30 Menit berlalu dan bel pun berbunyi yang menandakan waktu istirahat sudah habis dan seluruh siswa harus masuk kembali ke dalam kelas.
"Baik adik-adik, untuk kegiatan besok akan ada tes psikotes yang akan menentukan kalian nanti akan masuk di kelas mipa atau ips. Jadi persiapkan dengan baik untuk besok ya adik-adik" kata kak Ayu.
"Oh iya dek, nanti sepulang sekolah kita kembali berkumpul di aula untuk latihan persiapan pensi dua hari lagi" kata kak Hendro.
"Jangan lupa makan siang ya adik-adikku" tambah kak Ayu.
Setelah bel berbunyi semua siswa berhamburan keluar kelas dan pulang. Walaupun sudah jam untuk pulang sekolah tersebut belum sepi. Masih ada siswa di sekolah tersebut yang melaksanakan kegiatan ekskul, kerja kelompok, dan beberapa kelompok siswa baru yang latihan untuk pensi.
Aku dan Tasya berjalan ke aula sambil memakan siomay yang baru saja kami beli di depan pagar sekolah.
"Pia, kamu pengen masuk kelas mipa atau ips?" tanya Tasya.
"Hmmm.. lebih baik ips ga sih? kayaknya lebih santai terus gak banyak hitung-hitungan. Bisa-bisa tipes aku tiap hari liat soal matematika sama fisika.. belum lagi ada kimia sama biologi" Kataku sambil menghela nafas.
Tasya pun tertawa mendengar aku ngedumel.
"Apa bedanya sama ips pia? di ips kamu nanti juga jumpa ekonomi. Kan ada juga tuh hitung-hitungannya.. belum lagi jumpa geografi, sejarah, sosiologi".
"Tapikan hitung-hitungannya ga sebanyak di kelas mipa cintakuuu... kalo di ips kan lebih banyak ke sosialisasi gitu, terus kita bisa tau lebih dalam tentang alam.. kayak gituuuu".
"hahahaha iya deh iya pia.. terserah kamu deh.. semoga lulusnya di kelas ips ya"
"hahaha iya sya pasti lulus tuh.. hmmm btw kalo kamu pengen masuk kelas apa sya?"
"Aku pengen masuk kelas mipa pia"
"Yaaaah berarti kita pisah dong sya?" kataku sambil memanyunkan bibirku.
"hmmmm iya piaa" refleks Tasya memanyunkan bibirnya juga dan memelukku.
POV di Aula
Beberapa siswa sudah berkumpul dan membawa alat dan bahan yang diperlukan seperti ember, gelas, cangkir sendok dan lain sebagainya. Aku dan Tasya duduk dengan teman-teman yang lain menunggu yang lain datang.
"Mana teman-temannya yang lain? Cobak hubungi dek biar nanti ga kelamaan kita pulang" tanya kak Eza.
"Baik kak, sebentar ya kak" jawab beberapa siswa.
Setelah menunggu beberapa menit satu-persatu siswa datang dan aku belum melihat Daniel ada disini. Aku melihat ke segala arah mencari keberadaannya Daniel.
"Ngeliatin siapa sih pia?" tanya Tasya.
"Ehmm enggak ngeliat siapa-siapa kok"
Tiba-tiba datang seorang siswa memakai baju kaos berwarna hitam dan memakai celana pendek.
"Anjirrrrr.. Daniel lo ganteng bangettt gilakkkkkk" aku berkata-kata dan berteriak dalam hati. Aneh kan wkwkwkwk. Melihat ia berjalan ke arah kami aku tidak mengedipkan mataku, aku semakin menganguminya.
Setelah 30 menit menunggu akhirnya semuanya hadir dan ketua kelompok langsung membagi peranan masing-masing siswa dan latihan.
Aku mendapatkan peran sebagai penyanyi dengan beberapa teman-teman lainnya sedangkan Tasya mendapat peran sebagai pemain musik pianika. Tidak kusangka Daniel juga mendapatkan peran yang sama denganku. Walaupun udah sedekat ini dengannya, aku tidak berani menyapanya. Aku hanya bisa melihatnya dan saling tersenyum saat sekilas melakukan kontak mata dengannya.
