Genta tertawa kecil. Mengecup pipi Kania dengan sangat manisnya. "Apa saya salah? Kamu bertanya dan saya menjawabnya. Seandainya saja melakukannya seindah ini mungkin saya akan menikah muda dari dulu. Kamu mau menikah dengan saya? pantas saja beberapa orang begitu ketagihan."
"Genta, kamu benar-benar terlalu jujur."
"Saya hanya mengatakan perasaan bahagia saya, sayang."
Kania mendengus. "Oh! Kamu mulai menjadi buaya sekarang memanggil saya dengan panggilan sayang."
"Apa tidak boleh?"
"Tidak. Cari panggilan yang lain."
Genta memainkan bibirnya berfikir. "Bee, agar sesuai dengan kamu yang manis. Oh! Itu pasti cocok sekali!" Genta berkesimpulan sendiri.
"Aku belum mengatakan aku suka! Terdengar aku seperti lebah yang suka menyengat," protes Kania.
Genta berdecak kecil. "Tidak, Kamu manis. Kamu pasti akan menyukainya. Buktinya kamu tersenyum. Bee?" Genta mencoba membuat perempuan itu menyuruk malu pada dada laki-laki itu.