"Hai pia, lagi ngapain?"
Silvia yang sedang duduk santai dan mendengarkan musik di bangku taman terkejut dan matanya langsung terbuka lebar melihat seorang pria yang tiba-tiba muncul dihadapannya membawa 2 botol air mineral.
"Ehhmm.. lagi duduk-duduk aja kenapa?" tanya silvia sambil melepaskan eaephonenya.
"Nih minum dulu biar gak dehidrasi" ucap Daniel sambil mengulurkan tangan kanannya memberikan minuman pada Silvia.
"Eehmm.. makasiih ya"
Silvia langsung mengambil minuman itu dari tangan Daniel dengan gugup dan tersenyum kecil.
Daniel langsung duduk disamping Silvia namun Silvia menggeser sedikit jarak duduknya dengan Daniel agar sedikit menjauh.
Saat Silvia menggeser sedikit dari bangku taman Daniel pun ikut bergeser sampai Silvia duduk di ujung bangku. Tidak ada ruang lagi untuk Silvia bergeser.
Silvia ingin pergi meninggalkan Daniel saat itu juga namun entah kenapa kakinya seperti enggan untuk melangkah pergi saat itu. Silvia hanya duduk diam saja dan Daniel menatap Silvia sangat lama dengan wajah tampannya itu.
Silvia yang merasa sedang diperhatikan oleh Daniel mencoba menahan dirinya agar tidak tersenyum walaupun di lubuk hatinya sudah berteriak-teriak dan melompat-lompat.
Ia merasakan geli diperutnya seperti ada kupu-kupu yang terbang didalam perutnya.
Detak jantungnya berdetak semakin kencang dan ia tidak bisa menahan rasa saltingnya saat itu sampai pipinya blushing.
"Ehmmm.. k-kkenapa Daniel?"
Tanya Silvia sambil menatap ke arah lain dengan pipinya yang merah. Ia tidak bisa menatap mata Daniel, ia takut pipinya nanti semakin merah.
"Ehmm…. Gapapa kok Pia. Kamu cantik" Daniel tersenyum kecil dan melihat Silvia tersenyum dan pipinya yang semakin merah.
"Oh iya, btw aku lebih nyaman kalo dipanggil Christo"
"Eeee.. Oh iya Christoo hehe"
Silvia tertawa kecil dan ia ingin sekali berteriak setelah dibilang cantik oleh Daniel.
"Oh iya Pia, aku kesini karena mau ngomongin ini sih sebenarnya sama kamu"
"Mau ngomongin apa?"
Tanya Silvia dengan penuh penasaran. Ia langsung memfokuskan tatapan matanya yang besar ke arah Daniel.
"Eeee... pipi kamu kok merah-merah gitu pia? kamu sakit ya?" tanya Daniel sambil mendekatkan wajahnya.
Detak jantung Silvia semakin kencang melihat wajah Daniel sedekat ini dengan wajahnya.
"E-eenggak sakit kok" jawab Silvia sambil menutupi sebagian wajahnya karena pipinya yang merah .
Daniel tertawa senang melihat Silvia yang menutupi pipinya yang merah karena salting.
"Hmmm... okee.. jadi sebenarnya…. Waktu pertama kali ketemu sama kamu…. Aku itu.. emmm…sukaaaa sama ka…
Kringgggggggg…. Kringgggg…. Kringggg…. Kringggggg….. kriiingggggg... kriiiingggg..
Mendengar suara alarm, tiba-tiba mimpi itu hilang dan membuat silvia terbangun.
"Aishhhhh... apaan sih ribut bangett huuhh"
"Alarm sialannnn.. ganggu mimpi orang aja arghh"
"tadi Daniel mau ngomong apaan ya huuhhh"
Silvia merasa kesal sampai berguling-guling dan menggigit bantalnya. Ia mencoba untuk memejamkan matanya kembali dan menutupi seluruh badannya dengan selimut. Silvia mencoba fokus agar bisa masuk ke dalam dunia mimpinya tadi, namun sayangnya hal itu tidak akan pernah bisa terjadi.
"Ayooo dongg masuk ke mimpi yang tadii"
"ayooo fokuss piaa"
"Dikitt lagi masukkk ayoooo fokussss"
"Aarghhhh... sial"
Masih dengan perasaan kesal, Silvia memutuskan untuk bangun dari tempat tidurnya, merapikan tempat tidurnya, pergi mencuci wajah dan berkumur-kumur. Setelah itu ia sarapan lalu pergi mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.
