Luna berjalan memasuki gang menuju ke arah rumah, dia melihat seekor anjing dan anjing tersebut mengejarnya.
"Mama...."
Luna berlari, dia malah semakin dikejar. Luna berlari ke arah rumahnya, dia tengah jalan sebelum sampai dia melempari anjing tersebut menggunakan sepatu yang dia lepas dari kakinya. Namun, anjing tersebut masih mengejar.
"Mama...."
Luna menangis seperti anak kecil, dia melihat Chan dari arah berbeda, pemuda yang tinggal di rumahnya itu berdiri di hadapannya dnegan jarak 20 cm. Luna berlari ke Chan bersembunyi di balik tubuhnya. Anjing tersebut memutar arah, dia berlari pergi ketika Chan hanya membesarkan mata. Chan memutar tubuh, dia memegang kedua bahu Luna, dia menghapus air mata yang berjatuhan.
"Jangan takut. Sekarang kita ke rumah."
Chan membawa Luna kembali berjalan beriringan, mereka masuk ke dalam pekarangan rumah. Ketika mereka sampai di rumah terlihat pintu yang dikunci, Luna menghubungi Tiwi. Informasi yang dia dapat memberitahu bahwa kedua orang tuanya itu tidak ada di rumah tetapi di Bandung untuk menjenguk neneknya sakit.
"Berarti kita berdua di rumah. Kakak tidak macam-macam, kan?"
Chan menerobos pintu setelah memutar daun pintu, membingungkan bagi Luna karena pintu bisa di buka padahal dia belum membuka kunci dengan kunci rumah yang ada di bawah lap kaki di depan pintu.
"Kakak jawab...!"
"Tidak mungkin. Sekarang kamu mandi, aku akan belanja ke warung untuk memasak makan malam kita."
Chan masuk ke kamarnya dengan wajah dingin, dia melempar tas ke atas kasur dan membanting pintu. Luna kaget, dia melepaskan daun pintu kamarnya uang dia pegang sebelum diputar. Luna mendekati pintu kamar Chan, dia mengetuk pintu tersebut memastikan Chan baik-baik saja.
"Apa terjadi sesuatu, Kak?"
"Tidak. Sekarang mandi!'
Chan mencoba tenang, dia membuka pintu kamar dengan memberikan alasan dia membanting pintu karena pintunya yang tak rusak.
"Kamu tenang saja."
Chan kembali menutup pintu, dia duduk di tepi kasur sambil meremas rambutnya. Dia terlihat kesal, dia menepis kasur karena emosionalnya.
Luna masih bingung, tetapi dia mencoba percaya dengan apa yang dikatakan oleh Chan. Dia ke kamarnya, Luna membaringkan tubuh separuh tubuh di atas kasur dengan kaki yang menginjak lantai. Luna memejamkan mata, dia menghembuskan nafas, ponsel yang ada di dalam tas dia ambil. Dia membuka media sosial, dia melihat potongan Liam dengan foto tampannya. Luna tersenyum, dia suka dengan style dari Liam dan wajah tampannya.
"Jujur sikap ku dan kenyataannya berbeda. Aku begitu mengagumi ketampanan, kecerdasan, dan out fit yang dia gunakan. Luna mengambil ponsel yang lainnya, dia mengganti wallpaper ponsel tersebut menggunakan foto Liam.
"Kalau aku menjadikan ponsel yang ini maka siapa pun tidak akan mengetahuinya."
Luna merentangkan tangan di atas kasur, dia tertidur hingga malam. Setelah selesai masak Chan memanggil Luna dari pintu kamar gadis itu, tetapi dia tidak menemukan jawaban dari seruannya.
Chan terpaksa masuk, dia melihat Luna tertidur dengan seragam sekolah yang masih terpasang. Chan melepaskan sebelah sepatu yang masih terpasang di kaki kanan Luna. Dia membangunkannya, pipi lembut Luna seperti es krim itu ditepis lembut oleh Chan.
Luna kaget mendapati Chan berada di atasnya, dia mendorong Chan hingga terjatuh ke lantai.
"Aku sudah katakan jangan macam-macam."
"Aku tidak berbuat apapun kepadamu selain hanya membangunkanmu. aku sudah masak dan ayo ke dapur kita makan, tetapi sebelum itu kamu harus mengganti pakaianmu."
