Chereads / You In My Heart / Chapter 5 - MPLS II

Chapter 5 - MPLS II

Tenggg.. Tenggg.... Tengggg.. Tengggg

Bel masuk pun berbunyi. Semua siswa masuk ke dalam kelasnya masing-masing dan tidak lama kemudian guru-guru pun masuk ke dalam kelasnya masing-masing.

"Selamat siang anak-anak. Perkenalkan nama ibu Siti Dewi Putri". Sapa guru tersebut dengan suara yang lembut.

"Selamat siang buuuu Siti" sapa siswa serentak dan bersemangat.

Baru perkenalan diri saja seluruh siswa baru langsung menyukai guru tersebut. Namun siswa-siswi yang baru masuk itu sebenarnya belum mengetahui banyak tentang ibu Siti. Ibu Siti adalah seorang guru yang paling banyak ditakuti siswa di SMA itu. Ibu Siti sangat tegas pada seluruh siswanya. Walaupun ibu Siti banyak ditakuti oleh siswa, ibu Siti ini juga menjadi guru favorit di SMA ini. Banyak siswa yang mengira seorang guru memiliki suara yang lembut merupakan guru yang baik dan pasti tidak tegas pada siswa yang diajarnya. Meskipun memiliki suara yang lemah lembut, jika siswanya melewati batas, ibu Siti tidak segan-segan memberi hukuman dan suaranya menjadi lebih tegas.

"Ibu adalah wakil kepala sekolah III di bidang kurikulum. Ibu mengajar pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Kita akan bertemu nanti di kelas 12."

"Apa kabarnya hari ini? masih semangat gak?" tanya ibu Siti.

"Baik bu"

"Masih semangat bu" jawab beberapa siswa.

"Gimana MPLS di hari kedua ini? Apakah ada masalah?"

"Tidak ada masalah bu"

"Enak kok bu"

"Aman bu"

"Oke berarti tidak ada masalah apa-apa ya?"

"Kalau begitu hari ini ibu akan menjelaskan kepada ananda semuanya mengenai tata tertib, etika, fasilitas sarana dan prasarana di sekolah kita ini"

Setelah bu Siti menjelaskan ia kembali bertanya satu-persatu siswa apakah sudah mengerti dengan penjelasan ibu Siti. Hal ini membuat sebagian siswa takut dan membuat jantung berdegup kencang.

"Terima kasih untuk ananda sekalian yang sudah mendengarkan dengan baik. Ibu ingatkan sekali lagi ya, kalian ini udah SMA bukan anak SMP lagi. Bentar lagi kalian akan ganti celana pendek itu jadi celana panjang. Janganlah kalian bawa sifat kekanak-kanakan kalian di SMP itu ya. Tetap jaga sopan santun baik kepada guru, teman-teman dan juga kepada kakak senior kalian. Oke Selamat siang silakan beristirahat"

"Selamat siang bu"

45 menit sudah berlalu dengan mendengarkan ibu Siti berbicara bel istirahat kedua pun berbunyi dan semua siswa berhamburan keluar kelas untuk membeli jajanan, bermain, dan melakukan kegiatan lainnya. Tampak beberapa siswa yang sedang bergunjing mengenai guru yang baru masuk di kelas tadi.

"Eh aku dengar-dengar ya bu Siti itu sebenarnya galak loh"

"Iya aku juga dengar gitu"

"Tapikan galak galak gitu kok bisa sih jadi guru favorit?"

"Gatau"

"Ih takut lah kalo masuk kelas ibu itu.. terus ibu itu suka nanya-nanya huhuhu"

15 menit berlalu dan bel masuk kelas berbunyi kembali. Kegiatan selanjutnya di isi oleh kakak-kakak senior yang mempromosikan ekstrakurikuler di masing-masing kelas. Kali ini kakak-kakak senior mempromosikan ekskul Basket, Voli dan PMR.

Tenggg.. Tenggg.... Tengggg.. Tengggggg

Bel pulang sekolah berbunyi dan semua siswa tidak sabar untuk keluar dari kelas dan pulang kerumah, suasana di dalam kelas menjadi ricuh setelah mendengar suara bel tersebut.

"Jangan lupa ya dek nanti kita kumpul di aula jam dua siang. Oke selamat siang semuanya." kak Hendro mengingatkan.

