Maria keluar dari ruangan, diikuti oleh Laurent dibelakang bahu kanannya. Mereka akan menuju kooridor lantai bawah perusahaan. Kali ini, Maria menggunakan lift khusus Ceo. Lift yang akan menghubungkan Maria langsung dari kooridor bawah ke kooridor ruangannya juga sebaliknya.
Namun, Maria terbilang jarang menggunakannya. Dia lebih suka melalui lift umum agar bisa memeriksa keadaan perusahaan. Seperti, kedisiplinan para karyawan. Benar, tentu itu bukanlah tugasnya.
Karena perusahaan sebesar ini sudah pasti memiliki divisi yang mengatur diberbagai bidang masing-masing. Tapi, seperti itulah seorang Maria. Dia tidak akan pernah puas dengan hanya menerima laporan tanpa memeriksanya dengan mata kepalanya sendiri.
'Tingggggg' bunyi pintu lift terbuka.
Kaki jenjang yang mengenakan celana panjang berbahan kain melangkah keluar lift. Disusul oleh si kaki jenjang yang satunya menggunakan rok span hitam dibawah lutut. Mereka terus berjalan melangkah kearah lobi. Ketukan sepatu mengiri langkah mereka yang tak lain berasal dari sepatu high heels sembilan senti hitam tertutup milik Maria.
Suara telepon sayup-sayup kemudian terdengar semakin jelas silih-berganti 'kring…kring..kring' Beberapa karyawan resepsionis yang bertugas sibuk menerima telepon yang masuk.
Karyawan yang lain berkegiatan sesuai dengan pekerjaan, berusaha untuk tidak kepo. Karena mereka menyadari gerak-gerik mereka akan sangat dipantau. Tidak lama setelah itu, mereka mulai menyadari kehadiran Maria. Para karyawan sedikit menundukkan kepala, beberapa dari mereka yang jaraknya berdekatan saling lirik, sebab mereka tahu hal ini pasti tidak disukai oleh bos mereka.
Maria menghentikan langkah yang sudah pasti membuat langkah Laurent juga terhenti. Wanita rambut panjang bergelombang ini menatap tajam tepat kearah jam 12 dari arahnya berdiri.
Lobi dipadati dengan buket-buket bunga juga hadiah yang dikirim oleh collega dan mitra kerjanya. Ada yang mengatas namakan perusahaan dan nama pribadi.
Belum lagi, wartawan yang sudah berdesakan memenuhi depan perusahaan demi menemui Maria. Jelas mereka tahu, penantian mereka akan sia-sia. Namun, tak ada salahnya sedikit berharap. Karena ini bukan kali pertama wartawan ingin mewawancarainya, tapi tak pernah berhasil. Sebagai Ceo muda yang sukses menjalankan perusahaan nya sendiri, tentu sepak terjang Maria adalah makanan bagi para media.
Maria memperhatikan hadiah serta ucapan-ucapan itu dari jaraknya berdiri. Sangat mengganggu, namun, dia tetap terlihat tenang. Ketenangan Maria memang sangat sulit ditebak. Jika tenang adalah hal yang paling disukai oleh kebanyakan orang. Namun, bagi karyawan MEIA group, 'tidak' Ketenangan Ceo mereka hal yang tidak dapat diukur.
Apakah suatu sukacita atau ancaman. Tidak ada yang tahu. Hanya dialah yang tahu apa yang akan dilakukannya. Bahkan Laurent sebagai orang kepercayaannya pun tidak bisa memastikan tindakan yang akan diambil olehnya.
"Laurent." Panggil Maria tegas.
"Iya nona." Jawab Laurent sigap.
"Pecat kepala divisi keamanan yang bertugas hari ini." Perintah tegas Maria.
Mata Laurent membulat terbelalak. Dia menelan ludah.
Belum sempat Laurent menjawab, Maria melanjutkan perintahnya. "BERSIHKAN SEGALANYA. TERMASUK ORANG-ORANG BODOH ITU." Tegas Maria sambil melihat kearah wartawan yang sudah berdiri memadati luar perusahaan. Kemudian Maria membalikkan badan masuk melangkah meninggalkan lobi.
Laurent menundukkan kepalanya sampai Maria meninggalkannya.
Wanita rambut panjang bergelombang yang mengenakan kemeja casual putih dalam perpaduan celana model highwaist terus berjalan menuju pintu lift. Namun, tak lagi dia menggunakan lift khususnya.
