasti sudah menyetujui perjodohan ini."
"Nona kita bukan orang yang mau membawa urusan pribadi ke meja kerja. Aku yakin, Tuan besar Scott juga begitu. Karena mereka berdua memang sangat mirip. Agh ..., nona memang benar-benar mewarisi seluruhnya tentang tuan besar Scott."
"Bagaimana, kalau kita bertaruh?"
Sejenak hening ..., mereka saling melirik satu sama lain. Menatap heran kemudian tertawa lepas.
"Heh! Apa kau sudah mempunyai banyak tabungan untuk menjadi pengangguran?"
"Huff… apa ada yang salah dengan tawaranku?" Jawabnya denhan bibir manyun. Karyawan wanita yang tampak lebih polos dari yang lain.
"Jika kita ketahuan bertaruh untuk hal ini. Sudah bisa di pastikan hidup kita juga akan berakhir di jalanan. Uh ..., membayangkan nya saja sudah membuat ku takut." Jelas karyawan laki-laki yang lainnya.
MEIA Group sangat teliti dan detail saat menyeleksi karyawan dalam divisi manapun. Dan akan memecat dengan sekali saja kesalahan. Bukan hanya kesalahan dalam pekerjaan, atitude juga harus sangat dijaga diperusahaan ini.
Jadi, jika sudah sampai ke tahap pemecatan. Berarti, siap-siap menganggur. Karena perusahaan lain tidak akan memungut lepehan dari MEIA group. Sebab, kualitas kerjanya sudah pasti di pertanyakan.
"Kalian lihatlah ini!" Seru karyawan wanita yang duduk di meja depan laptopnya.
Reflek, semuanya membungkuk melihat kearah laptop.
"Kalau dilihat-lihat, mereka sangat serasi. Bukankah mereka pasangan yang sangat sempurna?" Timpal karyawan wanita itu lagi. Tampaknya dialah pemilik meja tersebut.
"Kalau aku jadi nona, aku akan lompat kegirangan menerima lelaki itu. Kalian bisa bayangkan? Bagaimana sempurna nya kehidupan mereka? Tidak kekurangan apapun. Kehidupan yang sempurna tanpa cela," ucap karyawan wanita yang lain sambil ekspresi mengandai.
"Anaknya akan lahir dengan sendok mas dimulutnya. Ibunya, ayahnya, kakek dari ibunya, kakek dari ayahnya. Mereka semua andalah bilioner. Anak itu, pasti tinggal tunjuk apa pun yang dia inginkan." Timpalnya, lagi-lagi mengandai.
Karyawan yang lain menggeleng dan tertawa kecil melihat nya mengkhayal dengan ekspresi hampir terbang seolah dialah yang berada diposisi itu.
Mereka kembali focus menatap laptop. Melihat ulang berita pengumuman malam itu. Walau sudah berkali-kali di putar secara pribadi. Namun, kali ini rasanya lebih sempurna karna melihat bersama dengan yang lain.
Suara high heels mengisi ruangan lantai atas, tepatnya lantai ruangan Maria. Dia baru saja keluar dari lift. Berjalan dan melangkah dengan pasti. Sebentar lagi dia akan sampai ke area meja-meja karyawan yang berada dilantai ini.
Dan, ya ..., karyawan-karyawan itu kini tidak menyadari kedatangannya. Mereka masih terlalu focus dengan tontonan yang mereka lihat. Dan sesekali celetukan yang mereka lontarkan.
Sampai, Maria tepat berdiri didepan meja kumpulan mereka. Tidak lebih dari delapan meja berada dilantai ini. Disusun berbentuk vertikal, seperti angka sebelas bila di lihat dari atas. Tentu, dengan jarak yang jarang.
Masing-masing dari meja memiliki sekatan seperti mini room. Harusnya, meja-meja ini terisi dengan karyawan yang sibuk dengan pekerjaanya didepan laptop masing-masing.
Namun, tidak saat ini. Meja-meja itu terlihat kosong dengan tatanannya masing-masing. Orang yang menghuni sedang berkumpul disatu meja yang terdapat disisi central. Tepat di sanalah Maria beridiri.
"Pukul 10.14.26 pm. Apakah waktu kerja di perusahaan ini sudah mulai berubah?!" Tegas Maria sambil menyilangkan tangannya di depan dada, mentap para karyawan yang sedang tertumpuk disatu meja dengam focus menonton berita tentang dirinya.
Sontak saja, hal itu membuat para karyawan langsung terkejut salah tingkah dengan kehadiran dan teguran Maria yang baru saja dilontarkannya.
Mereka berdiri dengan sigap, dan sipemilik meja yang memutar berita itu langung menutup laptop tanpa menekan tombol shot down. Jantung mereka berdebar kencang. Menunduk tak ada yang berani menatap Maria.
Maria menatap dingin tanpa ekspresi. Tapi tatapan itu seolah menekan seluruh atmosfer yang ada dilantai itu sehingga membuat mereka sulit bernapas dan kaki gemetar. Ini kesalahan yang fatal. Satu, membuat ruang obrolan di jam kerja. Dua, bergosip tentang diri bos dan ketiga tidak menyadari Kedatangan bos mereka.
Suasana hening dan lenggang. Andai saat ini jarum jatuh, dipastikan akan terdengar.
'Agghhh… sial sekali' seorang karyawan laki-laki mengumpat dirinya sendiri dalam hati.
Tidak lama setelah itu, terdengar suara langkah kaki. Melangkah mendekati Maria.
"Nona, Maaf bila saya mengganggu. Tuan besar Scott ..."
"Bicara diruanganku." Sela Maria, menghentikan ucapan Laurent.
Maria melangkah masuk kedalam menuju ruangannya, tentu langsung diikuti oleh Laurent. Namun, sebelum itu, Laurent menatap para karyawan dengan tatapan penuh peringatan. Karena sudah jelas, mereka melakukan kesalahan yang fatal tapi untungnya perhatian nonanya teralihkan.
Para karyawan melepas napas yang sedari tadi terasa terikat. Tekanan itu benar-benar terasa.
"Aku rasa, saat ini tuan besar Scott, telah menyelamatkan kita," ucap karyawan perempuan yang masih mematung memegang laptop yang tertutup ditangannya.
Mereka langsung berhamburan, bergegas mendatangi meja masing-masing. Ada yang sampai tertukar menempati meja lalu dengan sigap kembali bertukaran.
Keadaan hening, tak ada suara seperti sebelumnya. Mereka tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Meratapi apa yang akan terjadi setelah ini. Tentu, ini hanya penyelamatan sementara.
'Apa besok dimeja kerja sudah tergeletak amplop putih berisi surat? Agh ... agh … tidak ... tidak. Itu tidak boleh terjadi' karyawan wanita yang suka mengandai mulai over thinking dengan pikirnnya sendiri.
Sementara di liobi perusahaan, para cleaning servis hampir membersihkan seluruh hadiah yang yang tadinya memadati lobi. Cepat sekali.
Entah diabawa kemana hadiah-hadiah itu, apakah benar-benar dibuang? Kalau memang iya. Sangat disayangkan kan, selain harganya fantastis bentuknya juga indah.
Begitupun dengan para media yang memadati luar perusahaan, kini bersih tak bersisa. Dalam waktu beberapa menit saja. Perusahaan ini kembali terlihat normal seperti biasanya.
Hanya saja, para resepsionis masih terlihat sibuk mengangkat telpon yang berdering. Mungkinkah, tawaran untuk wawancara nona Maria masih berdatangan? Bisa jadi.