"Anjirrr.. dia senyumin gue nih? Arghhhhhhhhh... huhuhu senyuman dia manis bangett gilakkkk.. bisa diabetes akuuu huhuhu" aku berbicara dalam hatiku dan ingin sekali rasanya berteriak (emot nangissss).
Latihan selesai jam 5 sore dan semua siswa pulang ke rumahnya masing-masing. Ada yang di jemput orangtuanya, ada yang pulang sendiri, dan pulang dengan teman-teman lainnya.
Aku menunggu abang gojek yang udah kupesan di depan gerbang sekolah, dan aku melihat Daniel pulang dijemput papanya. Lama sekali aku melihatnya sampai mobilnya tidak terlihat lagi.
Tiba-tiba Tasya datang dan mengagetkanku
"Woiiii"
"Ih.. apaan sih Tasya.. kaget tauuuu"
"hahahaha... Aku duluan ya pia"
"Iya sana pigiiii.. hati-hati yaa"
"Iya..Babay... Muuuaachhh" Tasya melambaikan tangannya dan memberikan kissbye.
"Ih.. Babay" Aku melambaikan tanganku sambil tertawa kecil.
POV di Rumah
"Gimana tadi di sekolah nak?" tanya mama.
"Seru ma.. Pia banyak jumpa teman-teman baru. Tadi kami latihan untuk pensi dua hari lagi ma makanya pia pulangnya kesorean. Terus besok kami ada tes psikotes ma, katanya sih untuk menentukan kita nanti masuk di kelas mipa atau ips".
"Oh gitu ya nak. Kamu pasti kecapean kan.. tadi mama ada buatin roti bakar, tapi mandi dulu sana"
"Siap bu bossss"
"Oh iya ma, papa belum pulang ya?"
"Kapan sih kamu pernah liat papa udah dirumah sore-sore gini? Paling bentar lagi dia pulang"
"hahaha.. Oh iya ya ma" kataku sambil tertawa.
"Hmmm.. ma, besok aku bawak bekal deh, soalnya besok pulangnya pasti kesorean kayak gini juga"
"Iya besok mama siapkan bekal kamu ya nak"
"Makasiiii mama ku yang cantikkkk"
Aku masuk ke kamar dan berbaring sebentar di tempat tidur untuk merilekskan badanku setelah beraktivitas satu harian di sekolah. Rasanya seperti setahun tidak membaringkan badanku di tempat tidur. Aku berencana berbaring sekitar 10 menit di tempat tidur lalu pergi mandi lalu makan roti bakar buatan mama, namun rencana itu selalu saja gagal saat aku sudah berbaring di tempat tidur.
"Hmmm.. semoga nanti aku satu kelas bareng Daniel... arghhh"
"Tadi dia senyumin aku? ahhh demi apa sih? huhuhu"
"Berarti dia tadi liatin aku juga dong?" huaaaaaaa
Aku tersenyum sendiri dan berguling-guling di tempat tidur. Aku berteriak namun tidak mengeluarkan suara karna takut kedengaran orang-orang di rumah wkwkkwk
"Ini roti bakar punya siapa? aku makan ya"
Aku mendengar suara adikku yang sangat besar. Dia baru pulang ke rumah setelah selesai bermain bola dengan teman-temannya. Setelah mendengarnya aku langsung berlari ke ruang makan dan mengatakan roti bakar itu milikku.
"EEHHHH EHHH Itu punyakuuuuu.... Jangan di MAKAANNNNNN"
"Bagii satu ya.. aku laperrr"
''Ih gamauuu.. mama buatin untuk aku.. apaan sih sana buat sendiri" aku langsung mengambil piring tersebut dari tangan adikku.
"Ih... pelit kali"
Melihat wajahnya yang merengut aku pun memberikannya satu dan aku langsung pergi membawa roti bakar ke kamarku.
Oh iya aku lupa bilang di awal kalo aku punya adik laki-laki. Adikku bernama Felix Fernando. Aku dan Felix selisih tiga tahun. Tahun ini juga merupakan tahun pertamanya duduk dibangku SMP. Seperti yang dialami oleh kakak adik diluar sana, aku dan Felix tidak pernah akur. Setiap harinya pasti ada hal yang diributkan wkwkwk. Felix memiliki wajah yang sangat mirip sekali dengan papa dan memiliki postur badan yang tinggi.