"Kemana aja, eropa juga boleh. Kalau enggak bisa negara tetangga juga enggak apa-apa." Kania memberikan opsinya pada Genta.
Genta menganggukkan kepalanya. Ia tidak berfikir dua kali untuk mengiyakan perkataan isterinya. "Nanti saya minta Tiara membuatkan jadwalnya."
Kania mengerutkan keningnya ketika nama tersebut disebut. "Si centil itu masih kerja sama Om?"
"Sayang …"
"Emang kenyataannya dia centil kok!" ujar Kania.
"Kinerjanya bagus."
Kania menganggukkan kepalanya. "Aku hanya berkata dia centil. Om, aku bilang ini sebagai bentuk cemburu atau gimana, tapi memang gitu kenyataannya. Tiara itu centil."
Genta mengusap kepala isterinya tersebut. "Aku mengerti. tapi sayang, setiap manusia tidak dilahirkan untuk sempurna. Selama dia tidak menggangguku."
Kania menganggukkan kepalanya. "Lihat saja apa yang terjadi jika dia mengusikku. Aku mengatakannya dari sekarang. Om tidak akan bisa menghentikan aku nanti. Tidak juga papa atau siapapun itu."
Genta memejamkan matanya. "Iya …"
"Aku akan sering-sering ke kantor Om mulai besok!" ujar Kania lagi.
Genta tersenyum. "Boleh!" ujarnya.
"Untuk ngawasin Om ya? Jangan berfikiran aneh-aneh." Kania buru-buru memberikan batasan dengan tembok yang besar sebelum Genta bertingkah lagi.
"Saya mikirin apa? seperti kamu tahu saja."
Kania menatap laki-laki itu menyipit. "Memang tahu," ujar perempuan itu. "Ada Mikaela, Om! Jangan bertingkah."
***
Sesuai dugaan Genta, bukan Mikeala yang paling bahagia diajak keluar. Melainkan Kania. Perempuan itu berjingkrakan kesana kemari menelusuri ruangan Aquarium yang dipenuhi oleh ikan-ikan tersebut. mentang-mentang zodiac Kania Aquarius yang sering dilambangkan dengan seseorang yang membawa candi atau air. Dia suka sekali dengan sesuatu yang berhubungan dengan air.
"Om, lihat! Lucu-lucunya!" ujar Kania nyaris ingin berjingkrakan.
Ia seperti anak kecil dengan senyuman lebarnya tidak berhenti. Pada satu titik, Kania berhenti dengan matanya yang berbinar-binar mengamati ikan-ikan yang bersiliweran di hadapannya. Mikaela saja yang bayi tidak seperti itu. Dia hanya mengamati sekilas dengan rasa keingintahuan. Lalu ikut tertawa bersama Genta melihat kelakuannya mamanya. Sesekali berkomentar dengan bahasa bayinya yang tentu saja dia sendiri yang mengerti.
"Mama kamu kalau sudah sama ikan pasti akan melupakan kita, nak," bisik Genta pada puterinya.
Kania menoleh sebentar mendengarkan ucapan laki-laki itu. Tersenyum pada Genta dengan tatapan sedikit tidak setujunya. "Apa? saya hanya mengatakan kenyataan kok!"
"Bukan gitu, lihat Om kan bisa tiap hari. Ke Aqurium ini bisa jarang-jarang."
"Mika ada feeding show, kamu ingin menikmatinya bersamaku?!" Kania tanpa menunggu jawaban dari Mikaela ataupun Genta sudah merebut bocah satu tahun itu dari pangkuan ayahnya. Awalnya Mikaela menolak, tapi pada akhirnya sama-sama takjub melihat kumpulan ikan itu yang menghampiri tugas memberikan makan.
"waah!!!" ucap dua orang itu dengan kompak.
Genta tertawa kecil. Pria itu seperti pria yang sedang membawa dua anaknya ke wahana bermain. Tapi dia senang bisa menerbitkan dua senyum lepas dari perempuan itu.
"Om, lihat ada ikan bermotif polkadot!" tunjuk Kania ketika mereka berjalan pada sisi lainnya.
"Yeah, itu namanya polkadot grouper atau humback rocked tapi di Australia dia dikenal dengan mana barramundi Cod. Nama latinnya Chromileptes Altivelis. Bisa dikonsumsi, biasanya berat yang boleh 0,5 sampai 2 kg. salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai jual tinggi. Mereka biasanya hidup di perairan Indo-pasific atau di kawasan terumbu karang pada perairan dangkal 100 meter di bawah permukaan laut. Ia memakan ikan kecil atau krustasea. Juga bisa dijadikan sebagai ikan hias."
