Chereads / Encouragement For Lunara / Chapter 9 - UKS (Unit Kesehatan Sekolah)

Chapter 9 - UKS (Unit Kesehatan Sekolah)

Liam mendekati pagar tangga, rasa lega membuat dia memejamkan mata melihat Luna tidak terjatuh. Namun, Luna bergelantungan di tepi tangga di tingkat tengah yang tingginya empat meter dari lantai.

"Tunggu sebentar."

Liam berlari menuruni tangga, melihat Luna menarik perhatian beberapa warga sekolah dan mereka berkumpul dengan kecemasan takutnya jatuh.

"Sekarang lepaskan tangan lo."

"Tidak. Bagaimana kalau aku jatuh. Aku masih mau hidup."

"Percaya sama gue. Ayo!"

Semua bibir berbicara, mereka berkumpul seperti sedang menyaksikan sebuah atraksi. Geng AngelEs datang, pemimpinnya adalah Naomi yang super berkuasa. Dia anak kepala sekolah, selain itu seorang model remaja, sekaligus ketua cheerleader di sekolah tersebut, yaitu SMA Permata.

"Liam. Apa yang Lo lakuin. Biarin aja kali."

Naomi menahannya. Dia meraih tangan Liam, menariknya pergi karena rasa cemburu. Liam menarik tangannya, dia meninggalkan Naomi dan kembali ke posisi awalnya.

"Lepasin."

Luna memejamkan mata, menarik nafas dalam-dalam dan melepaskan pegangannya.

SHETT!

Luna jatuh ke pelukan Liam, gerakan berputar di lakukan oleh Liam untuk menyeimbangkan tubuhnya agar tidak jatuh.

TAKK!

Kaki Luna menapak di lantai, dia terlihat lega.

"Terima kasih, Kak."

Dia meninggalkan Luna, berjalan diantara para warga sekolah. Mereka semua kagum, mereka bertambah mengidolakan Liam yang keren.

"Wow! Kamu keren, Lun."

Yona menghampirinya, dia terlihat senang melihat temannya itu bisa mendapatkan perhatian Liam. Dia tidak tahu bahwasanya Luna hampir terjatuh karena Liam.

Yona menoleh ke belakang, dia tersenyum remeh kepada Naomi dan teman-temannya yang menatap mereka sinis.

"Cehh! Ngarep. Awas aja Lo kalau berani deketin Liam. Berhubungan sama gue, Lo."

Naomi beranjak pergi, semua orang pun bubar.

***

"Liam! Liam!"

Suara banyak orang menyemangati Liam saat jam mata pelajaran olah raga di kelasnya. Mereka bermain bola basket, para perempuan yang bersorak di tepi lapangan.

"Waktu kita tinggal 15 menit lagi sebelum masuk mata pelajaran berikutnya kalian bereskan bola dan ganti pakaian. Bapak tunggu di kelas. Jangan lanjut main lagi. Telat satu detik saja Bapak hukum berjemur di lapangan."

Aris guru olahraga memberikan kedisiplinan. Dia meninggalkan mereka semua di lapangan dengan dia yang akan ke kelas lebih dulu menunggu murid-muridnya.

"Liam!"

Naomi berterika.

Liam menoleh ke belakang dengan tangan menangkap bola yang dilempar oleh Farel.

"Memang tidak diragukan. Lanjut main."

Farel menantang.

"Apa Lo tuli?"

"Apa? Pengecut, Lo."

Liam memantulkan bola yang ada di tangannya, Farel tersenyum licik dan mulai bermain kembali. Permainan terjadi diantara mereka berdua.

"Siapa yang bisa mencetak satu poin saja berarti dia pemenangnya. Lalu, tinggalin Naomi."

Farel memberikan kesepakatan ketika dia mencoba mengambil bola dari Liam.

"Ini bukan tentang Naomi. Gue enggak peduli dengan itu."

Liam mulai beraksi melewati tubuh Farel, di dengan keahliannya membuat para teman-temannya kagum. Farel kesal, dia menyenggol tubuh Liam dengan dorongan. Liam menyandung kakinya sendiri karena mencoba untuk bertahan berdiri, tetapi rasa nyeri karena kecelakaan sebelumnya membuat dia tak bisa menahan berat tubuhnya dan terjatuh.

"Lo kalau mau main curang jangan secara terang-terangan. Pengecut yang sebenarnya adalah, Lo."

Naomi membantu Liam berdiri, tetapi tangannya di hempas oleh Liam dan berjalan melangkah sendiri. Kedua temannya memapahnya ke UKS, lututnya berdarah jadi harus diobati.

"Li, kita bukannya gak setia kawan tetapi kita harus ke kelas. Kalau terlambat kita bisa dihukum," papar Vino.

