Chereads / Encouragement For Lunara / Chapter 13 - Follow and Unfollow

Chapter 13 - Follow and Unfollow

SRETT...

Luna berdiri di depan gerbang, matanya mengarah jauh ke dalam sekolah. Ekspresinya berubah menjadi kekhawatiran, dia takut semua orang mulai berpikir menyeleweng setelah kejadian semalam.

"Bagaimana kalau mereka nanti...."

"Bagaimana kalau geng AngelEs membuly lagi."

"Apa?"

Chan berdiri di samping Luna, tangan putih yang estetik miliknya mendarat di pundak Luna. Pagi ini mereka sama-sama ke sekolah karena tinggal di satu rumah yang sama.

"Hei... jangan pegang-pegang. Lepas!"

Luna melepaskan tangan Chan, dia melangkahkan kaki masuk ke dalam pekarangan sekolah.

Mata Luna sesekali terpejam, kepala tertunduk berjalan diantar kerumunan, semua mata terarah kepadanya. Yona berlari menghampirinya, gadis tomboy tersebut memberikan apresiasi, tangannya bertepuk berjalan di sampingnya.

"Kamu jangan begini. Seharusnya kamu senang kalau kak Liam menyukaimu juga."

Luna mempercepat langkah, dia masuk ke dalam kelas. Semua mata masih menatapnya ketika dia berada di pintu.

"Anak cupu begitu ternyata memiliki daya tarik juga," sindir Livy.

"Bukan cupu, tapi polos biar bisa dimanfaatkan. Palingan disuruh buat nganterin tas, beliin makanan di kantin, alias babu," tambah Anet.

Yona memutar mata, bibir atas naik tak suka mendengar sindiran mereka. Dia merangkul bahu Luna, langkah kaki berjalan melewati meja Anet dan Livy dengan menatap mereka tajam. Dia menggertak, jarinya membentuk huruf V ditekuk, arah temukan diawali dari matanya lalu ke arah mereka.

***

Bel istirahat berbunyi, para murid keluar dari kelas berombongan ke kantin, ada yang ke perpustakaan, dan ke warung belakang bagi para anak preman. Mereka ngeroko di sana, menyusun rencana untuk cabut dari sekolah, dan tawuran. Mereka memiliki geng, kadang setiap tahunnya ada yang menjadi korban dari tawuran itu.

Ketika Luna membereskan buku Liam datang bersama kedua temannya, dia melangkah dengan jaket levis warna dongker yang terbuka. Dia menggenggam pergelangan tangan Luna tanpa berbicara satu kata pun. Tangan Luna meminta Yona untuk menolongnya, tetapi gadis tomboy itu tidak sanggup untuk ikut campur.

"Apa maksud lo?"

Pertanyaan langsung dilayangkan oleh Liam. Dia membawanya ke belakang sekolah dengan menginterogasi.

Mata Luna tak bisa menatap kedua bola matanya, dia memainkan jari. Liam mengambil ponsel yang ada di saku rok Luna, dia meminta gadis itu membuka look ponselnya.

"Sekarang hapus, dan bilang kalau ... kalau lo itu pacar gue."

"Apa?"

Luna kaget, dia mengangkat kepalanya menatap kedua bola mata Liam. Mereka sama-sama memalingkan pandangan.

"Tidak mungkin, Kak. "

"Memang tidak mungkin. Lo komentar di foto gue kalau kita pacaran, gue terpaksa menerima lo karena kasihan dan masa pacaran hanya berlangsung selama sehari. Okey?"

"Tapi...."

Liam pergi, dia tidak membiarkan kesempatan Luna berbicara. Yona mengikuti mereka, dia mendengar pembicaraan mereka dari tadi. Dia kaget, sekaligus kesal kepada Liam yang selalu bertingkah apapun tanpa memikirkan orang lain.

"Dia selalu berbicara kasar. Sini, biar aku yang tulis."

Yona mengambil ponsel Luna, dia menuliskan sebuah komentar di foto Liam yang membuat semua orang akan bertambah kaget.

"Coba aku liat."

Luna meminta ponsel yang ada di tangan Yona, tetapi Yona menyita ponselnya sampai nanti pulang sekolah. Mereka kembali ke kelas, kini semua orang malah menatap Luna tanpa kedip. Di depan kelas Liam bersama kedua temannya berdiri dengan tatapan tajam, ekspresinya ingin mengajak ribut. Liam menyilang kedua tangan di bawah dada, dua melangkahkan kaki mendekati Luna.