Kania memandang takjub pada Genta. "Darimana Anda tahu semua info itu Om?!"
Genta menunjuk plang yang tidak jauh dari mereka dengan wajahnya. "Bagi yang bisa membacanya pasti mengetahuinya Ka'."
Wajah Kania masam memandang Genta dengan sedikit decakan. "Itu tidak lucu, Om."
"Siapa yang mencoba melucu?! saya hanya menjelaskan." Tidak lupa tawa geli mengalir dalam bibir Genta. "Lihat itu ada hiu paus." Genta mengalihkan perhatian Kania membuat perempuan itu menatap takjub lagi.
"Wah …. Jadi seperti itu bentuknya ikan terbesar itu?!" decak Kania. Genta hanya bisa mengusap-usap kepala Kania dengan kelakuan wanita itu.
"Kamu tahu Kania, saya lebih suka dengan mamalia laut dibandingkan dengan ikan laut." Genta berkomentar.
"Hm?" Kania menoleh pada Genta menatap mimik bosnya yang tiba-tiba menjadi serius.
"Kamu tahu paus orca merupakan mamalia laut terbesar bukan?!" tanya Genta. Kania menganggukkan kepalanya. "Aku menyukainya."
"Apa karena dia termasuk dalam kategori predator puncak, Om?! Omkan suka sesuatu yang memimpin dan teratas," tebak Kania. Genta menganggukkan wajahnya. "Tapi Om, sebenarnya paus Orca itu paus apa lumba-lumba?"
Genta tertawa kecil. "Bagaimana menurut kamu?" Genta malah membalikkan pertanyaan. Kania juga tertawa kecil kemudian menaikkan bahunya. Tidak hanya melihat ikan. Mereka juga menyentuh beberapa reptile yang sudah dijaga aman oleh petugas. Mereka sekalian mengenalkan beberapa hewan pada Mikaela entah bayi kecil itu akan ingat atau tidak. Puas dari sana, mereka memutuskan makan malam.
"Pa, Kania dan Om Genta makan di luar ya!" ujar perempuan itu menelepon ayahnya sebelum benar-benar berangkat. Ia tidak mau Tara menunggunya pulang yang membuat pria itu juga menunda jadwal makan malamnya.
"Katanya Mikaela akan ditinggal sama papa." Tara menyahut diseberang sana. Ia memang sudah diberitahu bibi kalau anaknya itu pergi dengan menantu, membawa cucunya jalan-jalan keluar. Tara tidak masalah ditinggalkan sendirian. Dia senang juga dengan kemajuan hubungan Kania dan Genta. Berharap Tara dapat melihat mereka seperti semula lagi.
Kania melirik Genta yang sedang asyik dengan anaknya tersebut. "Tahu tuh Om Genta, mungkin takut anaknya lebih banyak waktu sama papa kali," ujar Kania asal.
Tara berdecak. "Orang dia merebut puteri papa."
Kania tersenyum. "Papa mau dibawain makanan atau …"
"Enggak usah, bibi udah masak."
Kania menganggukkan kepala menatap Genta. "Oke deh! Kalau gitu aku tutup dulu. Udah hampir sampai parkiran. Om Genta mau nyetir."
"Hm," ujar Tara. "Hati-hati kalian," ujar Tara.
Kania menganggukkan kepalanya meski tahu Tara tidak akan melihat aksinya tersebut. begitu panggilan dimatikan Kania kembali mengambil Mikaela kepangkuannya. Cup, Isengnya Genta malah mengambil kesempatan sekilas.
"Om, anaknya masa dibiarin liat yang kayak begituan sih?" geram Kania.
"Mikaela juga tertidur," ujar Genta santai. "Lagian Mika harus tahu juga dong love language itu seperti apa."
Kania memutar bola matanya, "suka-suka Omlah."
"Marah hm?"
"Enggak!"
"Masa sih? Mau saya bujuk?" tanya Genta sambil menaik-naikkan alisnya.
Kania melototkan matanya. "'Ih! Om! benar-benar enggak ketolong deh. Buru jalan mobilnya Om, aku laper."
Genta menurut setelahnya. Mereka makan malam kemudian pulang kemudian. Banyak yang memperhatikan mereka dengan bisik-bisik. Tapi Kania tidak peduli dengan mulut orang itu. Setiap orang bebas berpendapat sesuka mereka. Kania cenderung cuek untuk hal yang demikian.
***