"Gak Pph. Thank's."

"Iya. Kotak P3K ada di laci, Bro," jelas Dika yang merupakan salah satu pengurus UKS.

"Oke."

Dika dan Vino pergi, Liam baru menunjukkan rasa sakitnya. Dia meraih laci meja yang ada di sampingnya, dia berusaha meraihnya teapi sulit untuk dia gapai. Dia hampir jatuh untuk keduaa kalinya, tetapi Luna hadir bersama Yona karena mereka juga ikut bergabung dalam pengurus UKS sebagai Junior.

"Ehem! Aku keluar, ya."

"Yona."

Yona meninggalkan mereka.

Luna mengambil kotak P3K, dia mengobati luka Liam. Tangan Liam memegang pergelangan tangannya ketika rasa sakit terasa, dia refleks menyentuhnya. Luna merasakan detak jantungnya tak beraturan, dia mulai salah tingkah.

"Tahan Luna...."

Dalam hati dia menguatkan hatinya untuk tidak salah tingkah parah yang membuat dia malu. Untuk itu Luna mengajaknya berbicara dengan mengucapkan terima kasih atas bantuan Liam hari ini kepadanya.

Liam hanya diam, dia membuang mukanya.

"Sebenarnya aku hanya ingin berbicara dengan kakak tadi. Apa aku berbuat salah sampai kakak selalu menatapku sini penuh kebencian."

"Huh! Kita tidak saling mengenal. Bagaimana gue bisa benci. Lo itu datang ketika gue kesal, jadi jangan terlalu percaya diri."

Liam turun dari tempat tidur, dia meninggalkan Luna yang lega setelah mendengar kebenarannya.

"OMG! Aku sedekat ini dengan Kak Liam."

Luna melompat girang karena senang.

"Ehem!"

Luna terdiam setelah mendengar deheman dari balik tirai yang mana terdapat satu tempat tidur lagi. Perlahan dia mendekati tirai tersebut, tangannya mulai menggeser tirai dan menemukan Chan yang berbaring dengan kaki menyilang dan tangan memegang buku. Matanya mengarah ke buku tersebut dengan senyuman.

"Kak Chan."

Luna menutup kembali tirai tersebut, akan tetapi Chan membukanya dan menatap Luna dengan senyuman.

"Cie...."

"Apa?"

TAK TAK!

Suara langkah kaki terdengar keras mendekati UKS, Luna menatap pintu. Lalu, dia bersembunyi di balik tirai di mana keberadaan Chan berada.

"Huss. Diam."

Luna duduk di tepi tempat tidur, dia memejamkan mata. Chan menatap mata, hidung, dan bibirnya yang membuat dia tersenyum melihat tingkah gadis polos itu.

"Ternyata benar di sini."

Langkah tadi milik Liam, dia mengambil gelangnya yang terjatuh dari saku celana olahraga. Keanehan dia rasakan, tirai bergerak. Dia mendekati tirai tersebut, perlahan dia menggeser tirai.

"Lo."

Luna membuka mata, dia melihat Liam tetapi Chan menghilang. Rasa syukur baginya ketika Liam tidak menemukan dia bersamanya, tetapi dia bingung kemana perginya Chan.

"Sedang apa Lo di sini."

"Meditasi."

Spontan Luna berbohong.

Mata Liam mengecil menerawang, dia menarik tirai kembali menutupnya. Liam mengabaikannya, berlaku pergi dari UKS.

Luna turun dari tempat tidur tersebut, dia mencari Chan hingga ke bawah tempat tidur.

"Kak Chan seperti hantu. Ke mana dia."

Luna keluar dari UKS, dia mencari Yona yang meninggalkannya. Dia melihat temannya itu duduk di bawah pohon bersama seorang pemuda kutu buku yang sedang membaca buku dengan menggunakan kacamatanya.

"Ekie."

Luna berlari menghampiri mereka, dia akan melewati lapangan untuk ke sana, tetapi di tengah jalan suara Saka membuatnya berhenti. Di melirik menoleh kanan, Saja berjalan menghampirinya bak model. Angin seakan menerpa rambutnya, dia mendekati Luna dan berdiri berhadapan.

"Pak."

"Bisakah kamu membantu saya memeriksa nilai ujian kakak kelas mu?"

"Kenapa saya, Pak."

"Saya mendengar kamu murid yang pintar."

Luna mengerutkan dahi, tetapi dia kembali normal dengan raut wajahnya ketika ingat yang berhadapan dengannya adalah gurunya sendiri.

"Iya, Pak."

Saka menggenggam pergelangan tangannya, beberapa mata menatap mereka.

"Pak."

Next Chapter....