Ini menjadi satu kebiasaan Silvia yang berbeda daripada keluarganya yang lain. Silvia mengatakan bahwa ia tidak mau repot-repot menggosok giginya dua kali.
"Maaaa.. ini bekal pia kann??" tanya pia kepada mama sambil memasukkan bekalnya ke dalam tas.
"Iyaaaa nak" sahut mama dari dapur.
"Ma, pia berangkat sekolah ya"
Silvia berpamitan sambil mencium tangan dan mencium pipi kiri serta pipi kanan mama.
"Iya nak hati-hati ya"
"Baik-baik di sekolah"
"Selamat Pagi semuanya" ucap seorang pria paruh baya yang tiba-tiba masuk ke dalam kelas.
"Selamat pagi paaakk..." ucap seluruh siswa serentak.
"Hari ini kita akan mengadakan tes Psikotest. Tes Psikotest ini dilakukan untuk mengukur tingkat kecerdasan dasar, mengetahui minat dan bakat, kepribadian serta potensi yang adik-adik miliki. Mungkin disini juga masih ada adik-adik yang bingung cita-citanya mau jadi apa. Nah, tes Psikotes ini nanti dapat membantu adik-adik dalam memilih sekolah lanjutan atau jurusan sesuai dengan minat dan bakat yang kalian miliki masing-masing".
"Jadi, bapak berharap adik-adik semua dapat mengerjakan tes Psikotes ini dengan baik".
"Untuk kakak-kakak OSIS boleh tolong bantu bapak bagikan kertasnya"
"Ih banyak kali soalnya"
"Iyakan banyak kali soalnya"
"Ih mau pingsan aku liat soalnya"
"Apa ini ga ngerti"
"Ngasal ajalah"
Beberapa siswa mengeluh akan soal-soal psikotes setelah menerima lembar soal psikotes.
"Oke, semua sudah dapat lembar soalnya?" tanya guru tersebut.
"Sudah pak"
"Waktu pengerjaan tes psikotes ini 1 jam 30 menit. Bapak harapkan sekali lagi agar kalian mengerjakannya dengan baik dan tidak ada soal yang dikosongkan. Baik pengerjaan tes psikotes ini dimulai dari.... sekarang!!"
Suasana di dalam kelas menjadi hening. Semua siswa fokus dalam mengerjakan soal-soal psikotes tersebut.
"Baik adik-adik waktu pengerjaan sudah habis. Silakan kakak-kakak OSIS kumpulkan semua lembar soalnya"
Bel istirahat pun berbunyi menandakan saatnya istirahat. Suasana kelas mulai tidak kondusif saat mendengar suara bel. Semua siswa ingin cepat-cepat keluar dari kelas karena jenuh mengerjakan soal psikotes yang super banyak.
"Udah waktunya istirahat.. terima kasih kepada adik-adik semua yang telah mengerjakan tes psikotest ini dengan baik. Selamat pagi".
"Selamat pagi paakk..."
"Pia belik es yuk, otakku udah panas ngerjain soal-soal itu tadi" ajak Tasya.
"hahaha kuylah mau dinginin kepala"
"Pia tadi kau milih mau masuk kelas apa?"
"Ips"
"Kenapa ga mipa.. biar kita satu kelas"
"Lupa ya? kan udah kubilang semalam ga suka pelajaran ipa"
"Oh iya sorry sorry udah pikun"
Tasya dan Silvia tertawa kecil sambil menikmati es dan jajanan yang dibeli di kantin.
"Bu, pisang coklatnya lima ribu sama pop ice vanilla latte satu" ucap Christo kepada ibu kantin.
Mendengar suara yang tidak asing itu, Silvia langsung mencari sumber suara itu, semua ia perhatikan sampai ia menemukan sumber suara itu berasal dari Christo yang sedang membeli jajan.
"Semoga aku sama Christo nanti satu kelas.... Amiinnnnnnn... aminnnnn... aminnnnnn" ucap Silvia dalam hatinya sambil terus menatap punggung Christo.
"Pia"
"Liat apaan sih pia?" tanya Tasya sambil matanya mencari sosok yang mengalihkan perhatian Silvia.
"Enggak ada"
"Balik kelas yuk.. bentar lagi bunyi bel masuk"
"Ehmmm... ntar lagi deh sya masih mager ke kelas"
"Dih yaudah deh ntar lagi"
"Semuanya sepuluh ribu"
"Nih bu.. makasi bu" ucap Christo lalu ia pergi kembali ke kelas.
"Balik yuk" ajak Silvia
"Lah tadi katanya masih mager"
"ayoookkkk" ajak Silvia sambil menarik tangan Tasya