Chan menarik Luna berdiri, dia memperlakukannya seperti adiknya sendiri, dia mengambil handuk dan melemparkannya kepada Luna lalu kakinya melangkah mendekati pintu kamar dan menutupnya.
"Aku memberikanmu waktu 10 menit untuk keluar jika tidak maka aku tidak akan menunggumu."
"Aku tidak peduli."
Luna melangkah masuk ke dalam kamar mandi sambil membawa handuk berwarna pink yang menjadi warna kesukaannya. dia mandi sambil bersenandung, teringat olehnya kejadian yang lucu untuk diingat ketika dia dikejar oleh anjing. Selain itu dia juga ingat tingkah lucu Liam ketika berada di bus menuju pulang.
"Kenapa aku bisa jatuh hati kepada pemuda sepertinya. Kenapa tidak semua orang menyukainya karena dia tampan dan stylish banget. Oppa...!
itulah sisi tersembunyi dari Luna yang tidak diketahui oleh siapapun, ketika dia begitu mengagumi seseorang maka dia terlihat imut dalam mengeluarkan ekspresi kekagumannya.
Setelah mandi dia memakai piyama berwarna merah, rambutnya yang panjang diikat tunggal ke bawah dengan jepitan rambut yang menjepit poninya. kedua kaki putih yang indah miliknya memasang sandal berbulu bentuk Doraemon berwarna biru. sebuah kalung menghiasi lehernya membuat dia terlihat cantik malam itu. Chan yang melihatnya tak bisa mengedipkan mata, dia berbohong lalu menurunkan pandangan menatap makanan yang saat itu berada di hadapannya.
"Kakak yang memasak semua ini?"
"Em."
Luna menarik bangku dan duduk sambil menyendokkan beberapa menu makanan yang sudah tersaji di atas meja. Dia mulai mencobanya, lebih awal keraguan muncul di hatinya dengan rasa makanan itu tetapi setelah mengunyahnya dia begitu kagum merasakan kenikmatan dari sensasi racikan bumbu yang dimasak oleh Chan. Dia tidak bisa berhenti makan sampai perutnya begitu kenyang.
"Daebak! Makanan ini sangat enak. aku rasa ini bukan buatan Kakak tetapi Kakak membelinya di luar."
"Jika kamu menginginkannya lagi aku bisa membuatkannya."
"Iya. Aku percaya!"
"Sekarang kamu bantu aku untuk mencuci semua piring dan aku yang akan membersihkan meja."
"Apa ini tidak terbalik? Seharusnya kakak yang membersihkan piring dan aku yang akan melap meja."
"Tanganku sakit jadi tidak bisa memegang air."
"Baiklah."
Luna beranjak mendekati wastafel dapur, Chan mengantarkan piring yang kotor lalu dia kembali mendekati meja dan melap semua kotoran yang ada di sana.
Ponsel private bagi Luna bergetar, ponsel itu merupakan gudang rahasianya mengenai semua hobi ataupun hal yang tidak diketahui oleh orang terdekatnya termasuk mengagumi Liam. Chan menoleh ke belakang melihat Luna yang masih fokus dengan piring-piring yang dia cuci, oleh sebab itu dia berani mengambil ponsel Luna dan melihat wallpaper ponsel terdapat foto Liam.
"Ternyata diam-diam dia sangat mengagumi pemuda itu."
Ketika dia ingin lanjut memainkan ponsel lebih dalam aksinya mentok di password ponsel yang tidak diketahui. Chan tidak mengetahui hari ulang tahun Luna, tapi dia mencoba menggunakan ulang tahun Liam karena dia merasa ketika Luna mengagumi seseorang maka dia juga pasti akan mencari tahu mengenai orang itu. Mulai dari tanggal, bulan, tahun, dan ternyata Luna menggunakan gabungan dari tanggal dan bulan lahir Liam.
"Gadis ini."
Dia menemukan banyak foto dari Idol Korea, bahkan banyak grup fans mereka. Luna yang dia pikir pendiam dan tidak bisa berinteraksi di luar rumah ternyata sangat cerewet dan sering mengirim pesan di grup seolah dia adalah orang yang berperan penting dalam grup tersebut. Apakah kalian sama dengan Luna?
"Sejak Kapan kamu suka ikut bergabung dengan para fans Idol Korea?"
Luna memberhentikan aksinya mencuci piring, matanya terbelalak kaget dan menoleh ke belakang pelan seperti boneka di film Squad game.