Chereads / I'm Not Your Cinderella / Chapter 19 - 19. Usulan Sang Ayah

Chapter 19 - 19. Usulan Sang Ayah

Tidak terasa Camelia sudah tinggal di rumah sang ayah tiga bulan lebih dan sang ayah dengan sabar mendekatkan dirinya kepada sang putri. Meski membutuhkan waktu yang lama sang ayah tidak menyerah dengan sikap Camelia yang selalu menjauhinya bahkan selalu bersikap dingin kepadanya.

"Bagaimana? Apakah kamu menerima keinginan Ayah untuk melanjutkan pendidikanmu di luar negeri?" tanya sang ayah kepada Camelia yang duduk di depannya.

"Aku belum memutuskannya karena aku tidak bisa begitu saja pergi di saat ibu kesehatan ibu sedang tidak baik-baik saja," jawab Camelia yang masih bingung keputusan apa yang akan dia ambil.

Sang ayah menghela napasnya dan dia juga tidak bisa memaksakan kehendaknya lagi karena dia takut jika sang putri akan kembali menjauh darinya. Dia juga sudah merasa sedih dengan Cornelius yang mulai menjauh darinya dan sudah jarang kembali ke rumah. Padahal dia sangat ingin kedua putra dan putrinya berkumpul bersama dengannya di rumah ini.

"Apa kau masih memiliki perasaan kepada Cornelius?" Sang ayah tanpa berpikir menanyakan hal itu kepada Camelia.

Camelia terdiam dan dia pun beranjak dan berjalan meninggalkan sang ayah, dia berusaha untuk tidak mengeluarkan semua emosinya di hadapan sang ayah karena dia sudah berjanji kepada sang ibu. Dia masuk ke dalam kamarnya dan duduk di atas tempat tidur lalu dia kembali memikirkan apa yang ditanyakan oleh sang ayah kepadanya.

"Apakah aku memang masih mencintainya? Tetapi semua ini salah dan aku harus bisa melupakannya karena kami bersaudara," gumam Camelia lalu dia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.

Dia melihat langit-langit kamarnya dan entah mengapa yang muncul adalah bayangan di saat dirinya bersama dengan Cornelius. Dia juga bertanya di dalam hatinya apakah Cornelius masih memikirkan dirinya karena selama tiga bulan ini jika mereka saling bertemu Cornelius mengabaikannya dan memilih untuk menjauh.

Ponselnya berdering dan Camelia bangun lalu dia mengambil ponselnya yang ada di atas nakas. Dia melihat nomor yang tertera di layar ponselnya dan langsung mengangkatnya karena yang menghubunginya adalah sang ibu.

"Halo," ucap Camelia setelah dia mengangkat teleponnya.

Camelia mendengarkan suara sang ibu yang mulai berbicara, sang ibu meminta Camelia untuk menerima usulan sang ayah untuk melanjutkan pendidikannya. Sang ibu hanya ingin melihat putrinya bahagia dan menerima semua hal yang seharusnya di dapatkan lalu berhasil di dalam kariernya.

"Bagaimana kesehatanmu, Bu? Mengapa aku mendengar suaramu begitu lemah?" tanya Camelia kepada sang ibu karena dia sudah merasa ada yang aneh dengan suara sang ibu.

Sang ibu mengatakan jika dirinya baik-baik saja dan dia kembali mengalihkan pembicaraan lalu kembali membahas tentang Camelia. Sang ibu menginginkan putrinya sukses dan bisa menjalani semua hal yang menunggunya di masa yang akan datang.

Camelia terus mendengarkan sang ibu berbicara dan dia juga mendengar suara sang nenek yang seperti biasa selalu berkata buruk kepada sang ibu. Dia berpendapat jika sang nenek masih tidak berubah dan terus saja membuat sang ibu merasa sedih dan menderita.

"Bu, apa lagi yang diinginkan oleh nenek kali ini? Bukankah selama ini apa yang diinginkannya selalu diberikan oleh ayah?" tanya Camelia kepada sang ibu yang sudah merasa kesal dengan apa yang di dengarkannya dari sang nenek.

Dia menunggu jawaban sang ibu tetapi sang ibu tidak mengatakan apa-apa tentang yang diinginkan oleh sang nenek. Tidak begitu lama sang ibu pun menekankan kembali apa yang harus dilakukan oleh Camelia lalu memutuskan sambungan teleponnya.

"Nenek, mengapa selalu saja menjadi masalah bagi ibuku?" Camelia bergumam sembari menyimpan kembali ponselnya.

Camelia pun memikirkan kembali apa yang dikatakan oleh sang ibu, dia berpikir jika dirinya menerima usulan sang ayah maka dirinya akan bisa mencapai impiannya. Setelah itu dia akan bekerja dengan keras agar bisa membawa sang ibu pergi dari rumah itu dan menjauh dari sang nenek yang selalu saja membuat masalah.

"Mungkin dengan menerima tawaran ayah aku bisa membahagiakan ibu untuk beberapa tahun ke depan," Camelia kembali bergumam dan dia terbangun saat mendengar suara Cornelius.

Dia pun langsung berjalan ke luar dari kamar untuk melihat apa yang sudah terjadi pada Cornelius. Dia menghentikan langkahnya saat melihat Cornelius sudah ada di depan matanya dan mendorongnya masuk kembali ke dalam kamar lalu mengunci pintu kamar sehingga tidak akan ada yang bisa masuk.

"Ada apa denganmu? Apakah kamu mabuk? Jangan melakukan hal yang bisa membuatmu menyesal," Camelia bertanya kepada Cornelius yang menatapnya dengan tatapan yang penuh dengan hasrat.