"Baik kak. Selamat siaaangg kakkk" ucap seluruh siswa serentak.

"Sya aku tadi bawa bekal, makan bareng yuk"

"Kuyyy.. aku juga tadi bawa bekal nasi dan ikan sambal" ajak Tasya dengan bersemangat dan tidak sabar untuk menyantap bekal makan siangnya.

"Laper banget ya? Nih tadi mamaku buat perkedel"

"Ih mauuuu.. siniii aku tampungg"

Silvia tertawa melihat tingkah Tasya yang sedang kelaparan setelah berbagai aktivitas yang ia jalani hari ini.

"Boleh gabung gak?" tanya seorang siswa yang tiba-tiba datang dihadapan Tasya dan Silvia yang sedang duduk dan menikmati bekal makan siangnya.

Mereka berdua spontan melihat ke arah suara itu berasal. Dan ternyata itu adalah suara seorang ketua kelompok yaitu Alif. Ia tidak datang sendirian dan ia membawa beberapa teman-teman kelompok. Salah satu diantaranya ada Christo.

"Ehmmm.. boleh kok duduk aja.. dudukkk" Tasya mempersilakan teman-teman untuk duduk.

Christo duduk tepat dihadapan Silvia. Silvia terkejut dan tidak menyangka ia bisa makan siang sedekat ini dengan Christo. Silvia berusaha tetap cool dan menikmati makan siangnya. Beberapa kali Silvia mencuri pandang ke arah Christo dan tidak sengaja Christo menangkap basah Silvia yang dari tadi melihatnya makan. Silvia yang ketahuan melihat Christo dari tadi menundukkan kepalanya karena malu.

"Pia kamu anaknya pendiam ya" kata Alif.

"Iya jarang banget lo dengar dia ngomong di kelas" tambah siswa lainnya.

"Siapa bilang Silvia pendiam.. belum ditunjukin aja kan pia" Tasya menambahkan.

Silvia hanya bisa tersenyum mendengar bahwa ia adalah anak yang pendiam.

"Daniel juga pendiam dikelas ya" sambung Tasya.

"Dikelompok kita masih banyak yang pendiam ya kan sya" tambah Alif.

"Iya ga asik"

"Eh bagi wa kalian berdua dong" kata Alif.

"Dih modus kali kau Alif" ucap Bella memotong pembicaraan Alif.

"Sini handphonemu biar aku masukin nomorku" sahut Tasya.

Alif memberikan ponselnya pada Tasya lalu Tasya memasukkan nomor ponselnya dan juga nomor ponsel Silvia di handphone Alif.

"Nih Lif udah sekalian nomornya Pia"

"Hehehe makasi yak"

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 13.40 dan mereka masih asik dalam pembicaraan mereka dan mulai lebih akrab satu sama lain. Namun dua orang pendiam ini masih saja diam dan mengamati saat teman yang lain berbicara.

"Yuk ke aula kayaknya udah ditungguin sama kak Hendro" Ajak Alif.

"Eh iya 15 menit lagi udah jam 2, nanti dimarahin lagi" Tian menambahi.

"Iya yuk biar ga kelamaan nanti pulang.. udah capek banget hari ini" tambah Tasya.

Mereka memasukkan kotak bekal di tas masing-masing dan pergi ke aula memulai latihan mereka untuk ditampilkan saat acara PENSI besok.

"Piaaaa piaaaaa pulang bareng yuk" Ajak Tasya sambil berlari menghampiri Silvia.

"Ha?"

"Aku dijemput naik mobil, lagian rumah kita juga searah kan"

"Gapapa nih? Yaudah hayuk"

"Eh bentar sya" Silvia menahan Tasya sambil mengeluarkan handphonennya untuk memotret langit yang indah di sore hari.

"Kenapa pia?"

"Bentar sya, langit hari ini cakepp bangettt.. sayang kali kalo ga di foto" ucap Silvia sambil terus mengabadikan langit sore hari dengan ponselnya.

"Kamu suka langit ya Pia?"

"Hooh.. suka bangett"

"Dihhh"

Setelah mengabadikan beberapa foto langit sore itu mereka pun bergegas pulang ke rumah karena takut terjebak macat.

"Makasi ya sya tumpangannya... Hati-hati"

"Yoiiii sama-sama piaaa"

"Babay Piaaaaa"

"Babay syaa"