"mungkin punya lokasi impian." Rosa mengerjapkan matanya selama beberapa saat. Ia baru menyadari ketulusan anak tirinya itu.
"aku tinggal disini saja!" ujar Rosa dengan mata haru. "Maksudku, tempat ini udah sangat besar dan lumayan nyaman. Sejujurnya aku enggak terlalu suka dengan bising dan hidup beramah tamah dengan tetangga. Mbak ngertilah, karena aku bekerja jadi aku hampir enggak memiliki waktu berkomunikasi dengan mereka."
Kania menganggukkan kepalanya. "Oh, oke! Kania menggenggam tangan Rosa, aku enggak tahu apakah aku harus mengatakan ini atau enggak, aku, kami semua enggak benci kehadiran mbak. Kami semua tahu ketulusan mbak sama papa. Hanya saja kita tidak bisa akrab. Sorry ya!"
Rosa menganggukkan kepalanya. "Its okey! Saya lebih tidak tahu diri lagi kalau saya juga mengakrabkan diri dengan keluarga besar."