Setelah Bintang mendapatkan bukti pertama itu, ia pun segera pergi dari sana. Ia berjalan menyusuri jalanan itu.
Pikirannya kosong, ia berjalan dengan batin yang bergejolak penuh cemburu dan amarah.
"Kakek, inilah jodoh yang sudah di siapkan Kakek untuk aku? Dia laki-laki yang jahat Kek, sepertinya aku ingin menyerah saja dengan semua ini. Hatiku sakit Kek, seakan tercabik-cabik tanpa henti," gumam Bintang seraya berjalan dengan tatapan kosong.
Bintang lagi-lagi tidak bisa menahan air matanya, ia pun terus berjalan hingga ia tidak menyadari bahwa ada mobil yang hendak menyeretnya karena Bintang terlalu berjalan ke tengah.
"Astagfirullah!"
Bintang langsung teringat akan dirinya yang sedang berjalan entah kemana setelah ia terus berjalan menunduk seraya meratapi kesedihan yang amat mendalam.
Dert ... Dert ... Dert ...
Seketika ponselnya berdering, sehingga Bintang segera mengangkat telepon itu.