"Nona Laurent," sapa seorang wanita yang jauh lebih muda darinya. Tampaknya ia salah satu karyawan di bagian resepsionis, sebab, terlihat dari seragam baju yang di kenakannya.
MEIA GROUP tergolong perusahaan yang detail dalam membagi perlengkapan divisi. Mereka sungguh memperhatikan style para karyawan walau dibagian cleaning service sekali pun.
Laurent berbalik menghadap wanita yang memanggilnya. Dia menatap wanita itu mengartikan segera laporkan apa yang ingin di laporkan.
Wanita itu mengeluarkan selembar kertas A4 dari tumpukan berkas yang di kemas di dalam map bewarna coklat.
"Ini nona." Ia menyerahkan kepada Laurent.
"Sudah lebih dari 20 kantor majalah ternama yang meminta nona Maria untuk wawancara. 50 kantor surat kabar dan 10 acara station tv kelas atas, penawaran ini terus berdatangan sedari komisaris Scott L'group menyatakan pengumuman tadi malam." Lapornya.
Laurent mendengarkan sambil membaca point-point yang sudah tertera detail dilaporan itu.
"Baik. Terimakasih. Ada lagi?" Tanya Laurent.
"Hm, ada beberapa perusahaan kecil yang juga menelpon untuk mengucapkan selamat pada nona Maria. Dan mereka meminta untuk menyampaikan pada nona Maria bahwa mereka sangat bersuka-cita dengan pengumuman pernikahan nona." Jawab wanita itu.
"Hm. Baiklah."Tegas Laurent.
"Terimakasih nona. Sementara itu saja yang ingin saya laporkan." Wanita itu menunduduk kemudian meninggalkan Laurent.
Laurent masih berdiri disana. Dia menghela napas panjang. Kembali mengingat perintah Maria.
Ternyata, hal ini yang membuat Laurent ragu untuk melaporkan keadaan. Bukan karena takut dengan kondisi. Namun, rasa serba salah yang menghantui. Dilaporkan. Nona pasti akan marah. Tidak dilaporkan marahnya pasti akan semakin parah.
Tentu, hal ini menjadi dilema tersendiri bagi Laurent. Pernikahan yang sangat ditentang oleh hati nona, namun, harus diterima secara kenyataan. Dan tidak semua karyawan yang bekerja diperusahaan ini memahami penolakannya..
Termasuk kepala divisi keamanan yang bertugas hari ini. Tentu, ia pikir ini adalah hal yang sangat membahagiakan bagi ceo nya. Hingga dengan mudah ia memberikan izin kepada security untuk membiarkan para wartawan masuk.
Ia tak tahu, bahwa keputusannya adalah akhir dari karirinya.
Laurent benar-benar menggigit bibirnya sekarang. Jika Pecat. Ya, maka harus dipecat. Tidak ada penawaran atau diskusi lagi. Maria tak suka orang yang bekerja dengan keteledoran.
Dan ya, secara pekerjaan kepala divisi keamanan jelas melakukan kesalahan karena membiarkan wartawan masuk tanpa izin darinya. Namun, dari persepektif lain, kepala divisi keamanan hanya berpikir wartawan akan meliput kabar gembira yang akan diklarifikasi langsung oleh bosnya.
Laurent mengambil handphone dari kantong jas nya. Setelah itu dia menelepon seseroang. "Halo. Pak Tomas! Segera perintah bawahan mu untuk menyeterilkan kembali area perusahaan dari para media." Perintahnya tegas.
"Setelah itu, segeralah keruangan ku." Tegas Laurent kembali.
Laurent menutup telepon. Dia melanjutkan langkah menuju tempat hadiah-hadiah itu diletakkan. Betepa takjub Laurent melihat hadiah-hadiah bucket yang dikirim. Sungguh indah dan harum bunga-bunga yang terangkai dalam beberapa bucket. Jelas, bunga-bunga ini pasti sangat mahal.
Tidak hanya itu, susunan botol wine kelas atas beserta gelasnya juga dirangkai membentuk hampers. Ada juga hampers yang berisikan teh berkualitas tinggi. Kartu-kartu ucapan yang ditempel hampir semua di tulis dengan goresan tinta mas. Semuanya mengucapkan selamat atas rencana pernikahan dan ditunjuknya Maria sebagai ceo Scott L group.
'Sayang sekali jika semua ini harus di buang' geming Laurent dalam hati.
Dreeet… dreeet … getaran handphond di saku jas Laurent.
'Tn. Scott L'Group Calling' tulisan di layar handphone smartphone yang sekarang berada digenggaman Laurent.