"Apa maksud lo?"

"Maksudnya?"

"Jangan sok kecantikan. Lo pikir lo ini siapa. Dika!"

Dika berjalan mendekatinya, dia membawakan ponsel dengan layar yang menunjukkan isi dari komentarnya. Luna membaca komentar yang dituliskan langsung oleh akun nya. Luna menoleh ke belakang, dia menatap Yona.

"Benar. Memang itu dari akun Luna, tetapi aku yang menuliskannya."

Yona maju, dia memperlihatkan ponsel Luna. Vino mendekat, dia merampas ponsel tersebut.

"Gue bakal menghapusnya. Kata sandinya?" tanya Vino kepada Luna.

"Jangan, Lun. Biarkan saja!"

"Maksud lo apa? Ha!"

Dika berteriak kepada Yona.

"Lo jangan pernah ngebentak gue."

Yona tanpa takut berjalan maju, posisinya dan Dika saling berhadapan. Mata mereka menatap satu sama lain, Yona tanpa takut menatap mata besar Dika.

"Katakan password nya!"

Dika melirik ke arah Luna.

"Tidak perlu Luna," pesan Yona.

"0307."

Luna tidak ingin keributan, dia menyebutkan password ponselnya di hadapan semua orang.

Vino menghapus komentar tersebut, dia menambahkan komentar dari akun tersebut kalau dia merupakan penggemar berat Liam. Vino juga menghapus mengikuti Liam, semua kembali ke semula.

"Beres. Kalau begini dari tadi, kan enak."

Vino memberikan ponsel Luna kembali.

"Ada apa ini?"

Aris guru mata pelajaran olah raga masuk, dia melihat keributan yang terjadi. Dia bertanya kepada salah satu warga kelas untuk menceritakan apa yang terjadi.

"Mereka bertengkar, Pak... Luna mencari salah lebih dulu," jelas Jesika.

"Lo jangan asal bacot, ya," tegas Yona.

"Yona, diam! Sekarang kalian berlima ikut Bapak ke kantor. Kita selesaikan di sana."

Untuk pertama kalinya Luna dipanggil karena keributan, dia takut orang tuanya akan dipanggil.

Di kantor tersebut Yona berperang bersama Dika saling menyalahkan, keributan terjadi membuat Aris pusing. Untuk tidak menganggu para guru dia mengajak mereka ke lapangan basket yang panas.

"Kalian tidak bisa berbicara tenang, jadi baiklah nikmati rasa panasnya matahari. Sekarang kalau kalian mau bertengkar mulailah. Susah sekali berbicara dengan kalian. Kamu Yona, Dika, yang menjadi tokoh utama dalan pertengkaran ini seharusnya Luna dan Liam, tetapi kenapa kalian?"

"Luna terlalu naif, Pak. Luna hanya tidak sengaja follow akun Liam, dan Liam menerimanya. Seharusnya ini bukan masalah besar, tetapi Liam membawa Luna secara tidak sopan ke belakang sekolah dan berbicara di sana, mereka bertiga membuatnya tertekan. Liam menyuruh dia untuk menjadi pacaranya tetapi hanya satu hari. Dia menyuruh Luna untuk membuat komentar kalau dia memaksa Liam menjadi pacaranya. Caranya itu lo, Pak... ini gak laki banget," jelas Yona.

"Sudah. Ini maslah sepele. Pak, jika mereka menganggap saya salah. Saya bisa terima san cukup sampai di sini permasalahannya. Semuanya juga sudah kembali seperti semula," kata Luna.

"Baiklah. Jika kalian dari tadi begini masalah kekanak-kanakan ini selesai. Kalau begitu jangan sampai Bapak mendengar pertengkaran lagi. Sekarang kembali ke kelas kalian masing-masing!"

"Baik, Pak," jawab Vino.

Aris pergi meninggalkan mereka, cuaca begitu panas membuat dia tidak bisa berdiri terlalu lama dibawah teriknya panas matahari.

"Terlalu kekanak-kanakan."

Luna menggerutu, dia berjalan untuk berteduh. Dia kembali ke kelas, kehadirannya disambut dengan banyak pertanyaan seperti seorang reporter yang bertanya kepada si narasumber.

"Ini masalah kecil, tolong jangan diperbesar lagi," tegas Luna.

"Jangan bilang kalau lo suka sama Kak Liam."

Jesika menarik kesimpulan dari masalah yang terjadi.